"KAMI PULANG" teriakku sesampainya dirumah. Pukul 7 malam. Ah, aku lelah. Sangat lelah. aku merebahkan diriku di sofa ruang tengah. Jongdae langsung masuk ke kamar dengan tergesa. Dasar anak ini. Aku tersenyum melihat tingkah adik kecilku. Jarak kami 3 tahun, namun karena otak encernya dia berhasil masuk akselerasi sehingga bisa menjadi adik kelasku
"Minseok kau sudah pulang?"
"iya nih. Lelah sekali"
"masuk kamarmu dan bersihkan dirimu. Eomma sudah memasakkan daging untuk perayaan adikmu"
Aku langsung naik ke kamarku untuk membersihkan diri. 15 menit kemudian aku sudah tampan dengan kaos putih dan celana pendek selutut. Aku bisa melihat adikku memakai outfit yang sama malam ini
"cie kita couplean" ejekku sambil mengacak rambut rapinya. Dia hanya diam
"Minseok, sini. Eomma sudah membuat udang goreng untukmu"
"kenapa semua seafood? Kupikir ini perayaan diterimanya Jongdae di sekolahku dengan nilai sempurna"
"sudah ayo makan" Eomma mengambilkan nasi beserta sayur dan udang goreng favoritku. Appa juga mengambil abalon dan langsung habis
"appa makan pelan-pelan" kataku santai. Ya, aku suka kehangatan ini. berkumpul bersama. Karena Appa sangat sibuk sehingga jarang pulang ke rumah
"Jongdae kamu mau ku buatkan ommelete? Kau kan alergi seafood"
Jongdae menggeleng dan mengambil udang goreng. Eomma menepis tangannya
"itu untuk Minseok. Kamu ambil yang lain"
Dia mengarahkan sumpitnya ke menu lain
"itu untuk Appa"
Jongdae mengarahkan sumpitnya lagi ke arah sayur daun bawang. Lagi-lagi Eomma berkata itu untukku
"Eomma, biarkan Jongdae mengambil sesuka hatinya. Aku tidak mungkin menghabiskan ini sendirian dengan appa, benar kan Appa?"
"aku ke kamar saja" jawabnya singkat
"Eomma, ubahlah sikapmu ke Jongdae. Dia anakmu juga kan? Appa bantulah aku agar Eomma bisa melunak" mohonku ke mereka
"Minseok, kamu tidak tau apa-apa tentang Jongdae. Dia itu-"
"cukup!" Appa berteriak kencang. "cukup malam ini, aku mau tidur"
Semua kembali ke kamar. Eomma merutuki Jongdae karena merusak suasana keluarga. Aku berjalan ke arah kamarnya. Mengetuk pintunya pelan. Tidak ada jawaban. Aku menempelkan telingaku ke pintu, memicingkan telinga berharap ada suara di dalam kamar itu. Tidak ada suara. Aku mencoba membukanya. Lucky! Tidak terkunci. Aku melihat Jongdae duduk di pojok kamar. Matanya fokus ke jendela dengan tatapan kosong. Entah apa yang dilihat, karena pemandangan malam tertutupi tirai
"tinggalkan aku sendiri"
***
Sekolah
"Xiu xiu. Pinjam bukumu. Aku belum mengerjakan PR" pinta Luhan. Oh kami memang memiliki nama panggilan spesial, jangan bertanya kenapa
"Lulu, tidak ada PR"
"ada bodoh. Persamaan garis singgung kurva"
"ah bo-- oh Tuhan aku lupa mengerjakan!" panikku. Segera kubawa buku Matematika dan menghampiri kelas Jongdae. Sudah seminggu setelah kejadian itu dia bersekolah disini
"YA KIM JONG--" apa ini? Pemandangan macam apa ini?
"Xiu xiu tunggu ak-- hei, kenapa adikmu bisa diatas lemari?" Luhan yang mengejarku bingung melihat pemandangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP ME! ✓
RandomJongdae, seorang anak lugu, polos, memiliki ambisi dan lucu. Dibesarkan bersama seorang kakak bernama Minseok yang selalu merawat serta membelanya kapanpun. Namun, seindah indahnya sebuah keluarga, terdapat sebuah kisah kelam dibalik itu Ah,jongdae...