19

151 18 7
                                    

Jepang!

Ya! disini aku sekarang. Appa memang hebat. Dia berhasil mendapat tiket murah menuju kesini. Bandara Tokyo Narita sangat sibuk. Appa sedang membeli kopi dan aku disuruh menunggu barang-barang yang sebagian besar adalah barang appa. Gila! Ini mau liburan atau pindahan? Aku mengambil beberapa permen origami yang disediakan disana. Aku sedang menyusun beberapa plan liburan hingga aku kembali berlari, memohon maaf atas kesalahanku. Sudah sering terjadi

"Aku merindukannya"

Kami segera berjalan menuju hotel. Hotel minimalis namun elegan, terkesan seperti apartemen mungil namun nyaman. Kurebahkan diriku di sofa

"Appa, kenapa tiba-tiba ke Jepang?"

"Appa menemukan dimana Jongdae. Dia di rumah sakit dekat sini. Keadaannya membaik, katanya lusa dia akan pulang dan tinggal disini untuk sementara"

"Appa tau dari?"

"Soonja. Lihat, appa sudah membelikan mereka ini. Pasti mereka senang" aku hanya tersenyum

"Appa. Aku mau jalan-jalan sebentar"

Aku keluar dari hotel itu dan berjalan-jalan. Jalanan disini sangat tenang, ramai tapi kondusif. Tidak seperti Korea yang sumpek dengan suara klakson mobil dimana-mana. Aku melihat sebuah rumah sakit. Aku segera kesana dan bertanya di bidang informasi

"Permisi, adakah pasien bernama Kim Jongdae disini?" mereka bingung

Yak! Ini Jepang Kim Minseok! Aku membungkukkan badanku tanda permohonan maaf. Aku tidak pandai berbahasa Jepang. Aku berjalan mengitari rumah sakit ini. Terus berjalan menuju kantin. Sepertinya aku lapar, aku akan mencoba membeli beberapa makanan dari uang yang sudah kutukar di bandara tadi. Aku membeli americano, kopi favoritnya

"Oh maaf aku tidak sengaja" ucap seseorang yang berhasil menyenggolku, untung kopi panasku tidak jatuh. Dia segera pergi meninggalkanku yang termenung. Aku seperti pernah mendengar suranya, aku pernah melihat tubuh itu. Aku yakin itu dia! Aku berlari. Mengikuti orang itu

"JONGDAE!"

***

"Ya? ada apa?" dia menjawab panggilanku. Aku memegang tangan mungilnya. Ini dia! Dia orang yang kucari! Ini dia!

"Kim Jongdae" aku menahan tangisku

"Maaf aku bukan Kim Jongdae"

"Ah, aku salah orang" tapi aku yakin itu dia. Mata itu, bibir itu, tubuh itu, semuanya

"Haha, aku bercanda" dia tertawa renyah

"Hai Minseok hyung, apa kabar?"

Oke, air mataku tidak bisa dibendung lagi, tumpah ruah sambil memeluknya

"Aku merindukanmu"

"Aku juga, hyung"

"Kau sehat kan?" dia mengangguk

"Operasiku berhasil hyung. Terima kasih untuk semuanya. Oh, ayo ke kamarku. Eomma sedang pergi, jadi mungkin kau bisa mampir sejenak. Ah, maafkan cara jalanku hyung. Aku masih belum bisa berjalan dengan baik setelah operasi. Aneh kan?"

Tidak peduli katanya. Kubuang kopiku. Kuangkat tubuhnya di punggungku

"Ya, hyung! Malu"

Aku terkekeh. Aku berjalan sambil menggendongnya. Tubuhnya ringan, tidak seberat dulu. Napasnya juga berat, mungkin sedang beradaptasi dengan jantung barunya. Tangannya kecil, mungkin hanya tulang dan kulit saja

"Kita sampai. Hyung turunkan aku" aku menurunkannya. Dia berjalan pelan menuju ranjang, menyuruhku untuk menyusulnya. Kami berbicara tentang kabar, bagaimana kacaunya appa saat Jongdae meninggalkannya, bagaimana kabar ibunya yang selalu merenung, dan komanya selama 2 minggu pasca operasi

"Aku merindukanmu. Bahkan sampai terbawa mimpi, haha"

"Tidak sakit lagi kan?" dia menggeleng. Dibalik wajah pucatnya aku bisa melihat ketenangan di matanya

"Hyung, aku ditawari bekerja di salah satu perusahaan animasi di Jepang. Perusahaan itu memproduksi film farovitmu, Takyo Ghoul"

"Wah, kau pasti senang"

"Iya sih, tapi aku ingin di Korea saja. Aku tidak begitu nyaman disini. Peraturannya ketat, jam kerja padat. Mungkin aku akan sering tidur di kereta, haha"

Kami tertawa lepas. Melepas rasa rindu teramat dalam

"Oh, eomma! Eomma lihat siapa ini? Minseok hyung! Aku tidak sengaja bertemu dengannya di kantin" Imo datang sambil membawa beberapa makanan ringan

"Aku tau, appamu sudah bilang. Kenapa kau bisa bertemu disini? Kau sakit setelah perjalanan dari Korea?"

"Ah, tidak eom--, imo"

"Kau bisa memanggiku eomma jika kau mau"

"Aku hanya batuk ringan, aku takut jika itu parah jadi kuperiksakan disini" kataku berbohong

"Jongdae akan keluar lusa, sepertinya aku butuh bantuanmu untuk mempersiapkanya. Bagaimana keadaan ibumu?"

"Dia menikah lagi"

"Secepat itu?" Jongdae terkejut mendengarnya. Aku juga kaget saat pertama tahu

"Hyung, setelah aku keluar nanti ayo kita pergi ke Gunung Fuji"

"Jongdae"

"Ah, maaf"

"Haha, kesehatanmu nomor satu. Sudah, aku ingin bicara dengan eomma, boleh?"

Aku dan -orang yang kupanggil eomma- sekarang sedang di luar. Kebetulan saat kami keluar dokter psikolog Jongdae datang memeriksa psikisnya

"Fisiknya sembuh, namun pikisnya belum. Dia tampak baik-baik saja, tapi nanti dia akan tidak terlihat baik" aku mendengar teriakan kencang dari kamar Jongdae

"Dengar? Tidak ada dokter psikolog yang cocok dengannya. Bahkan dokter psikolog ini akan mundur besok. Aku tidak tau harus mencari dokter kemana lagi"

Oh, aku teringat seseorang. Seorang maso cantik yang kini sedang berlibur di Jepang juga

Halo!

"...."

Ayo cepat kesini! Aku menemukan Jongdae!

"...."

Terima kasih

***

"JONGDAE!"

"Samchon!" teriak Sarang tak kalah heboh dengan Luhan

"Wah, Sarang sudah besar. Mirip Luhan hyung"

"Aku menyesal mengatakan ini, tapi bibitku—" Heeyoung menendang lutut Luhan kencang

"Maafkan suami yang masih bodoh ini"

"Tapi kau menyayangiku kan? Ah, lupakan itu. Hai Jongdae, apa kabar? Aku merindukanmu. Izinkan aku melamarmu hari ini agar aku bisa mendapat istri kedua"

"Kau akan dirawat dengannya, kau mau?" aku memastikan Jongdae tidak trauma dengan sikap hiperaktif Luhan

"Oke, tapi eomma—izinkan aku pulang ke Korea. Aku ingin kuliah dulu"

"Umurmu sudah menua Jongdae" eomma menanggapi permintaan Jongdae

"Amerika? Harvard? Boleh ya?"

"Harvard sepertinya akan menerimamu walaupun umurmu sudah tidak pantas dikatakan mahasiswa"

Imo akhirnya menyerah. Namun Jongdae harus di Jepang dalam beberapa bulan kedepan

***

HELP ME! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang