Minggu yang cerah kami habiskan di game center. Ya sesuai dengan kesepakatan kemarin, kami berempat akan bermain di game center. Aku jelas mengajak Jongdae agar dia bisa melupakan kejadian kemarin sore. Tapi sepertinya tidak. Dia hanya diam menyaksikan Luhan dan Kyungsoo bermain basket. Aku mengajaknya ke permainan mobil, dia menolak. Aku membawanya ke game dance, dia menggeleng
"ah, kamu mau main apa?" pasrahku. Susah sekali mengajak anak ini
"hyung, ayo kita ke photobox" ajak Kyungsoo yang langsung ku iyakan
"jangan menolak" ancamku padanya. Aku menggandengnya agar dia tidak kabur
Setelah berfoto ria kami mengeditnya. Kyungsoo memberikan hasil editannya
"wah, jago juga kau Kyungsoo. Aku suka ini" Luhan memuji.
"aku memang suka mengambil dan mengedit foto" katanya malu-malu
"wah wah siapa yang kita temukan ini? Trio cebol dan ibunya yang cantik" ini adalah moment yang tidak tepat!
"Kyungsoo, kamu masih berutang pada kami. Berikan uangmu sekarang juga"
"TIDAK!"
"jangan sentuh Kyungsoo atau kalian akan mati sekarang juga"
"Jongdae jangan berkata seperti itu" aku mencegahnya agar tidak kambuh lagi. Jongdae akan menakutkan jika marah
"coba saja. Kemarin masih tidak ada apa-apanya. Benar kan, Jongin? Sehun?" orang yang dipanggil menganggukkan kepalanya tanda setuju
Chanyeol menarik baju Jongdae. "pukul aku, maka kau akan dikeluarkan dari sekolah"
Jongdae mengurungkan niatnya. Ada kesempatan, Chanyeol meninju perutnya kencang. Wajah Jongdae pucat seketika. Kami segera kabur dari sana, daripada mendapat masalah lebih baik kami lari dari masalah. Luhan menggendong Jongdae keluar dari game center itu, memimpin kami pergi dari sana. Kami sampai di rumah makan sederhana dan meminta perlindungan, sungguh Tuhan Maha baik bagi kami, bibi itu menyuruh kami sembunyi di dapurnya. Dirasa aman, bibi menyuruh kami keluar. Kami diberikan beberapa makanan serta obat
"maaf" kata Jongdae lirih. Bekas pukulan dari Chanyeol tercetak di perutnya. Biru
"kita ke rumah sakit ya? aku takut terjadi apa-apa" dia menggeleng
"ini masih terlalu kecil. Eomma pernah melakukan lebih parah dari ini" bisiknya. Berharap aku tidak mendengarnya, tapi aku bisa mendengar kalimat 'eomma pernah melakukan lebih parah'
"eomma? Dia pernah memukulmu? Kapan?" dia diam
"Jongjong makanlah ini. aku tidak tahu apakah kamu suka atau tidak. Tapi setidaknya makanlah sedikit. Wajahmu pucat dari tadi"
"benar, kamu belum sempat sarapan kan? Ah kenapa eomma terus membuat seafood beberapa hari ini? aku bosan"
Jongdae menerima suapan dari Luhan. Luhan tersenyum bahagia dan siap mengucapkan kalimat pernikahannya lagi, namun Jongdae menutup mulutnya. Kami otomatis tertawa karena tingkah mereka. Setelah kami membayar dan mengucapkan terima kasih, kami pergi dari rumah makan itu
"tunggu, ini ada sedikit makanan untuk kalian. Makanlah yang banyak" bibi itu memberikan 4 paper bag berisi makanan
"dengan senang hati kami menerimanya bibi. Terima kasih" Luhan dengan tidak malunya menerima dan membagikannya.
"rezeki jangan ditolak sobat. Nah, pulanglah. Aku akan mengantar Kyungsoo. Kami 1 blok. Minseok, aku titip calon istriku ya haha"
"aku benci Luhan hyung"
"dia hanya bercanda. Jangan dianggap serius. Dia bilang seperti itu kepada banyak orang"
Kami pulang dan mendapati pintu rumah terkunci. Karena aku jago dalam membobol pintu rumah, segera kubuka pintu itu dengan kartu pelajar. Ternyata kartu pelajar tidak hanya berfungsi sebagai identitas dan peminjaman buku di perpustakaan sekolah, tapi untuk membobol pintu. Kami segera masuk agar eomma tidak marah
"Minseok masuk kamar, Jongdae ikut eomma ke gudang" suruh eomma penuh penekanan
"Jong" ucapku kasihan. Pasti setelah ini-
Benar. Aku mendengar teriakan dari dalam gudang. Suara kesakitan. Appa keluar dari kamar, mengajakku masuk ke kamarnya
"Appa. Kau harus melakukan sesuatu! Aku tidak bisa mendengar ini terus menerus!" teriakku terisak
Appa hanya diam. Memelukku lembut. Aku menangis sejadi-jadinya
"kamu adalah anak kandung appa Minseok. Kamu anak kebanggaan kami berdua. Mengertilah keadaan ini Minseok"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP ME! ✓
RandomJongdae, seorang anak lugu, polos, memiliki ambisi dan lucu. Dibesarkan bersama seorang kakak bernama Minseok yang selalu merawat serta membelanya kapanpun. Namun, seindah indahnya sebuah keluarga, terdapat sebuah kisah kelam dibalik itu Ah,jongdae...