Yerin ingat, Ibunya pernah mengatakan bahwa, saat menikah nanti Yerin harus menjadi istri yang baik dan menuruti apa yang suaminya inginkan.
Tapi Yerin juga diberitahu, seorang istri juga punya hak atas dirinya sendiri. Apa lagi kita tidak pernah tahu apa isi hati orang lain. Yerin tahu kehidupan orang tuanya juga tidak sesempurna itu.
Beberapa kali mereka sempat bertengkar, tapi tidak sampai melakukan hal-hal aneh. Ibu bilang itu adalah hal yang wajar di dalam pernikahan.
Menikah bukan hanya tentang kalian saling mencintai, Cinta butuh komitmen. Pernikahan juga bukan hanya tentang pemikiran dua orang yang harus dijadikan satu.
Menikah adalah tentang bagaimana kamu berkomitmen bersama pasanganmu, untuk menjadi keluarga dan menjadi orang tua.
Pernikahan yang tidak harmonis tidak hanya merugikan untuk pihak laki-laki atau perempuan saja, seorang anak adalah pihak yang paling dirugikan.
Yerin sudah melihat banyak contoh soal itu, pernikahan yang hanya di lakukan untuk kepentingan politik atau kubu. Menjadikan seorang anak yang tidak bisa memilih oleh siapa dia ingin dilahirkan, menjadi korban.
Yerin terkadang bingung, kenapa ada pernikahan yang terjadi hanya karena urusan politik? Mereka tahu jika tidak akan ada kebahagiaan di sana. Rasanya seperti berlari di atas batu kerikil tanpa alas kaki dan tanpa tahu jalan yang di lewati memiliki ujungnya atau tidak.
Saat titah Raja diturunkan, Yerin tentu sudah berada dalam posisi yang tidak bisa lari, seolah ada rantai tidak kasat mata yang mengikat di lehernya.
Namun entah apa yang terjadi. Awalnya Yerin benar-benar membenci laki-laki itu, apa lagi saat dia tahu bahwa laki-laki itu sudah memiliki perempuan lain. Yerin benar-benar merasa dipermalukan.
Memangnya bagaimana perasaanmu dipaksa menikah dengan orang yang tidak kamu cintai dan kamu harus melihat orang itu bersama kekasihnya sepanjang waktu? Yerin mungkin akan baik-baik saja pada awalnya.
Tapi Cinta ada karena terbiasa kan? Sedikit demi sedikit tameng yang di buat Yerin terkikis, laki-laki itu entah sengaja atau tidak, membuat perhatian Yerin beralih kepadanya.
Mulai dari obrolan ringan, yang mungkin mengejutkan hanya dalam waktu singkat laki-laki itu mengambil ciuman pertama milik Yerin.
Mungkin untuk sebagai orang itu tidak penting, tapi apa kamu yakin bisa melupakan orang yang mengambil hal pertama milikmu?
Yerin merasa benar-benar bodoh, dia harusnya mengerti bahwa dirinya hanya pelampiasan. Laki-laki itu mencintai orang lain, bukan dirinya.
Dia berciuman dengan kekasih orang lain, betapa piciknya dia. Apa bedanya sekarang Yerin dengan wanita murahan?
Pikiran seperti itu terus-menerus membuat Yerin tersiksa, dia tidak tahan lagi dengan dirinya sendiri.
Lantas sekarang apa yang harus Yerin lakukan? Dia tidak bisa lari, tetapi dia juga tidak bisa menghadapi kenyataan yang pahit seperti ini.
"Hei, kamu menangis kak?"
Yerin mendongak, dia melihat sepupunya Sinb, datang dengan nampan berisi teh dan kue kering.
"Ah? Aku tidak menangis." Yerin mencoba memastikan dengan menyentuh bagian pipinya yang ternyata memang basah.
"Ya, kamu tidak menangis, sepertinya atap rumah ini bocor."
Yerin terkekeh tanpa sadar, sepupunya itu memang memiliki watak yang sama dengannya.
"Kamu datang ke sini untuk menyembuhkan diri. Jangan sampai orang tuamu bertanya kenapa kamu malah jadi gila setelah pulang dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Wife [Taerin-Eunkook] [End] ✔
Fanfiction[Drama/Romance] [R+15] Yerin harus menikah dengan Duke Kim karena titah dari Raja. Sementara Eunha menikah dengan Duke Jeon karena perjodohan yang sudah berlangsung sejak mereka kecil. Dua pria yang menjadi incaran para wanita dalam pergau...