Bagian Enam

4.9K 685 40
                                    

    Eunha membuka matanya, dan hal yang pertama kali tertangkap oleh netra-nya adalah sosok perempuan dengan rambut hitam panjang hingga sepinggang.

    "Akhirnya kamu sadar juga," ucap perempuan itu, seperti ada sebuah kelegaan di dalam nada suaranya. Sepertinya dia sangat khawatir dengan keadaan Eunha.

    "Kenapa kamu bisa ada di sini?" dia mencoba untuk bangkit.

    Perempuan itu langsung bergerak membantu Eunha untuk duduk di  ranjang, dia juga menumpuk dua bantal agar bisa menjadi sandaran untuk temannya itu.

    "Baru beberapa hari kamu pindah, sekarang sudah kumat saja. Setahun kemarin kamu berhasil lewati tanpa trauma kamu kambuh, dan beberapa hari di sini kamu keadaan kamu langsung begini. Asal kamu tahu, rasanya aku ingin memukul wajah calon suamimu itu."

    Eunha menghela nafas. "Ambilkan aku air."

    Yuna memutar matanya malas, lalu berjalan ke arah meja yang tidak jauh dari ranjang, tadi ada pelayan yang membawakan teko berisi air dan juga gelas.

    "Aku tidak bisa mengendalikan diri saja tadi. Aku teringat ayah dan wanita itu." Eunha menerima gelas yang di sodorkan oleh Yuna.

    "Itu hanya kenangan buruk, kamu tidak boleh terus-menerus dihantui dnegan kejadian yang membuat kamu terus ketakutan."

    Eunha menenggak habis minumannya,  lalu melirik ke arah Yuna. "Aku punya dua pilihan dan dua-duanya sangat beresiko. Jika aku menolak pertunangan ini, keluargaku akan dalam masalah. Sementara jika aku tetap melanjutkannya, aku mungkin akan kembali ke masa-masa menyedihkan saat melihat ayah lebih memilih wanita yaang bahkan sudah menghancurkan masa depan anak kandungnya sendiri."

    Yuna menghela napas. "Calon suami mu bahkan pergi dengan wanita lain saat calon istrinya dalam keadaan tidka baik, aku rasa harus ada perjanjian di antara kalian, perjanjian yang mungkin menguntungkan diri kamu."

    "Maksud kamu?"

    "Minta dia membelikan sebuah rumah atas nama kamu, lalu beberapa butik atau restoran atas nama kamu, dan buat perjanjian kalau kalian akan bercerai dalam beberapa tahun."

    Eunha menganga tidak percaya, bagaimana mungkin dirinya mengajukan hal mengerikan seperti itu? Menikah laku bercerai. Eunha bahkan tak pernah sampai memikirkan hal itu.

     Walau mungkin ada benarnya juga apa yang temannya itu katakan.

    "Setelah semua selesai, kamu tidak perlu lagi kembali ke rumahmu. Kamu hanya perlu hidup dengan apa yang kamu punya, tenang tanpa terlibat apapun."

    Benar, jika melakukan semua itu Eunha tidak perlu lagi terkekang oleh apapun.

    "Pikirkan saja dulu, tidak perlu terburu-buru. Aku hanya ingin kamu baik-baik saja, yang terpenting adalah jangan sampai kamu jatuh Cinta pada tuan Duke."

    "Jatuh Cinta?"

    Yuna menganggukkan kepalanya, "Jangan jatuh Cinta pada laki-laki itu, karena kamu juga tahu kalau laki-laki itu tidak pernah serius untuk hubungan seperti ini."

    "Wanita tadi, yang bersama tuan Duke siapa? Wajahnya tidak asing."

    Yuna duduk di pinggir ranjang Eunha, "Oh? Dia itu istri kedua Count Dreek, benar-benar jalang. Sudah punya suami saja masih mendekati laki-laki lain, aku sangat jijik dengannya."

    Eunha menghela nafas. "Ngomong-ngomong kenapa kamu bisa ada di sini?"

    "Aku sedang di rumah tadi, sedang bersantai sampai suamiku mengatakan ada orang dari kediaman Duke Jeon, menemui Dokter Yoon dan pergi."

Duke's Wife [Taerin-Eunkook] [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang