Pancar Ketiga

59 8 0
                                    

Jejaring biru gelap menyelimuti bumi perlahan namun pasti. Makhluk hidup yang terdampak jejaring itu membeku seketika, memudar warna kehidupannya. Bulan api Ganaspati semakin membesar seiring banyak manusia yang ditelannya. Bila ini terus berlangsung, dia bakal sanggup menelan utuh planet bumi.

Lenyaplah warna.

Lenyaplah harapan.

Lenyaplah kehidupan.

Satu jam sebelum Ganaspati muncul di langit bumi manusia, Moses dan Noah merasakan getaran firasat. "Ada yang terjadi." Kata Moses kepada Noah.

"Astacakra ketiga?" tebak Noah.

Mereka langsung naik ke lantai atas tempat jemuran. Ada markas rahasia yang dibuat ayahnya dan Ki Warugan. Ayah mereka lagi pergi, di rumah hanya ada mereka dan ibu. Berdua menyebut nama Ki Warugan tiga kali sambil mengetuk relik Astacakra masing-masing. Punya Moses adalah sabuk kuno. Punya Noah adalah jam tangan kayu. Ki Warugan muncul seketika dengan raut panik. Tak pernah mereka melihat Ki Warugan sepanik itu.

"Kalian harus bergerak cepat. Ganaspati telah turun ke dunia kita." Ki Warugan menjelaskan siapa itu Ganaspati. "Seperti yang kalian temui waktu itu, desa ketiga di Astalawang sudah menemukan Astacakranya. Musuh dari Astacakra itu adalah Ganaspati. Pelahap kehidupan."

Markas mereka adalah ruang dadakan yang diciptakan oleh energi Astacakra. Mereka masuk ke dalamnya. Ruangan itu penuh dengan peralatan canggih, hasil imajinasi Noah. Terpampang di hadapan mereka hologram bumi, dibesarkan sehingga menampakkan satu lokasi, yaitu lapangan Sunburst BSD.

"Astacakra ketiga seorang drummer?" kata Moses.

"Akhirnya kau kami temukan."

"Dia kelihatan butuh bantuan kalian." Kata Ki Warugan. Tiba-tiba orang sepuh itu berhenti bergerak. Warna tubuhnya memudar. Dan ketiganya terlempar keluar dari ruang dadakan. Moses dan Noah langsung mengaktifkan baju perang mereka. Segalanya berubah tanpa warna dan waktu seolah membeku. Mereka turun menengok ibu. Sudah beku tak berwarna.

Di udara mereka merasakan adanya getaran merambat. Hangat khas cahaya energi Astacakra. Sabuk Moses dan jam tangan Noah bergetar, beresonansi. Mereka keluar rumah dan mendapati bulan api Ganaspati telah mencium tanah bumi. Mereka membuat selendang sakti mereka menjadi baling-baling. Terbanglah mereka ke BSD.

Namun mereka terlambat. Astacakra ketiga dan orang-orang di lapangan sana telah lenyap. Menyisakan kabut putih tebal. Ganaspati bergerak pindah ke tempat lain. "Torpedo?" usul Noah.

Moses mengangguk. Keduanya menyelimuti tubuh dengan selubung cahaya yang bergerak deras seperti air terjun. Lalu mengentak terbang sambil berotasi. Keduanya saling silang berputar-putar. Menciptakan energi yang mewujud rudal jarak jauh. Serangan mereka rupanya tidak mempan ke bulan api Ganaspati. Mereka jatuh. Mendadak seperti hilang kekuatan. Saat mereka jatuh ke tanah, langsunglah ditelan oleh Ganaspati.

Tiga Astacakra telah ditelan.

Lenyaplah warna.

Lenyaplah kehidupan.

Apakah masih ada harapan?

Kita mengalami kematian warna dan waktu. Jiwa raga kita ditelan mentah-mentah. Tempat kita berada kini pindah ke dalam perut Ganaspati. Dalam perutnya, tempat tinggal kita terduplikat di sana. Namun kita ada tak bergerak. Bagai patung. Bagai museum. Secara perlahan, esensi kehidupan kita disedot sampai habis. Kita sedang dicerna. Eksistensi kita digerus. Kita manusia biasa, tak bisa berbuat apa-apa.

Ada yang bisa bergerak di dimensi perut Ganaspati ini. Astacakra. Berita baiknya, mereka ada tiga.

Mail siuman dari pingsannya. Himpitan energi dari Ganaspati ketika menelannya begitu dahsyat. Nyala simbol di tangan dan dadanya kedap-kedip. Ia mengumpulkan kekuatan dahulu. Ia melihat ke sekeliling. Di hadapannya, ribuan penonton Raung-Raung membeku saat mereka jingkrak-jingkrakan. Bili Rubin, Veri Ses, dan Kelo Aidi masih di atas panggung. Peralatan musiknya lengkap. Namun mematung. Mail sendiri menemukan dirinya di belakang drum. Ia berdiri, menyingkir dari panggung. Mengecek teman-temannya. Tato simbol Astacakra mereka masih ada tapi tak begitu kentara. Kaos bersimbol Astacakra yang dikenakan ribuan penonton pun seperti pudar.

Mail melompat turun, bergerak ke satu penonton perempuan, ia menyentuh simbol di kaosnya. Mail konsentrasi, menyalakan energi cahaya Astacakranya. Simbol di kaos itu bisa menyala. Tapi kemudian redup dan padam.

Ia melihat ke atas. Tidak ia temukan kepala-kepala api Palageni. Ke mana mereka?

Gelap dan sunyi ke mana pun Mail berjalan. Ia diterpa hunjaman hebat di jantung. Penyesalan. Merasa gagal. Rencananya mentah. Kiamat jadi datang lebih awal gara-gara dirinya. Mail menangis, berlutut ke tanah. Dadanya sesak. Semua orang lenyap gara-gara dirinya. Kesembronoan dan perencanaan yang tak matang. Mail bangkit, mencari Badri. Ketemu. Badri mematung saat sedang ambil wudu. "Maafkan wa cuy." Tumpah lagi air matanya.

Hening total. Mail bisa merasakan orang-orang makin banyak yang ditelan oleh Ganaspati. Perut Ganaspati semakin meluas. Ia putus asa. Inilah akhir dunia. Mail melepas baju tempur Astacakra satu per satu.

"Sebaiknya jangan dilepas dulu."

Mail kaget. Ada suara. Suara yang bisa didengar. Ia menoleh dan mendapati dua orang yang memakai baju tempur mirip yang dimilikinya. "Siapa kalian?"

"Kami Astacakra." jawab Moses.

"Maka kami ada." Lanjut Noah.

Mail mengernyit. "Kau juga Astacakra." kata Moses.

"Astacakra ada tiga?"

"Untuk saat ini, iya. Janganlah putus asa, kawanku. Segala kesulitan pasti ada jalan keluar."

"Tapi tidak dengan akhir dunia." Mail berkata sedih.

"Kau masih bisa melihat orang-orang ini ada kan? Berarti masih ada harapan. Nyalakanlah lagi Astacakra-mu. Selagi masih ada waktu, mari kita bersama-sama melawan Ganaspati." Ujar Moses bijak.

"Kau bagian dari perlawanan ini kan?" cepos Noah.

Mail tersentak, menyeringai. "Kita bagian dari perlawanan ini."

Moses dan Noah memperkenalkan diri dengan nama asli. Mereka cerita relik Astacakra mereka beresonansi. "Itu asalnya dari relik Astacakra-mu kan?"

Mail mengeluarkan toya yang kini berubah jadi stik drum lagi. "Maksudmu ini?"

"Pantas kau jadi drummer. Ya betul itu. Pasti ada maksud dari resonansi ini. Bagaimana kau sebelumnya melawan Ganaspati?" tanya Noah.

Mail menceritakan perlawanan dengan musik. Melawan sunyi dengan kebisingan.

"Menarik. Cerdas sekali. Tak pernah kami terpikir untuk melawan musuh dengan musik dan bantuan manusia non Astacakra."

"Bagaimana kalau kita lakukan cara yang sama. Tapi semua Astacakra?" usul Moses.

"Kalian bisa main musik?"

"Ya satu dua kunci gitar, kita tahulah." Kata Noah.

Mail bangkit kembali semangat perlawanannya. Ia lari ke panggung diikuti Moses dan Noah. Mengambil gitar dan bas dari Bili Rubin dan Veri Ses. Dari matanya ia mengalirkan setrum ke generator. Panggung menyala beserta sound systemnya. Moses mengambil gitar. Noah mengambil bas. Mail memutar-mutar stik drum. "Lakukan ini." ia meminta Moses dan Noah mengacungkan jari metal ke atas sambil menyalakan energi cahaya Astacakra.

Gebak gebuk. Genjreng genjreng. Betat-betot. Dari setiap Astacakra menyorot energi cahaya yang terang dan panas ke langit. Mengguncang perut Ganaspati. Gelombang kejut terjadi. Menggetarkan tanah. Ganaspati murka. Mata apinya muncul dan menghadapi mereka.

Moses terus menggenjreng di kunci A. Noah membetot senar bas gila-gilaan. Dentumannya menggebu jantung. Seiring munculnya mata api Ganaspati, kepala-kepala api Palageni bermunculan di langit.

Mail baru ini merasakan kekuatan yang berkali lipat dari ia membagi kekuatannya dengan Raung Raung. Kekuatan Astacakra berlipat tiga. Ia tak memedulikan ancaman Ganaspati dan Palageni yang sudah mengepung mereka. Ia meresapi semburan hangat kekuatan ini. Jalaran tribal di tubuhnya membentuk pola yang bagus. Ia banjir cahaya. Begitu pula dengan Moses dan Noah. Mata Moses menyorotkan cahaya. Pancar pertama. Mata Noah menyorotkan cahaya. Pancar kedua. Mata Mail menyorotkan cahaya. Pancar ketiga. Ketiganya bermandikan cahaya. Semakin terang dan membutakan. Gelombang bunyi disertai energi cahaya Astacakra merambat di udara. Panggung itu sudah tak kelihatan lagi. Tertutupi cahaya energi Astacakra.

Dan meledaklah.

Hening kali ini tidak gelap lagi.

ASTACAKRA #3 PANCAR KETIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang