13.

22 5 1
                                    

Kenapa harus berakhir dengan kesalah pahaman ya tuhan.

---

Happy reading!

Ara melangkah gontai ke kelasnya. Suasana hatinya sedang kacau. Ia tak tahu apa yang terjadi. Kemarin ia bersma Vano, tapi bangun-bangun malah berada di kamarnya.

Ia terlalu malas bertanya ke orang tuanya. Jadi ia hanya menutup mulut rapat-rapat.

Ara menduduki bangku yang lain. Tidak dengan Kayla. Jujur saja, ia takut jika bersama Kayla.

"Eh Ra, awas gue mau duduk. Pindah sana." Usir Fajar yang tempat duduknya diduduki Ara.

"Kamu disana aja Jar, aku disini dulu ya." Ara memelas membuat Fajar tak tega. Sejak kapan Ara mau sebangku dengan cowok? Kenapa bukan dirinya yang sebangku dengan Ara?

Fajar mesem-mesem tak jelas. Hingga menginjak tali sepatunya yang belum terlilit.

"Aduh anying, sakit lagi. Reputasi gue sebagai cowok kalem udah musnah anying." Ujar Fajar sambil menahan air matanya. Ia tak mau jika Dias menertawakannya. Seluruh penghuni kelas hanya menahan tawanya. Fajar tau itu. Tapi ia hanya menggerutu saja, mengusap-usap sikutnya yang sakit.

"Jar, lantainya gak apa apa kan?" Tanya Rania sambil sesekali terkekeh.

Fajar memalingkan muka, menahan malu.

Ara tak peduli dengan sekitarnya, hingga keberadaan Kayla pun Ara tak peduli.

"Ngapain lo disini, sana hus hus." Usir Kayla.

"Tuan putri mau duduk sama Dias, yaudah mau gak mau gue disini, daripada gak dikasih contekan lagi." Jelas Fajar.

Kayla mendengus kasar mendengarnya. Fajar yang mendengar dengusan Kayla menjadi takut.

"Jangan bilang lo mau jadi banteng anying." Teriak Fajar kepada Kayla.

"Mana bisa tai, gue manusia bukan banteng." Geram Kayla.

"Itu tadi ngedengus keras banget goblok." Kesal Fajar.

"Kenapa lo yang nyolot sih? Sana lo pergi deh, gak sudi gue sebangku sama cowo gila." Teriak Kayla.

Ara yang mendengar perdebatan tersebut berdiri. Lalu membuat hening sekelas.

"Jar, kamu disini aja." Selesai mengucapkan itu, Ara pergi keluar kelas. Ia menuju rooftop sekolah. Ia butuh obat untuk menenangkan pikirannya. Mungkin rebahan. Mungkin makan. Mungkin juga.... Septian? Entah lah ia juga bingung dengan dirinya sendiri.

"Kak Ara." Seseorang berdiri depan pintu rooftop. Ia terlihat seperti orang berlari dikejar anjing.

Berkeringat banyak, ngos ngosan. ia cukup terlihat seperti orang kesetan yang berlari-lari.

"Ngapain kamu kesini?" Ara terlalu malas berduaan bersama orang lain.

"Telat, terus dikejar Pak Samsul." Terangnya.

"Gak nanya." Ucap Ara acuh tak acuh.

Radit melongo mendengar ucapan Ara. Emang benar apa kata orang, bego sama polos beda tipis.

achieve timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang