6.

66 32 30
                                    

Debaran ini masih sama seperti dulu, saat terakhir kali kita berjumpa hingga kini berjumpa lagi.

--

"Wahhh Sep, ini gak salah? Bagus bangettt." Ucap Ara sumringah.

"For you." Septian tersenyum tipis.

Septian telah merencanakan ini, ia akan mengutarakan niat baiknya di puncak kali ini kepada Ara. Namun ia ragu dengan keputusan Ara nanti nya.

"Ra, gue mau ngomong sesuatu." Septian memulai pembicaraan.

"Itu udah ngomong kata sesuatu." Ara terkikuk, meskipun candaannya garing, bahkan sangat garing.

"Serius Ra." Ucap Septian sebal.

"Oke oke, apa?" Ara mulai serius dengan pembicaraan kali ini.

"Mau jadi pacar gue?"

Ara melongo dibuatnya. Ia tak tahu harus apa. Ucapan sakral yang di ucapkan Septian terlalu to the point. Ara kira ia akan membicarakan tentang kepengurusan osis, namun perkiraan ia kini meleset.

"Ra?" Septian sedikit teriak.

"Eh iya Sep?" Ara sadar dari lamunannya.

"Gimana?" Wajah Septian masih datar. Tanpa ekspresi.

Ara mencubit tangannya, dan yang ada ia malah meringis kesakitan.

"Aduh gak mimpi ternyata." Ara masih mengaduh kesakitan.

"Siapa bilang ini mimpi Ra?" Septian terkekeh melihat Ara melakukan hal konyol.

"Aku lah."

"Jadi?" Septian menunggu keputusan Ara.

"Jadi apa?" Ucap Ara polos.

"Pacar gue."

"Septian punya pacar? Ohh selamat ya." Ucap Ara bersedih.

"Anjir ini gue yang bego atau emang gue yang belet. Sabarkan gue yatuhan." Ucap septian sambil memukul meja gregetan.

"Lah Septian kenapa? Jangan gitu nanti tangannya sakit." Ara memegang tangan Septian, menghentikan pergerakan Septian memukul meja. Setelah itu Ara meniup niup tangan Septian.

"Ra, mau jadi pacar gue?"

"Mau." Ucap Ara spontan.

"Eh." Ara kaget karena Septian tiba tiba memeluk dirinya.

"Makasih." Lirih Septian disamping telinga Ara.

Ara tersenyum, akhirnya impiannya menjadi nyata. Tapi ia tak tahu apa yang akan terjadi ke depan pada hubungan mereka. Semoga rintangan rintangan bisa mereka lalui. Itu yang ada di pikiran Ara.

Lain dengan pikiran Septian. Ia tak ingin menyakiti hati wanita untuk dua kali. Namun apa lah daya, ia tak bisa apa apa. Semoga Ara tak terlalu dalam untuk mencintai nya.

"Ayo makan lagi." Ucap Septian.

"Nggak mau, kenyang." Ara bersender ke kursinya.

"Mau jalan-jalan?"

"Aku mau pulang aja." Ara mengeluarkan jurun puppy eyes nya.

"Baru juga beberapa menit pacaran, udah ldr aja." Gumam Septian.

"Yaudah ayo." Septian memegang tangan Ara, seperti tak mau kehilangan Ara.

"Silahkan masuk nyonya Septian." Ucap Septian sambul tersenyum.

achieve timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang