Cepat sembuh, agar kita bisa kembali bersama.
---
Ara diam. Ia tak bisa berkutik. Penjelasan Septian terlalu menyakitkan. Ara masih tak paham, untuk apa uang dari Vano. Sakit apa Septian selama ini.
"Sakit apa kamu?" Ucap Ara dengan nada bergetar.
Septian tersenyum sekilas mendengar pertanyaan Ara. Ia menuruti apa kata Bara, untuk memberitahu orang yang paling disayangnya.
"Kanker otak stadium 4." Jawab Septian dengan tenang.
Ara menjerit histeris. Untung saja dilorong ini tidak banyak ruangan, jadi tidak masalah jika berteriak sekalipun. Septian meraih tubuh mungil itu kedalam dekapannya. Diam-diam ia meneteskan air matanya juga.
"Sekarang mau kemana?" Tanya Ara setelah terlalu lelah menangis untuk hari ini.
"Singapura." Ucap Septian berusaha tegar.
"Kenapa gak jelasin ini dari pas di sekolah?" Tanya Ara lagi.
"Takut Vano tau, bisa-bisa dia ngebahayain kamu." Jawab Septian.
Septian tersenyum manis kepada Ara. Ia tak kuasa meninggalkan pujaan hati. Ia tau, ia brengsek telah mencintai Ara tanpa ikatan halal. Namun, firasatnya buruk. Maka dari itu ia berni memacari Ara selain karen pengobatannya.
"Jaga diri kamu ya, satu hal yang kamu belum tau. Radit adik kandung aku. Aku titip kamu sama dia ya." Pinta Septian.
Ara menitikkan air matanya kembali. Ia merasa gagal menjadi pacar Septian. Cowok itu terlalu banyak rahasia.
"Cepet sembuh. Doa aku untuk kamu selalu." Ara memeluk Septian lagi. Ia terlalu naif mengatakan cintanya.
"Aku sayang kamu Ra." Bisik Septian dalam pelukannya.
Ara hanya diam. Memikirkan kembali kejadian-kejadian yang kali ini menimpanya.
Septian melepas pelukannya, lalu melirik jam tangannya. Ia tersenyum samar. Lalu beralih meraih tangan mungil Ara. Ia menciumnya sesaat. "Aku pergi, kalo gak balik relain ya." Ucap Septian diakhiri kekehan.
Ara memukul pelan pundak Septian. Ia kesal dengan ucapan pria itu. Tapi, satu yang mengganjal pikirannya. Keluarganya tau akan hal ini?
"Keluarga kamu tau?" Tanya Ara setelah keadaan sedikit menghening.
"Cuma Radit. Mamah, papah gak peduliin aku. Hehehe." Ucap Septian lirih.
Ara tertegun. Ia tahu rumah Septian, tapi tidak tahu keadaan di dalamnya. Ia meringis memikirkannya.
Septian membuyarkan lamunan Ara, sekali lagi ia pamit. Setelah diangguki Ara, ia melangkah kedalam lift lagi. Ia akan menemui dokter yang dijanjikannya, lalu bersiap menuju Singapura.
Ia masuk ke ruangan dokternya, tanpa mengetuk pintu. Ia duduk di brankar, menunggu dokter Rizal datang.
Tak beberpa lama kemudian, dokter Rizal masuk ke ruangannya. Melihat Septian ada disana, ia tersenyum. Akhirnya Septian mau menuntaskan pengobatannya di Singapura.

KAMU SEDANG MEMBACA
achieve time
Roman pour AdolescentsWaktu bergulir cepat, dia tak merasakan apa arti kasih sayang orang tua kandung, dari kecil hingga besar dia harus menanggung semuanya. Tak peduli dengan penderitaannya, kini dia harus bertahan hidup seorang diri, tak peduli berapa banyak cemooh yan...