3.

108 57 50
                                    

"Ra lo yakin?"

Ara mengerutkan kening bimbang.

"Entahlah aku pun tak yakin ini rumah Septian."

"Terus hal apa yang buat lo bimbang Ara sayang?" tanya Kayla

"Mana aku tahu." Ara mengedikkan bahu lalu pergi dari hadapan Kayla.

"Anjir terus kenapa kesini sih bego?!" Teriak Kayla sambil menyusul Ara yang telah jauh dari hadapannya.

"Ih nge elpiji, aku gak suka." Ucap Ara memalingkan muka sambil terus berjalan menjauhi Kayla.

"Lah anjir? Gue di tinggal lagi? Nasib jomblo gini nih." Kayla mengejar Ara

---

"Kak Ara?" Seseorang berteriak dari arah jauh kepada Ara dan Kayla yang sedang berjalan kaki di zebra cross.

Ara mengerutkan kening heran, sepertinya ia pernah lihat cowok tersebut, tetapi tidak tahu dimana dan Kayla pun sudah meminta penjelasan dari Ara lewat tatapannya, karena tak biasanya seorang cowok memanggil namanya kecuali jika ada kepentingan tertentu.

"Kak Ara mau aku antar?" Ucap cowok tersebut sambil sedikit tersenyum.

"Siapa ya? Aku gak kenal kamu." Balas Ara dengan pertanyaan lagi.

"Oh iya kenalin aku Radit kak, kelas 10 Ipa 2." Ucap Radit memperkenal kan diri.

"Gue Kayla, dan Ara gak perlu di antar, terimakasih." Kayla menarik tangan Ara menjauhi adik kelasnya itu.

Setelah jauh dari Radit, akhirnya Kayla melepaskan cekalannya dari tangan Ara, dan ia pun menatap Ara penuh penjelasan.

"Siapa dia Ra? Kenapa gue gak kenal dia? Biasanya lo cerita ke gue Ra."

"I don't know who is that, kamu juga dengar kan tadi dia perkenalin dirinya ke kita, dan buat apa aku cerita yang gak aku tahu, kamu kenapa sih Kay? Perasaan kalo aku deket sama cowok, kamu gak setuju gitu, tapi giliran aku deket sama Vano kamu ngedukung banget." Ara kesal dengan tingkah childish-nya Kayla.

"Gue cuma gamau lo kenapa-napa Ra, ngertiin dong Ra." Kayla berlalu dari hadapan Ara.

"Terus dengan aku pacaran sama Vano, aku bisa bahagia? Meskipun dipaksakan?" Gumam Ara.

---

"Kakakkkkkk, where are you? I need your money kakakkk." Teriak Ara

"Astagfirullah Ara, jangan teriak gitu, kalau butuh kakak kamu cari ke kamarnya, jangan teriak teriak gitu, udah berapa kali ayah ingetin sih Ra." Randy menggeleng-gelengkan kepala.

Ara di sekolah memang berbeda dengan Ara di rumah. Jika di sekolah ia bisa menjadi Ara pendiam, ketus, dan motivator, tetapi Ara di rumah sangat lah berbanding terbalik, ia bisa berubah menjadi manja, pecicilan, dan cerewet.

"Kakak?" Ara membuka pintu yang bertuliskan 'orang jelek dilarang masuk!' itu yang tak lain kamar kak Hymi.

"Lah kebo, di panggilin daritadi, di teriakin daritadi, dicariin daritadi, malah tidur, pantesan kagak nyaut." Ara menghampiri kasur kakak-nya itu.

Rumahnya ini hanya-lah rumah sederhana, takda istilah mansion seperti istana, tak ada istilah king-size, takda istilah mobil sport keluaran terbaru. Ini adalah rumah yang sederhana yang nyaman di tinggali keluarga kecilnya karena keharmonisan keluarga.

achieve timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang