Aku menyayangimu, tidak ada yang bisa masuk ke relung hatiku lagi karena sudah dikuasai sepenuhnya olehmu.
---
"Lagi apa disini?" Tanya Septian yang masih menggunakan baju seragam.
Ara mematung. Saat pintu lift terbuka, ia langsung pergi tanpa pamit. Septian menghela nafas. Mungkin luka yang ia torehkan terlalu dalam.
"Ra." Teriak Septian, karena jaraknya Dengan Ara terlalu jauh.
Ara berhenti melangkah. Ia hanya diam menunggu kelanjutannya. Septian menghampiri Ara. Ia merengkuh tubuh mungil itu.
"Mau dengerin penjelasan aku?" Tawar Septian. Ia menuntun Ara duduk di kursi tunggu yang ada di lorong tersebut. Ara hanya membuntuti Septian.
Mereka duduk dikursi tersebut. Septian hanya diam beberapa saat, "Ra, kalo aku gak ada. Tolong ingat aku tetap sayang kamu."
Ara mencerna kata-kata tersebut. Hingga ia menitikkan air matanya lagi. "Kenapa ada disini? Bolos?" Ucap Ara sekian lama.
"Ra, janji ke aku. Kalo aku gak ada kamu harus lebih bahagia, maaf selama ini udah mengusik hidup kamu." Ucap Septian menahan tangis.
"Kamu mau jelasin. Ini yang disebut penjelasan?" Ara terisak lebih keras. Ia sakit hati melihat Septian terus terusan. Cowok itu terlalu banyak rahasia yang disimpan seorang diri.
"Maaf. Nanti kamu tau, nih." Septian menyerahkan sebuah kalung liontin. Ara menerimanya dengan tangan gemetar.
"For what?" Tanya Ara.
"Kenang-kenangan. Aku mau pergi Ra. Jaga ya." Septian mengelus kepala Ara penuh sayang.
Ara hanya mengangguk, meskipun hatinya ingin mencegah Septian. Tapi apalah daya, dia bukan siapa-siapanya.
Septian melangkah menjauhi Ara. Ia harus mengecek kondisi badannya. Ia harus sembuh, dan kembali mengukir cinta dengan sang pujaan hati. Tekadnya begitu kuat, meskipun tak ada yang tahu selain Bara, jika dirinya mengidap kanker otak stadium 4.
Sebut saja dia brengsek. Dia taruhan dengan Vano dkk untuk mendapat uang agar bisa menjalankan pengobatan di Singapur.
Flashback
Septian berjalan seorang diri dengan membawa berkas OSIS. Ia tak sengaja menguping pembicaraan Vano dan teman-temannya.
"Ara aja. Si so alim so so an jual mahal tuh." Ucap Bimo.
"Gue gak setuju." Sanggah Bima.
Mereka yang ada di dalam ruangan, melirik ke arah Bima. Ia hanya acuh tak acuh dilirik seperti mangsa yang kabur dari penjeratnya.
"Suka lo sama dia?" Tanya Vano.
"Gak." Tukas Bima, ia mendelik tak suka. Hingga matanya bertabrakan dengan mata elang Septian.
"Eh ada tamu tak di undang, sini bro, ikut main." Teriak Bima sakartis.
Dengan bodohnya, Septian menghampiri mereka dan duduk dintaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
achieve time
Novela JuvenilWaktu bergulir cepat, dia tak merasakan apa arti kasih sayang orang tua kandung, dari kecil hingga besar dia harus menanggung semuanya. Tak peduli dengan penderitaannya, kini dia harus bertahan hidup seorang diri, tak peduli berapa banyak cemooh yan...