Tanya Jawab

110 23 7
                                    

Jaebum menoleh dan ikut duduk disofa disampingku, ia meminum jus jeruk yang kubawa. Lalu jarinya menunjuk kearah foto yang ada di dinding. "Kau dan Eunbi noona sangat mirip dengan ibumu, dan aku yakin laki laki itu adalah Junmyeon hyung. Dia mirip ayahmu."

Aku tertawa. "Kalau kami tidak mirip dengan orang tua kami itu patut dipertanyakan Jaebum-ssi."

Ia tertawa juga. "Karena aku tidak merasa mirip dengan ibu atau ayahku, malah aku merasa aku mirip kakakku. Oh ya, kemarikan kakimu aku akan memijatnya," ia menepuk pahanya memberikan isyarat agar aku meletakkan kakiku dipahanya.

"Eh tidak usah Jaebum, aku pikir kau hanya bercanda. Lagipula aku menyuruhmu mampir bukan karena aku memang ingin dipijat, tetapi sebagai ucapan terimakasihku saja karena sudah mau mengantarku pulang," jawabku kaku.

"Sudah, kemarikan!" paksanya.

Dengan ragu dan sedikit canggung, aku mengangkat kakiku. Namun Jaebum yang sepertinya tidak sabar langsung menarik kakiku dan meletakkannya diatas pahanya. Saat tangannya menyentuh kulitku aku merasakan perasaan lain yang merasuki tubuhku, entahlah aku sendiri tidak tau. Pijatannya begitu lembut.

"Em... Jaebum?" panggilku.

"Ya?" ia menoleh.

"Boleh aku bertanya tanya kepadamu? Tentang hal yang lebih pribadi dari dirimu," kalian tau, aku memberanikan diri untuk mengatakannya. Entahlah aku juga tidak tau kenapa aku bertanya seperti itu, sepertinya aku penasaran.

Dahinya mengerut, aku tau kalau ia bingung dengan apa yang baru saja kukatakan. "Kenapa kau ingin bertanya seperti itu? Aku pikir kau hanya menganggap kita ini adalah dua orang yang saling tau kalau kita ini saling mengenal sudah itu saja tidak lebih, bahkan kita tidak bisa dibilang sebagai teman."

Sedikit terkejut mengetahui bahwa Jaebum merasakan apa yang kupikirkan tentangku dan dirinya, aku merasa bersalah. Apa ia peramal? Dari cara ia mengatakan hal itu aku dapat merasakan sepertinya ia tidak suka dengan apa yang ia katakan. Entah itu kenyataannya atau hanya perasaanku saja.

"Awalnya aku memang berpikiran seperti itu, tapi pemikiranku ternyata salah. Dan kita sudah berteman sejak dari awal kita bertemu. Kita yang saling bertanya saat awal kita bertemu, kita yang setiap hari selalu bertemu jika aku mengunjungi Yuji, aku yang setiap hari menjaga keponakanmu, kau yang sering sekali mengucapkan terimakasih karena sudah mau menjaga Yuji ketika kau tidak ada, aku yang membuatkanmu sarapan, kau yang menunggui aku makan dicafetaria tadi, kau yang mau mengantarkanku pulang, bahkan kau tadi sempat mengatakan kepadaku hal pribadimu kalau kau suka menyanyi dan menciptakan lagu, dan sekarang kau sedang memijat kakiku. Bukankah itu bisa dikatakan sebagai teman?" tuturku panjang lebar, tapi jangan pikir aku berpura pura, tentu saja yang kukatakan itu jujur. Itu keluar begitu saja dari mulutku.

Jaebum tersenyum, tapi ia menunduk sambil tetap fokus memijat kakiku. "Ya itu memang bisa dikatakan sebagai teman, kalau bukan teman tidak mungkin bertemu setiap hari ataupun mau membuatkan sarapan untuk temannya. Tapi tadi saat Sejeong menyuruhmu untuk mengenalkanku kepadanya tapi kau berkata agar Youngjae saja yang mengenalkanku karena aku temannya, seakan akan kau tidak mau berteman denganku," terdengar nada kecewa diakhir kalimatnya.

Aku semakin merasa bersalah, aku pikir selama ini Jaebum menganggapku sama dengan aku menganggapnya, ternyata tidak. "Maafkan aku Jaebum-ah, aku tidak bermaksud sungguh, hanya saja tadi moodku sedang tidak baik. Kau mau memaafkanku kan?" aku memegang pundaknya.

Kini ia menoleh kepadaku dan tersenyum, tapi kali ini senyumnya begitu lepas tidak seperti beberapa menit yang lalu, yang sedikit mengandung kesedihan. "Buat apa kau meminta maaf Sooyoung-ah, aku tidak berkata kalau kau bersalah. Tapi jika kau meminta maaf kepadaku, tentu saja aku memafkanmu. Jadi sekarang kita berteman kan?"

I'm Your Joy // Joy x JaebumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang