20. Sobekan Kertas

172 42 129
                                    

Saka menyadari bahwa ketika ia bertemu Rika dan jatuh cinta padanya, ia merasakan sensasi kehadiran Sania juga di sana. Rika pernah mengusap-usap kepala Saka ketika pemuda itu berbaring di pangkuannya, persis sebagaimana usapan Sania. Rika pernah berbincang melalui telepon hingga larut malam bersama Saka, sesuatu yang mengingatkannya pada percakapan pukul tiga dini hari kala dengan Sania. Rika pernah membuatkannya bekal sehat yang dulu pernah Sania buatkan untuknya. Rika memiliki senyum lembut yang dalam bayang Saka sudah bukan lagi menyerupai Sica, tetapi Sania.

Saka tidak seharusnya melihat dan menyayangi Rika sebagai Sania. Tidak benar. Perasaan Saka untuk menyayangi Rika seharusnya sebagai pacar. Rika pantas mendapatkan apa yang semestinya ia dapatkan, sama seperti yang selama ini gadis itu berikan. Bukan sebagai balas budi. Hanya karena Rika pantas. Gadis itu manis, tuturnya lembut, parasnya cantik, pribadinya baik, kemampuan bersosialnya bagus, ia dikenal ramah. Perlahan-lahan mengubah pandangan Saka pada Rika sebagai gadis luar biasa yang nyaris sempurna, bukan lagi sebagai Sania.

Sedang di mata Sica. Rika sangat sempurna. Sica mengenal Rika dekat sejak mereka ada di tempat les yang sama. Mereka kerap bertukar kata saat saling menunggu jemputan di halte. Mereka juga pernah berdiskusi santai dan berbagi ilmu di kelas yang sama ketika les. Kedekatan mereka hanya sekadar putaran kecil di sebuah tempat les. Tetapi Sica tahu banyak. Rika adalah seorang gadis dengan masa depan yang tertata. Ia telah memiliki tujuan dan langkahnya sudah tertuju pada satu jalan yang terlihat mulus. Pribadinya dikenal banyak orang sebagai gadis manis murah senyum. Pembawaannya ceria dan bicaranya pantas disebut sebagai orang yang berpendidikan baik. Lingkup sosialnya besar. Sica melihat ada saja orang yang tersenyum pada Rika, menyapa, singgah di dekat halte untuk berbincang sebentar, hingga berfoto bersama.

Rika primadona di sekolahnya. Sica tahu itu ketika mereka saling bertukar akun media sosial dan Sica menemukan akun Instagram Rika dipenuhi banyak tanda hati dan pengikut. Akun Rika yang juga seringkali ditandai di akun Instagram sekolah gadis itu membuat Sica tahu lebih banyak. Rika anggota klub Dance yang berprestasi. Ia seorang anggota OSIS yang aktif. Teman-temannya banyak. Pencapaiannya banyak. Kegiatannya tak kalah banyak.

Sica merasa sangat kecil. Jika dibandingkan dengan Rika, Sica bukanlah apa-apa. Sica tidak aktif di sekolah. Sica tidak mengikuti ekstrakulikuler mana pun. Tidak ada yang mengenalnya kecuali orang-orang yang pernah berbagi ruang dengannya. Prestasinya tidak seberapa dibandingkan ratusan orang di Tunas Cemerlang. Sica tidak memiliki kelompok pertemanan seperti yang dimiliki Rika.

Sica tidak memiliki sesuatu yang pantas dibanggakan. Sica bukan apa-apa. Sica bukan siapa-siapa.

Mungkin itu sebabnya, Sica kini merasa kesepian. Mungkin itu sebabnya, Sica selalu berakhir sendirian. Mungkin itu sebabnya, Saka memilih Rika.

Genggaman Sica pada ponselnya menguat. Layarnya menggambarkan potret laki-laki yang berlari di lapangan hijau. Banyak orang di sana, tetapi orang yang mengambil foto itu jelas sekali telah memfokuskan bidikannya pada Saka. Caption-nya sesederhanya emotikon hati. Komentar-komentarnya berisi godaan teman-temannya. Pasti teman-temannya, pikir Sica. 176 komentar.

Seharusnya jempol Sica tidak gatal membuka aplikasi Instagram. Seharusnya ia tetap menjelajahi Google dan membaca artikel-artikel tentang 15 jurusan kuliah paling dibutuhkan di dunia kerja, atau artikel tentang memilih jurusan kuliah sesuai kepribadian, atau tentang jurusan-jurusan kuliah beserta prospek kerjanya. Bukannya justru menyakiti diri sendiri dengan membaca komentar manis yang ditinggalkan Saka di akun Rika.

"Ca, gue dipanggil temen-temen gue ke klub teater, nih. Gue tinggal nggak pa-pa, kan? Lo bawa bekal?"

Sica meletakkan ponselnya di meja, menoleh ke arah Rissa dan tersenyum. "Makin sibuk aja, Ris." Sica terkekeh kecil. "Nggak apa-apa. Semangat, ya!"

Satu Waktu Ketika RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang