15. Ingin Ada

267 78 77
                                    

Kabar kematian adalah sesuatu yang menarik bagi sebagian orang. Bagaimana dari sebuah kabar kepergian seseorang, selalu terselip pertanyaan tentang apa penyebab ia pergi, berapa umurnya, bagaimana dengan kondisi keluarganya, di mana peristirahatan terakhirnya, dan ... mengapa ia pergi secepat itu.

Kabar kematian seorang penyanyi keroncong kenamaan, masih hangat sejak beberapa minggu yang lalu. Portal-portal berita selebritas Indonesia masih kerap menayangkan hal-hal seputar kematiannya. Hari pertama perihal penyebab kematian dan penguburan. Hari berikutnya membahas keluarganya. Hari seterusnya membahas karya-karyanya. Salah satu yang Sica tahu, beliau adalah pelantun "Rek Ayo Rek". Seorang legenda. Kematiannya diketahui banyak orang. Kepergiannya menyisakan kenangan. Menandakan semasa hidupnya, ia mengudara dan bersinar. Memiliki hal penting yang membuat orang-orang bahkan se-Indonesia mengenalnya. Karya.

Sica jadi membandingkan dengan dirinya sendiri. Bagaimana dirinya yang tak terlihat ini akan berakhir?

Akankah ada yang mengenangnya? Akankah ada yang merindukannya? Akankah ada yang mengetahui kematiannya sebanyak legenda keroncong Indonesia itu?

"Lo mau kayak Om Mus?" tanya Rissa setelah Sica mengutarakan isi kepalanya. "Yang hidup dan matinya, diketahui banyak orang."

Sica mendelik geli saat Rissa menyampaikan kalimat keduanya dengan lagak seperti pembaca puisi. "Keren tau, Ris. Yang sampai mati bisa tetap bersinar. Apa daya gue?"

"Kamu, tuh, terlalu tertutup, Ca," sambar Riga. Pemuda itu masuk ke kamar Sica dengan minuman kaleng di tangan. "Coba kamu dulu, tuh, mau nyoba ikut klub. Satuuu aja. Pasti. Minimal anggota klub pada kenal kamu."

Riga duduk di kursi depan meja belajar. Rissa menyahut, "Bener, Ca. Sekarang, kalau lo mau ikut ekskul masih bisa, loh. Kalau tahun depan ketelatan, atau mungkin udah nggak bisa."

"Papa pasti nggak ngebolehin ikut klub Sastra kayak gitu," sahut Sica. "Aku juga nggak terlalu tertutup, kok. Aku temenan sama Rissa. Sama Tama. Sama Saka. Sama ...."

"Apa? Cuma segitu doang?" Nada Riga terdengar mengejek, Sica mendengkus kalah.

Rissa menyenggol bahu Sica. "Lo masih nggak dibolehin temenan sama Tama?"

"Nggak dibolehin, tapi dia masih temenan, Ris." Riga meneguk minuman kalengnya. "Malah kayaknya makin deket. Udah dua kali bolos, kan?"

Jantung Sica berdetak kencang. "Kak Riga tau?"

"Apa yang enggak Kakak tau, Ca?" Riga terkekeh. Meluncur sebuah cerita kala Riga menemui seseorang, teman kuliahnya, meminta bertemu pagi itu di sebuah taman, dekat dengan gedung Elevan FC. Di saat itu Riga melihat Sica dan Tama memasuki gedung, namun sekilas Riga bersitatap dengan Tama, sebelum pemuda itu benar-benar membawa adiknya masuk. Bagian tatap-tatapan itu tidak Riga ceritakan.

"Kayaknya nih, ya. Kisah cinta lo sama Tama bakal ke halang sama restu orang tua, Ca." Rissa mengulum bibirnya, tubuhnya jatuh ke atas kasur.

Riga terkekeh lagi, menatap Sica yang duduk di sebelah Rissa. "Udah kenal cinta kamu?"

"Apaan, sih, Kak." Sica memberenggut, wajahnya memanas. "Lo juga, Ris. Kalau ngomong suka ke mana-mana."

Rissa tergelak menatap langit-langit kamar. Riga menanggapi, "Tama baik sebenernya. Asik juga. Tapi dia punya pengaruh ngajakin kamu ngelakuin sesuatu yang buruk. Membolos, contohnya. Wajar, sih." Riga mengangkat bahu. "Asal nggak lebih dari itu dan nggak sering-sering. Kakak setuju-setuju aja kalau misal kamu pacaran sama dia."

"WOAH! Satu restu terkantongi!" Rissa bersorak heboh.

Membahas hal-hal seperti 'pacaran' menjadi hal baru dan Sica tidak siap untuk membicarakannya. Rasanya Sica ingin ikut menyusul penyanyi keroncong tadi ke alam baka, daripada harus merasakan gejolak panas-dingin yang membuat tangannya jadi licin. Riga ber-ah panjang setelah menyelesaikan tegukan terakhir dan membuang kaleng minumannya ke dalam tempat sampah. Sica tak menanggapi restu--seperti kata Rissa dan memilih menolehkan kepala pada jendela, malam masih awal, Rissa katanya ingin menginap.

Satu Waktu Ketika RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang