NOVELTY 13: Stand Here Alone

185 26 46
                                    

Haiii! Jangan lupa vote dan komennya ya! Hehe 💛💙

Diane

Three years ago

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Three years ago.

Saat itu gue memasuki semester akhir, dan harusnya gue ikutan studi kerja lapangan di sebuah rumah busana di daerah Bandung. Namun, telepon yang baru aja gue terima tadi membuat hampir setengah badan gue kehilangan keseimbangan.

'Mamah masuk rumah sakit.'

"Diane Navida," panggil dosen mata kuliah yang saat itu bertugas mendata tentang program kerja studi gue. "Sudah kamu tentukan mau magang di mana?"

Anak-anak kelas melihat ke arah gue, mereka semua seperti menunggu jawaban dan ada juga yang cuma ikut-ikutan ngeliatin. Sebagian dari mereka mungkin aneh karena gue yang biasanya paling antusias dan cekatan dalam hal seperti ini malah kelihatan seperti kehilangan jalan.

Hening membungkus kami waktu itu, Pak Hasan yang saat itu masih menjadi dosen matkul gue masih setia menunggu.

"Belum ada Pak." Gue menjawab pada akhirnya.

Bukan hanya Pak Hasan, tapi teman sekelas gue seperti Dina, Hamzah, Laras dan yang lainnya terlihat sangat terkejut.

"Bagaimana bisa kamu belum menentukan tempatnya? Saya sudah beri kalian semua waktu hampir satu bulan untuk mengajukan proposal ke tempat magang kalian. Karena kalian ngotot tidak mau direkomendasikan oleh pihak kampus," omel Pak Hasan. "Diane, jangan hanya karena kamu seorang sekelas jadi kena imbasnya."

Gue hanya mengangguk sembari meminta maaf.

"Kelas hari ini sampai sini dulu," kata Pak Hasan mengakhiri kelas, lalu memandang ke arah gue sembari membawa barangnya di atas meja. "Saya tunggu jawaban kamu di kantor tiga hari dari sekarang."

Dan kelas bubar pada akhirnya.

"Ada masalah apa Ne?" Laras yang pertama bertanya. Mungkin karena dari semua teman yang gue punya, dia yang paling dekat dengan gue, dan dia adalah pribadi yang cukup peka.

Gue hanya menggelen sekilas dan tersenyum kecil. "Gak apa-apa."

Hamzah dan Dina datang, setelah meletakan dua gelas berisi jus apel baru dia mulai bicara. "Gak apa-apa, sih tapi mukanya kayak belum disetrika."

"Lo gak lagi mikirin SPP kan Ne?" tanya Dina khawatir, mungkin sebagian besar berpikir kalau gue belum bayar SPP atau tunggakan lainnya. Karena syarat bisa mendapatkan izin magang di Bhimaraja adalah menyelesaikan minimal tiga bulan sebelum semester akhir.

"Udah, gue gak ada tunggakan apa pun." Gue menjawab pelan namun berusaha tetap jelas.

"Lo gak mau cerita sama kita?" Laras kembali bertanya sambil membuka kotak makan siangnya seperti biasa. Dari semuanya, mungkin Laras yang paling menjunjung tinggi hidup sehat. Dia bahkan jarang banget jajan di kantin kalau gak kepepet.

NOVELTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang