Hai! Jangan lupa vote dan komennya ya!
💙💛ⓝⓝⓝ
Ellen
Kalau ditanya sama orang lain, kenapa gue masuk jurusan kedokteran. Dengan munafik gue akan menjawab.
"Pengen nyembuhin orang sakit."
Atau.
"Biar bisa berguna untuk nusa dan bangsa."
Menjadi munafik itu kadang menyenangkan ya. Menyenangkan bisa melihat orang lain puas dengan jawaban kita, seolah-olah setiap pertanyaan yang mereka tanyakan dijawab dengan sepenuh hati seperti anak sendiri.
Emang paling seru membuat orang lain senang, paling nikmat kayaknya melihat orang lain tersenyum bahkan tertawa oleh tingkah kita. Dengan membuat orang lain puas dengan jawaban yang gue berikan. Gue berharap setidaknya mereka akan berhenti bertanya.
Untuk hal yang sepertinya gak seharusnya mereka tanyakan. Karena daripada bertanya kenapa gue masuk jurusan kedokteran. Kenapa mereka gak bertanya hal lain.
Seperti, apakah gue bahagia di jurusan gue sekarang?
Mereka gak pernah menanyakan itu, karena mereka menganggap kalau gue masuk dan hidup sesuai kata mereka. Gue akan bahagia, gue gak akan kesusahan, hidup gue bakal aman.
Selama 25 tahun gue hidup, selama itu juga gue selalu hidup kata mereka.
Kata mereka yang paling mengerti gue tanpa pernah mau jadi gue.
Kata mereka yang paling mengerti hidup gue tanpa pernah bertanya lebih dalam soal hidup gue.
Kata mereka yang paling tahu, nyatanya hanya sok tahu.
Gue dilahirkan di keluarga yang orang lain bilang selalu membuat siapa aja yang melihatnya sirik. Sebab selewat, keluarga gue seperti keluarga pada umumnya. Cukup sering makan di luar, rekreasi ke tempat wisata baru atau berkunjung ke rumah saudara kalau hari lebaran.
Tapi gue gak bahagia.
Gak tahu kenapa, meskipun punya ibu yang cantik dan pintar, ayah yang bijak dan pekerja keras, atau bahkan kehidupan yang bisa dibilang mampu.
Gue gak bahagia.
Karena dari kecil, mungkin sampai sekarang. Gue gak pernah bisa hidup sesuai apa yang gue inginkan. Semuanya hanya berdasarkan kata mereka tanpa pernah sejenak mendengarkan apa kata gue.
Dan mungkin karena itu, gue selalu munafik di depan orang lain. Gue selalu bisa menunjukan sisi bahagia gue yang dipaksakan, bersikap seolah semuanya baik-baik aja. Gak ada masalah, gak ada beban. Everything is okay.
Meanwhile is not.
Untuk itulah gue pengen banget jadi penulis, mungkin ini adalah mimpi pertama gue setelah sebelumnya gue gak pernah diizinkan bermimpi oleh orangtua gue sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVELTY
Romance(Update setiap Sabtu) Book #2 Terkadang, kita berjuang untuk hal yang sia-sia. Terkadang, kita selalu bersikukuh kalau semuanya benar. Tanpa pernah kita ingat, kalau yang terjadi terjadilah. Dan jarang dari kita bisa mengubahnya. Lalu terkadang...