NOVELTY 14: Kapasitas Diri

211 26 163
                                    

Haiii, jangan lupa vote dan komennya ya!
Terima kasih 💙💛

ⓝⓝⓝ

Jaffar

Gue terbangun ketika mendapati ruangan sangat yang gelap, astaga jam berapa ini? Kenapa gue bisa lupa buat nyalain lampu? Gue memijat kepala sebentar lalu beranjak untuk menyalakan lampu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue terbangun ketika mendapati ruangan sangat yang gelap, astaga jam berapa ini? Kenapa gue bisa lupa buat nyalain lampu? Gue memijat kepala sebentar lalu beranjak untuk menyalakan lampu. Selesai dari itu, gue duduk sebentar di sofa untuk mengumpulkan nyawa gue yang masih tercecer.

Kenapa bisa gue tidur di sofa ya? Oh iya, tadi gue sempat membawa Mbak Ane ke sini dan kita ngobrol banyak. Sejujurnya, yang mendominasi obrolan itu gue, sih hehe. Atensi gue lalu tertuju pada tulisan di lengan yang entah sejak kapan ada di sana.

Gue tersenyum membacanya karena ternyata yang mencoreti lengan gue adalah Mbak Ane.

'Ada soto ayam di panci, tadi Mbak beli dari Go-Food. Sudah Mbak panaskan, sengaja gak Mbak bangunin kamu, pulas benar tidurmu Jaffar.'

Perasaan gue membuncah girang saat ini, dengan riang serupa bocah mendapat permen, gue berdiri dan mencedok nasi dan bersiap makan. Gue semakin girang karena ternyata Mbak Ane membeli Soto Edo yang ada di depan Ria Busana. Soto yang dari dulu menjadi makanan favorit kita berdua.

Lalu karena soto ini, seketika memori iu terulang kembali, memori yang bisa dibilang menjadi luka terbesar bagi gue dan Diane. Dan ketika gue menatap kaca yang menyuguhkan pemandangan Kota Bandung, semuanya diputar kembali.

ⓝⓝⓝ

Bandung sedang riang kelihatannya, tergambar jelas dari bagaimana sekumpulan awan menumpuk serupa permen kapas di mesin putar milik tukang harum manis yang selalu mangkal di depan sekolah dasar. Adapun langitnya, amat biru serupa bentang laut jauh di sana.

Hari-hari gue berjalan seperti biasanya, sekolah, kerja, mampir ke rumah Mbak Ane. Ulangi.

Selasa siang, sekolah kami kedatangan seorang juru masak terkenal dari Jakarta, beliau dengan senang hati menerima tawaran SMK Abdi Bangsa untuk berbagi ilmu tentang semua metode memasak.

"Gue denger yang dateng itu chef terkenal." Nanda membuka suara, dia teman gue sejak masuk sekolah. Orangnya baik, walau agak adiktif sama buku pokoknya kalau lo nanya tentang buku apa aja, pasti bakal jadi topik obrolan panjang.

Gue yang saat itu sedang berada di kantin memilih untuk diam dan hanya merespon seadanya. Pikiran gue saat ini sedang terbang jauh memikirkan seseorang.

Mbak Ane baik-baik saja gak ya?

Tiga tahun kita pacaran, baru kali ini gue melihat Mbak Ane kacau seperti kemarin, maksud gue setiap manusia pasti pernah punya titik terendahnya masing-masing, gue, Mbak Ane dan kalian juga pasti pernah merasakan hal itu bukan?

Hanya saja, tempo hari Mbak Ane seperti benar-benar ada di titik rendah yang paling rendah. Dan itu menganggu pikiran gue kalau harus jujur. Sebab gue gak tahu harus bagimana untuk mengembalikan Mbak Ane seperti biasanya, pun dia sama sekali gak memberitahu gue apa pun.

NOVELTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang