NOVELTY 17: Next to me

181 29 117
                                    

Halowwww maaf agak telat hehe 💙💛

ⓝⓝⓝ

Arsen

Kembali di pagi hari yang tenang di Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kembali di pagi hari yang tenang di Bandung. Kota dengan beragam destinasi wisata serta berbagai cerita di dalamnya. Hari ini, saya sedang sial karena harus berjalan kaki dari rumah sebab mobil yang biasa saya pakai tiba-tiba mogok tanpa alasan yang jelas. Karena saya tidak paham soal mesin, maka mogok adalah alibi untuk menggambarkan keadaan serius padahal saya lupa mengisi bensin kemarin sore.

Berjalan dari depan rumah menuju jalan besar membuat saya teringat pada kenangan masa lalu. Saat semuanya belum seperti sekarang, saat Dinan masih bisa tertawa konyol, saat Esa masih bisa mengerjai kedua kakaknya. Saat kita bertiga saat itu berangkat sekolah dengan dua lapis roti bertabur gula pasir buatan Mamah.

Saat keluarga saya masih utuh.

ⓝⓝⓝ

"Hari ini aku berenang, pulangnya bakal terlambat. Kakak duluan aja." Dinan kecil saat itu berangkat sekolah dengan kaus kaki beda warna. "Jangan lupa jemput Esa ya."

"Emangnya aku gak boleh ikut sana Kanan? Aku juga pengin liat Kanan berenang." Esa yang waktu itu masih duduk di kelas tiga SD hanya bisa merengek ingin ikut sembari menatap kakak keduanya melas.

"Gak bisa, Kanan perginya jauh. Sama temen-temen juga." Dinan berusaha memberi penjelasan yang logis tentang kenapa Esa tidak boleh ikut.

"Mau aku bawain makanan?" Saya menawarkan bantuan pada Dinan, dia menggeleng cepat.

"Tadi Papah kasih aku uang lebih," kekehnya sembari menyombongkan selembar uang berwarna hijau. "Aku bisa beli mie ayam."

"Oke deh." Saya berkata sekenanya lalu kami bertiga kembali berjalan menyusuri sawah dan perkampungan di belakang rumah.

Dulu, sewaktu saya kecil atau tepatnya setiap berangkat sekolah. Kami bertiga seringkali berangkat jalan kaki. Papah memang berulangkali menawarkan untuk diantar, alih-alih setuju saya malah menolak.

Bagi saya, berangkat sekolah dengan berjalan kaki mempunyai sensasi tersendiri. Dinan paling suka melihat hamparan sawah yang dulu masih bisa ditemui di mana saja. Saya selalu suka matahari pagi, kalau Esa. Dia paling suka ayam kampung punya Pak Hasan. Katanya lucu, dan saat pertama kali melihat ayam betina milik Pak Hasan. Esa ngotot ingin dibelikan ayam betina berwarna putih untuk dibawa tidur.

Mamah naik pitam mendengarnya.

Sedangkan Papah, dia hanya tertawa sembari membetulkan tembok yang bocor.

"Nanti Papah beliin ya," katanya pelan saat Mamah sudah tenang. "Kalau Esa jadi anak baik, nanti Papah beliin ayam yang banyakkk banget."

Esa kecil yang belum mengerti apa-apa tentang tipu muslihat saat itu hanya mengangguk semringah. Sorenya, Papah pulang dari kantor dan membawa ayam yang banyak.

NOVELTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang