Before we jump into the story, I'd like to say hi!!!! Been long time yaaa hahaha. Gak kerasa udah enam bulan gue menghilang dari peradaban wkwkwk. Gimana? Ada yang masih inget cerita ini gak? Atau udah pada lupa?
Wajar kok, gue aja sampe harus re-read biar feel-nya dapet lagi. And it works apparently.
So, without any further to do let's go!
Etttt, jangan lupa vote dan komennya ya hehe! 💛💙
ⓝⓝⓝ
Jaffar
Sejak kecil, gue selalu menganggap kalau semua pahlawan itu adalah orang baik mereka ada jajaran manusia yang rela terluka dan tersiksa demi kebahagiaan orang banyak. Well, it happens when I was ten years old.
Tapi makin bertambah umur gue, makin matang pemikiran gue makin banyak pengalaman yang gue dapatkan di jalanan dan lapangan membuat gue tersadar kalau beberapa penjahat di film superhero juga sebenarnya adalah orang baik. Ada beberapa dari mereka yang menjadi monster hanya demi melindungi keluarganya, ada beberapa dari mereka yang terpaksa menghancurkan seisi kota hanya demi melindungi anaknya dan berbagai tindakan nekat lainnya.
Sejatinya pahlawan dan penjahat itu sama-sama orang baik, bedanya hanya apa yang mereka lindungi dan apa yang mereka pertahankan.
Pada akhirnya saat beranjak dewasa gue dihadapkan pada sebuah pilihan. Berjuang untuk orang banyak dan terlihat seperti pahlawan atau berjuang untuk satu orang lalu dianggap penjahat?
Semesta kembali dengan candaannya yang tidak pernah lucu.
Bandung sedang cerah-cerahnya sore ini, kawasan Jalan Riau tidak begitu padat seperti hari biasanya. Ah, hari ini gue libur untuk pertama kalinya sejak gue masuk Gadeon gue meminta jatah libur gue ditambahkan daripada biasanya.
Semenjak pertemuan gue dan Mbak Ane malam itu, gue merasa kalau hubungan gue dan dia mulai membaik, Mbak Ane mulai membalas pesan gue walau singkat. Yah, singkat lebih baik daripada dibaca doang.
Lalu karena termakan kesibukan masing-masing, kami berdua kian jarang bertukar kabar. Lalu gue putuskan untuk berkeliling Bandung sampai gelap.
ⓝⓝⓝ
Pukul tujuh malam, Bandung sudah sepenuhnya gelap sekarang. Gue menepikan mobil di daerah Dipatiukur untuk mencari makanan. Tidak butuh waktu lama untuk memutuskan apa yang bakal gue makan malam ini, pecel lele selalu menjadi pilihan utama.
"Pengen ati ayam sama tahu tempe ya, Bang. Kolnya digoreng ya." Kiranya begitulah pesanan gue ketika baru saja duduk di bangku plastik.
Suara api yang keluar, suara minyak panas, suara ayam yang digoreng cukup sempurna untuk membuat pendengaran gue menjadi buruk dan gue harap apa yang gue dengar saat ini hanyalah efek samping bisingnya suara gas api yang keluar dari kompor yang menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVELTY
Romance(Update setiap Sabtu) Book #2 Terkadang, kita berjuang untuk hal yang sia-sia. Terkadang, kita selalu bersikukuh kalau semuanya benar. Tanpa pernah kita ingat, kalau yang terjadi terjadilah. Dan jarang dari kita bisa mengubahnya. Lalu terkadang...