Namun bagaimana jika mereka pergi
Bertepatan dengan kamu yang sedang menghampiri
Namun bagaimana jika semua hilang
Bertepatan dengan kamu yang sedang berjuang.
Bagaimana?
ⓝⓝⓝ
Diane
Mamah masih tidur setelah suster memberikan infusan baru beberapa menit lalu. Gue yang baru aja pulang kerja memutuskan untuk istirahat di lantai sembari melipat baju salin dari dalam tas, terhitung tiga minggu Mamah mendekam di rumah sakit. Ada banyak alasan kenapa Mamah harus tinggal lebih lama di sini, pertama karena tubuh Mamah sudah mencapai batasnya.
Dokter bilang, selama ini Mamah selalu memaksakan diri dia terlalu mendorong dirinya untuk bekerja keras di saat seharusnya tubuhnya beristirahat.
Padahal gak akan ada yang marah kalau Mamah istirahat sewaktu-waktu.
Mamah yang bekerja sebagai guru di salah satu SMA di Bandung memang terkenal dengan ketekunannya dalam bekerja, setiap orang di sekolah pasti tahu kalau Mamah adalah sosok yang hampir gak pernah bolos kalau bukan ada bencana alam.
Mamah gak pernah membeli barang mewah, pun gak pernah berusaha mempercantik diri. Setiap gue bertanya kenapa Mamah gak pernah beli tas atau sepatu baru setiap gajian, jawabannya akan selalu sama.
'Kuliah kamu lebih penting, SPP kamu udah dibayar 'kan? Nih Mamah bayar buat semester depan.'
Mamah sangat mendukung kuliah gue, dia senang karena gue mempunyai hobi dan ketertarikan yang sama seperti Ayah. Mamah merasa kalau dengan mendukung gue kuliah, dia bisa menebus rasa bersalahnya dulu karena gak bisa kuliah di jurusan yang Mamah mau.
Mamah ingin jadi pengacara, tapi dulu sarana kuliah tidak semudah sekarang. Ada banyak lika-liku yang harus dihadapi. Belum lagi biaya kuliah yang mahal, itu menyebabkan Engking—kakek gue, menyarankan Mamah untuk jadi PNS saja.
Kalau kalian ingin tahu, jaman dulu itu orang yang jadi PNS kastanya akan naik tinggi. Karena dulu, orang beranggapan kalau pekerja yang mendapat pensiunan, bekerja di dalam gedung, mendapat gaji bulanan termasuk ke dalam orang yang masa depannya terjamin.
Padahal tidak, menurut gue masa depan tidak bisa dijamin hanya dari mana orang itu bekerja. Maksudnya, memang siapa yang bisa menebak masa depan? Jutawan saja bisa jadi tukang bubur, tukang bubur bisa jadi bos besar.
Masa depan itu rancu bahkan sangat abu-abu.
Namun Mamah tidak menyesali keputusannya menjadi PNS dan menjadi guru, menjadi guru PKN tidak beda jauh dengan menjadi pengcara. Selalu saja ada kasus yang harus diselesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVELTY
Romance(Update setiap Sabtu) Book #2 Terkadang, kita berjuang untuk hal yang sia-sia. Terkadang, kita selalu bersikukuh kalau semuanya benar. Tanpa pernah kita ingat, kalau yang terjadi terjadilah. Dan jarang dari kita bisa mengubahnya. Lalu terkadang...