NOVELTY 19: Ruang Cerita

156 25 181
                                    

HALO!!!!!! PAKABAR NIH EHEHEHE DUA MINGGU BOLOS SEMOGA MASIH INGAT SAMA CERITA INI YAAA 💙💛

ⓝⓝⓝ

Arsen

"Tumben belom molor?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tumben belom molor?"

Sepertinya sebuah keputusan yang kurang tepat untuk menginap di apartemen manusia satu ini.

"Belum ngantuk." Saya menjawab sekilas.

"Alah sok alim banget belum ngantuk, biasanya juga tiga hari kuat gak tidur."

Dia akan selalu berisik ketika bertemu dengan orang yang mengenalnya dengan baik, atau sebaliknya. Saya tahu mungkin harusnya saya pulang saja ke Antapani atau menginap di kampus daripada harus ke Gatot Subroto—tempat Jaffar tinggal.

Tapi di Antapani sedang ada Dinan. Besar kemungkinan dia sampai beberapa jam lalu, dan kalau saya pulang ke sana sekarang, saya khawatir hanya akan memperkeruh suasana.

Sebab Dinan bukan tipikal orang yang bisa diajak diskusi ringan. Alur pembicaraan adik saya selalu berat, pikirannya terlalu penuh hingga hidupnya jenuh.

Namun mungkin karena itu juga dia lebih sukses daripada saya.

"Kenapa gak balik ke Antapani?" tanya Jaffar sambil membuka lembaran baru dari buku yang ia beli tadi sore lewat online. "Gue denger Dinan lagi balik ke Bandung."

"Ini akhir pekan, wajar kalau dia pulang. Mungkin mau main sama Esa," jawab saya tanpa menatapnya.

"Dinan deket banget ya sama Esa." Mungkin bagi Jaffar itu hanya sebuah perkataan dari apa yang ia simpulkan. Namun bagi saya, itu menjadi pertanyaan.

Pertanyaan besar.

Kenapa saya tidak bisa dekat dengan adik saya sendiri?

Saya menghela napas dan duduk di sofa kecil depan kaca. Memandang Bandung dari ketinggian. "At least ada yang jagain Esa kalau gue gak ada."

Seperti tahu apa yang ada di kepala saya, Jaffar menutup bukunya. Dia membuka kulkas dan mengambil dua kaleng bir lalu melempar salah satunya pada saya.

"Jadi ada apa?" tanya Jaffar setelah saya menangkap lemparannya. "Biasanya lo ke sini kalau ada masalah, dasar sodara gak tahu diri."

Saya memandangi kaleng bir yang Jaffar lempar tadi. "Have you ever feel insecure?"

"Buset? Me? Insecure? Gue aja gak tahu apa yang kurang dari diri gue." Jaffar tergelak lalu meminum bir di pegangannya. "Buat apa lo insecure di saat anggota tubuh lo masih lengkap? Mata lo gak buta dan telinga lo gak tuli?"

"Being insecure just wasting my time. Haha."

Saya membuka segel di kaleng bir. "Oke, ganti pertanyaannya. Pernah gak lo merasa gak yakin sama diri lo sendiri?"

NOVELTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang