Part 22

7 1 0
                                    

Hai!!
Selamat membacaa. Semoga terhibur :)

***

Mungkin kemarin adalah hari yang cukup melelahkan, cukup lelah untuk ukuran kapasitas manusia biasa, sekarang adalah hari yang sangat pas untuk beristirahat sejenak.

***

Alarm berbunyi dengan sangat lantang, cahaya matahari masuk melalui celah-celah tirai jendela terasa menusuk ke dalam kulit dan menyilaukan mata, burung-burung pun bernyanyi sangat bahagia seolah tak ada beban dihidup mereka, mengepakkan sayap dan terbang kesana-kemari di langit yang sangat luas.

Bangun.

Bangun dari mimpi dan mulai belajar untuk menerima kanyataan meski sangat menyakitkan.

Kanya Alfrida Baleryne kini dengan kemalasannya ia hanya menggeliat diatas tempat tidur dan sangat sulit baginya untuk membuka mata melihat alam semesta, lagi dan lagi ia bersembunyi dibalik selimut tak peduli dengan rambutnya yang sudah seperti singa, tubuhnya yang sudah bau iler dan mamanya yang dari tadi meneriakkan namanya.

'Tok tok tok....'

"dari dulu gak pernah berubah ni anak. Bangun woi gimana Zein mau betah kalo begini?"

Suara ini adalah suara orang yang sangat menyayangi Kanya, ia baru saja pulang dari penelitian dikampusnya dan kini ia masuk kedalam kamar Kanya dan mengganggu adiknya itu agar segera bangun, Azrel Morgan Baleryne.

"hmmm? Enak aja" Kanya bangun dan keluar dari gulungan selimut yang ia buat dan bersandar manja kepada abangnya.

"Siap-siap lo, temenin gua"

Kanya segera berkemas dan memakai pakaian jalan-jalan, ia sangat tahu apa yang dimaksud oleh abangnya tentang 'temanin gua' jelas saja Azrel akan membawanya pergi dari rumah dan menghabiskan waktu bersama.

***

Disini seorang kakak juga sedang mengganggu adiknya yang sedang tersipu malu karena sudah mengira bahwa dirinya tertangkap sedang pacaran, Zein Tristan Frederick. Sama halnya dengan sebagian besar kakak di planet bumi ini yang tidak ingin adiknya dalam masalah, maka Zein juga menginginkan keamanan dan keselamatan untuk adiknya yang sedikit terlihat berbeda akhir-akhir ini.

"Han?" panggil Zein dari balik daun pintu.

"apaan?" terdengar sahutan dari kamar yang adalah Jihan. Jihan Rivacya Frederick.

"main PS yuk, bosan gua" ajak Zein sebagai alasan agar dapat berbincang dengan Jihan.

Pintu terbuka dan terlihatlah Jihan dengan piyama biru yang belum ia ganti, aroma khas dari kamarnya pun menyeruak keluar, memang wajar jika kamar seorang anak perempuan memiliki aroma yang khas bukan?

"tumben banget lo ngajakin gua main PS? Biasanya bakalan jalan sama kak Kanya" Jihan mengomentari tentang sikap Zein hari ini sambil memasang peralatan PS.

"hidup itu nggak selalu tentang cinta han, kadang lo butuh waktu untuk diri sendiri"

"bijak banget hari ini aneh aja" ujarnya tetap fokus dengan stik PS.

Mereka pun mulai memainkan beberapa permainan yang dibuka oleh Dragon ball.

Menghabiskan waktu bersama keluarga memang adalah hal yang terkadang harus kita lakukan, bukan tentang seberapa megahnya, namun akan sangat indah jika sebuah tawa yang hadir didalamnya.

***

"udah siap lo?" Azrel memakai helmnya dan menyerahkan satu helm lagi kepada Kanya, kemudian dibalas dengan anggukan oleh Kanya.

Mereka mengendarai mobil Azrel dan mengelilingi kota, tertawa bersama, menyusuri jalan raya yang selalu padat dengan kegiatan, melintasi gedung-gedung pencakar langit, dan kini tiba di sebuah pusat perbelanjaan.

"bang, kenapa gua terus yang dibawa jalan-jalan? Gak jealous apa cewe lu?" Kanya bertanya kepada Azrel yang sedang memperbaiki parkiran mobilnya, Namun Azrel selalu diam saat ditanya masalah pacar, begitu pula dengan kali ini, tak ada yang tau tentang kisah asmara Azrel.

"lah lu sendiri? Apa gak jealous cowo lu?" tanyanya lagi setelah sadar bahwa situasi menjadi sedikit canggung.

"hadehhh" Kanya mengembuskan napas kasar kemudian masuk kedalam pusat perbelanjaan dan disusul oleh Azrel.

Kanya dan Azrel pergi ke lantai paling atas dalam gedung itu duduk santai di sebuah tempat dengan pagar kaca yang ada disana sambil menikmati padatnya kota dan merasakan udara segar dari ketinggian meski pada awalnya Kanya menolak karena ini terlalu tinggi bagunya.  Mereka terlihat seperti miniatur yang biasa Kanya mainkan dulu. Kecil dan berantakan.

"kopi atau minuman dingin?"

"ice latte"

'Semakin tinggi tempatnya maka akan semakin banyak udara segar disana' kebanyakan orang berkata seperti itu, angin bertiup mengibas tiap helai rambut yang terurai, mengeringkan peluh, menyegarkan dahaga, dan terkadang membuat kantuk, teriknya matahari di negara tropis cukup menusuk pori-pori, suara kendaraan dijalan raya juga memenuhi ruang telinga, mereka terdengar seperti sedang bernyanyi dan saling menyahut, kini Kanya mulai terbiasa dengan ketinggian bagaimana tidak? Ia terlalu sering diajak ke tempat tinggi.

***

"kemaren siapa?" ditengah-tengah permainan Zein bertanya kepada Jihan tentang apa yang ia lihat kemarin malam.

"teman" jawabnya singkat tanpa memandang Zein.

"seriusan lo? Shoot!" tanyanya lagi namun tetap fokus dengan permainan.

"iya teman gua doang kok kak, dia pernah bantuin gua sebelumnya ya gitu deh" Jihan menjawab

"maksudnya?" Zein lagi-lagi ingin mendengar penjelasan.

"jadi gini, waktu itu gua ada presentasi tentang miniatur yang dibuatin sama kak Kanya tapi teks hafalan gua tenggelam dikloset WC sekolah, HP gua juga kecelup, sebenarnya itu bukan kebetulan sih, ada anak cowo yang sengaja ngerjain gua, pintu toilet aja dikunci waktu itu padahal udah detik-detik presentasi. Untungnya dia datang dan bantuin gua buat ngelawan preman sekolah terus bantuin gua juga buat teks baru untuk presentasi, dan gak tau kenapa tiba-tiba kemaren dia traktir gua. Yaudah apa salahnya kan nambahin teman?" jelas Jihan dan kembali fokus dengan PS.

***

Setelah pesanan Kanya dan Azrel tiba, mereka kembali saling membagi cerita dan beberapa kali mengambil foto bersama.

"siapa?" tanya Kanya ditengah-tengah perbincangan mereka.

"apanya?"

"Lo liat siapa dari tadi?"

"Hah? Nggak ada"

"Oh itu yg disana?" Kanya terus menggoda Azrel dan membuatnya kesal, hingga pada akhirnya Kanya  sendirilah yang kena tatapan maut dari Azrel karena selalu menggodanya.

"Gayanya kayak mafia" ujar Azrel sembari menyesap minuman miliknya.

"Jatuh cinta pandangan pertama?"

Azrel hanya menggeleng menanggapi apa yang Kanya katakan

***

"Azrel ya? Aku penggemar berat mu kak. Boleh minta tanda tangan?"

Namun, saat sedang asik mengobrol seseorang menghampiri meja Kanya dan Azrel, awalnya hanya seorang wanita yang terlihat seumuran dengan Kanya, tapi lama-kelamaan banyak orang yang datang meminta tanda tangan, foto bersama, dan beberapa meminta Azrel bernyanyi disana. Kanya yang melihat hal itu hanya kaget karena mengira abangnya telah melakukan kejahatan sehingga segerombolan orang datang untuk menghajarnya, tak bisa pungkiri bahwa Azrel memang memiliki cukup banyak penggemar. Maka sesuai dengan keinginan penggemarnya kini Azrel duduk dengan sebuah gitar ditanganya mulai bernyanyi.

***

Banyak yang harus diceritakan, banyak yang harus diekspresikan, banyak yang harus dihibur, dan masih banyak lagi yang harus dilakukan. Apakah kita masih memiliki waktu yang cukup? Akankah banyak hal bisa kita lakukan? Bagaimana jika tidak?


Trust Me (Leave And Return) TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang