Langit mendung, hujan sudah berhenti sejak tadi namun masih tersisa bekasnya di tanah yang basah dan berlumpur. Wanita itu memandang sekilas ke rumah sederhana yang masih sangat tradisional dihadapannya sebelum dia menutup pintu mobilnya.
Akhirnya dia sampai juga,
Disepanjang pinggir jalan dipenuhi oleh mobil - mobil yang tentu saja milik keluarga dari pemilik rumah yang sekarang terpajang bendera putih di pagarnya. Pertama kali sejak bertahun - tahun yang lalu dia mengunjungi rumah ini dan sekarang dia kembali pada saat yang sangat tidak mengenakan hati.
Wanita itu berjalan lunglai memasuki pekarangan rumah, beberapa pasang mata langsung tertuju padanya. Dia hanya melempar senyum kecil kepada para pamannya yang beberapa tidak bisa dia ingat lagi namanya.
"Jinsol, ku kira kau tidak bakal menampakan dirimu disini.."
Senyum Jinsol memudar. Ya, dia tahu bahwa dia sudah melewatkan penguburan kakeknya sendiri. Itupun bukan salahnya, andai saja karyawan baru di kantornya tidak mengacaukan sebuah file penting untuk meeting mereka tentu saja Jinsol sudah akan berada di rumah ini sejak kemarin. Tetap saja ini salahnya, namun dia rasa pria tua didepannya ini tidak berhak berkata seperti itu kepadanya. Pria tua ini adalah adik dari kakeknya, seorang pacandu judi yang kerjanya hanya memeras harta keluarga dan kakeknya saja.
Jinsol sebenarnya bingung mengapa kakeknya masih saja sabar menghadapi orang ini setelah dia diam - diam menjual tanah kakeknya tanpa izin.
"Ada urusan pekerjaan yang tidak dapat saya tinggalkan, saya tahu itu bukan alasan yang pantas saya ucapkan dan saya merasa bersalah tidak dapat melihat kakek untuk yang terakhir kalinya," Ucapnya masih berusaha untuk sopan di depan pria tua yang memandang rendah kepadanya walaupun tangannya sudah terkepal karena emosi, "anda sendiri saya rasa sangat tidak pantas untuk datang kesini setelah semua hal kurang ajar yang telah anda lakukan ke kakek-"
Perkataanya terpotong saat wajahnya sedikit terhempas kesamping. Dasar pria tidak tau diri, Jinsol menatap datar ke kepalan tangan pria tua itu yag tadi mengenai rahang kanannya. Cincin sialan, sekarang bibirnya berdarah juga. Paman - pamannya yang lain dengan sigap menahan pria gila yang tak hentinya berteriak kepadanya.
"Dasar anak kurang ajar! Kau tidak pernah diajar sopan santun kepada orang tua ya?! Lepaskan aku biar aku dapat mengajari anak kurang ajar itu!"
Dia hanya menatap datar saat pria itu diseret menjauh darinya, untung saja tadi banyak orang disekitar mereka kalau tidak pria tua itu sudah rubuh ketanah dibuatnya.
"Jung Jinsol!"
Wanita itu menghela nafas dengan lembut saat dia mendengan suara itu memanggilnya, tetap saja dia tidak dapat menahan senyumnya saat wanita tua itu menangkup pipinya dengan lembut.
"Aduh anak ku! Dasar pria gila, bisa - bisanya dia memukulmu seperti itu! Dia mabuk atau apa?"
"Ma, Jinsol tidak apa - apa," sahutnya setelah mengelus tangan wanita itu dengan lembut sebelum menarik wanita kesayangannya itu masuk ke rumah, "well, walaupun akan terasa tidak terlalu sakit kalau dia tidak memakai cincin batu seperti itu.."
Jinsol duduk di sofa ruang tengah rumah itu sambil menunggu mamanya yang datang dengan kotak P3K. Wanita itu sedikit meringis saat wanita kesayangannya itu dengan kasar membersihkan luka di ujung bibirnya.
"Kan sudah mama bilang, kamu tidak usah berurusan dengan orang itu. Lihat apa yang dia lakukan padamu.."
"Bukan salah ku loh ma, kakek itu saja yang langsung main pukul.."
"tetap saja dia tidak akan memukulmu tanpa sebab, kan?"
Wanita berambut pirang itu memilih mengalah dengan menghela nafasnya kasar, tentu saja dia akan selalu mengalah untuk ibunya.
"Ma pelan - pelan dong! Sakit tau Jinsol nya.."
Umurnya boleh saja memasuki 27 tahun, tapi tingkah wanita satu ini kalau sudah dengan Mrs. Kim akan kembali seperti anak kecil. Memang anak bawang kesayangan mama selalu begitu walaupun tidak mau diakuinya.
"Jadi.. Kakek gimana?" Tanya nya untuk mengalihkan topik, Mrs. Jung tersenyum dengan lembut saat mendengar pertanyaan anaknya itu.
"Masih sama seperti pria tampan yang selalu mama ingat, kamu tau kan nak kalau senyum mu itu sangat mirip dengan senyum kakek mu?"
Jinsol langsung tersenyum untuk merespon perkataan mamanya, anggota keluarganya yang lain juga setuju jika senyum Jinsol itu sangat mirip dengan kakeknya. Mungkin itu mengapa dia menjadi cucu kesayangan kakek.
"Nah sudah selesai, kamu istirahat dulu ya sayang. Mama mau bantu bibi kamu yang lain, sebentar lagi kita akan kembali untuk melanjutkan pemakaman kakek mu. Tadi sempat berhenti karena hujan."
"Iya ma, panggil Jinsol ya kalau udah mau pergi.."
Hari yang melelahkan, sial.
...
Aku sukanya couple2in orang, tolong dimaklumi. Chap 1 buat lihat dulu, aman kah? Walaupun tidak sih tetap aku up hehe..
-CrackPairQueen
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunny Drop
FanfictionKisah tentang perubahan hidup seorang wanita single, malaikat kecilnya dan calon keluarga barunya.. --- Ini cerita tentang Jinsol yang tiba-tiba harus mengurus seorang malaikat kecil dan sampai akhirnya dia menemukan makna dari cinta yang sesungguhn...