Fever high

414 82 30
                                    

Saat itu Jinsol berumur 12 tahun. 

Air matanya terus mengalir, kedua tangan kecilnya memegang pinggiran ranjang dimana Heejin sedang terbaring tidak sadarkan diri.

Heejin tersambar oleh mobil saat dia dan Chaewon saling berkejaran. Jinsol di tugaskan untuk memperhatikan kedua anak itu, namun perhatiannya teralih pada model gundam terbaru yang di tampilkan di balik kaca toko mainan dekat taman tempat mereka bermain. Heejin bisa saja terlempar jauh akibat daya mobil yang jauh lebih besar dari tubuh kecil seukuran anak berumur 8 tahun lainnya, Chaewon yang secara reflex ingin menarik tubuh pacarnya itu malah berakibat pada mereka berdua terlempar kesamping trotoar. Pelukan Chaewon terlepas yang membuat kepala Heejin terbentur dengan ujung aspal yang keras. 

Jinsol tersadar saat orang-orang mulai berteriak. Dia terdiam untuk beberapa saat, otaknya masih berusaha untuk memproses apa yang baru terjadi di hadapannya sebelum berlari ke adiknya yang sudah terbaring di jalan dengan darah yang mengalir dari belakang kepalanya. Chaewon terbaring tidak begitu jauh dari Heejin, mata anak itu setengah terbuka, Chaewon terus saja menyebutkan nama Heejin sebelum dia juga kehilangan kesadarannya.

Jinsol pikir jantungnya akan berhenti berdegup saat itu juga. Dia menangis untuk pertama kalinya di hadapan Heejin. 

Heejin belum juga membuka matanya dua hari setelah kejadian, kata dokter otaknya pasti mengalami trauma yang berakibatkan pada koma ringan.

 Kepala adiknya itu terbalut oleh perban yang membuat Jinsol merasa semakin bersalah. Untungnya kondisi Chaewon tidak seburuk Heejin, tangan kanan anak bersurai hitam itu mengalami patah tulang ringan dan juga beberapa goresan di kakinya. Setidaknya Chaewon sudah sadar beberapa jam setelah dia di pindahkan dari ruang ER. Gadis kecil itu membuat semua keluarganya berteriak khawatir karena melompat turun dari kasurnya dan bersiap untuk melepas infus yang menusuk pergelangan tangannya saat dia tahu bahwa Heejin belum juga bangun. Chaewon menemani Jinsol menangis di samping kasur Heejin sampai anak itu digendong paksa oleh ayahnya untuk beristirahat di kamarnya sendiri.

Jinsol tidak bisa menghentikan perasaan bersalah yang dia rasakan saat itu walaupun dia tahu bahwa ibu mereka, bahkan ayah Chaewon sama sekali tidak menyalahkannya. Tapi tetap saja Heejin dan Chaewon harus terluka karena dirinya tidak menjalankan tugasnya. Dan Jinsol tidak berhenti menangis karena itu. 

Sejak saat itu, Jinsol berjanji bahwa dia tidak akan membiarkan orang lain menderita karena ketidakpekaannya.


... 


Jung Jinsol kembali merasakan perasaan itu. Dia merasa sangat bersalah akan keadaan Yerim.

Wanita itu duduk dalam diam di sebelah Yerim, matahari sudah bersinar terik diluar sana menandakan bahwa waktu sudah sampai pada pertengahan hari. Malaikatnya ini susah sekali tidur, Jinsol terus mengusap rambut Yerim sampai jam 2 dini hari dan akhirnya Yerim tertidur. Kalau dihitung-hitung, Jinsol hanya mendapat 3 jam dan 20 menit waktu untuk beristirahat. Dia merasa tidak tenang untuk tidur saat kondisi Yerim masih tidak baik. 

Tadi dia sudah menelpon Haseul kalau dia tidak akan masuk kantor hari ini dan langsung di iyakan sekertaris sekaligus CFO-nya itu. "Kamu itu bodoh sekali, seharusnya kamu lebih memperhatikan Yerim! Anak-anak memang rentan akan penyakit pada saat-saat perubahan cuaca seperti ini!" Ocehan Haseul masih terdengar di telingannya.

"Yerim, ayo bangun dulu. Sudah waktunya makan siang, kamu juga harus minum obat mu.." Jinsol menepuk pelan lengan anak itu, "Yerimmie  ini sudah hampir jam 12, aku tau kalau kamu mendengarku.."

Jinsol menghelakan nafasnya. Yerim jelas-jelas mengintip untuk melihatnya, terlihat dari matanya yang setengah terbuka. 

"Yerim tidak mau makan Jinsol, tenggorokanku sakit dan bubur tadi tidak enak.." Jawab Yerim lalu kembali menutup matanya.

Bunny DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang