Sangka

407 84 9
                                    

Tidak terasa sudah seminggu lebih semenjak Yerim masuk sekolah. Hari pertama dapat terbilang cukup kacau, Jinsol lupa untuk menyetel alarm nya lebih pagi lagi dan menyebabkan dia harus berlari menuju stasiun kereta sambil menggendong Yerim yang tak hentinya tertawa.

Dapat dikatakan kalau mereka berdua sudah terbiasa dengan satu sama lain sehingga sekarang mereka tidak perlu terburu-buru lagi kemanapun, Yerim selalu siap untuk melompat-lompat di atas kasur Jinsol jika wanita itu tidak bangun juga di pagi hari. Lalu Jinsol akan menggendong Yerim dibelakangnya menuju stasiun kereta untuk mengantar Yerim ke TK tempatnya belajar, dan jika Jinsol tidak terlalu sibuk dia sudah akan berada di depan gerbang TK itu lagi pukul 6 sore untuk menjemput Yerim yang dititipkan di daycare TK itu. Mereka akan pulang dengan bergandengan tangan, kadang mereka akan singgah untuk makan malam jika Jinsol terlalu lelah untuk memasak.

Memang tidak Jinsol rasa, namun dia sudah terlalu nyaman dengan rutinitas baru hidupnya ini.

Jinsol menatap kotak makanan berwarna biru yang dibawanya dari rumah. Kata Yerim akan lebih bagus jika Jinsol membawa bekal dari rumah, mengurangi sampah plastik katanya. Jadi anak itu mengambil dua kotak makanan, yang satu berwarna ungu dan warna biru kesukaan Jinsol. Saat Jinsol tanya dari mana Yerim tau warna kesukaannya,

"Yerim hanya menebak, kamu mempunyai banyak barang berwarna biru, Jinsol.." saat mendengar itu, hati Jinsol diselimuti kehangatan seketika. Yerim mungkin saja masih kecil, tapi dia sudah menguasai teknik untuk mengambil hati Jinsol.

"Bekal lagi? Sekarang kau benar-benar berubah seperti anak SD Jinsol.." Ujar Haseul sambil meletakkan kotak makanannya di meja Jinsol sebelum sekertaris itu menarik kursi tamu yang ada di situ untuk duduk disebelah Jinsol.

"Kata seseorang yang juga membawa bekal.." balas Jinsol sarkas. Wanita itu membuka bekal yang di bawanya, wangi Jajangmyeon langsung menyebar ke seluruh ruangan.

"Kebetulan aku lagi mood untuk memasak, jadi tidak ada salahnya untuk membawa bekal seperti ini. Lagi pula banyak juga karyawan kita yang mulai membawa makanan dari rumah karena melihatmu makan dari bekalmu di kantin dua hari yang lalu.."

Jinsol memutar bola matanya, dia memilih untuk tidak menanggapi lebih lanjut perkataan sahabatnya itu.

Suasana sempat hening ketika mereka berdua fokus dengan makanan dan handphone masing-masing, itu sampai Haseul membuka lagi pembicaraan saat kotak bekalnya sudah kosong.

"Jadi bagaimana keadaan Yerim sekarang?"

Jinsol memberitahu Haseul tentang Yerim di malam dia mendaftarkan anak kecil itu ke TK. Walau awalnya terdengar tidak percaya, namun sekarang Haseul adalah orang yang paling antusias dengan skenario Jinsol yang secara ajaib telah memiliki anak ini.

"Yerim baik-baik saja. Kata gurunya di TK anak itu lebih sering membantu guru-guru disana untuk bermain dan menjaga anak-anak yang lebih kecil bersama satu temannya. Entah itu adalah info yang bagus atau merupakan pesan bahwa Yerim kesulitan untuk mendapatkan teman seusianya.." ujar Jinsol pelan. Jujur saja Jinsol itu sangat khawatir mengenai hari-hari Yerim di sekolahnya, dia takut kalau anak itu tidak mendapat banyak teman dan membuatnya tidak mau bersekolah lagi. Tapi Yerim selalu saja menepisnya dengan berkata bahwa dia selalu bersenang-senang di sekolahnya.

"Mengingatkanku dengan seseorang yang aku kenal. Namanya Jindori, dia hanya memiliki satu teman saja di sepanjang hidupnya namun sekarang dia sudah menjadi seorang wanita sukses yang dikenal oleh banyak orang.."

Jinsol tersenyum mendengar nya. Haseul selalu tau apa yang harus dikatakan untuk membuatnya tenang.

"Dia harus menjadi seseorang yang berbeda Seul, tidak boleh seperti ku yang mencari teman tugas kelompok saja sulitnya bukan main.."

Bunny DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang