Bodoh

680 89 0
                                    

Jinsol menatap datar kearah taman bunga kecil milik kakeknya. Mawar, tulip, anggrek; sebutkan saja warnanya dan akan mudah ditemukan disana.

Wanita itu menghembuskan keluar asap dari rokok yang diisapnya tadi. Gumpalan tipis putih itupun ikut hilang dibawa angin ketikan dia menghisap batang keduanya semenjak dia duduk dibawah pohon besar yang kakeknya tanam dulu.

Jinsol dulu merupakan tipe anak penurut, sangat menyayangi dan disayang oleh kakeknya. Kakek Choi selalu membawa cucunya ini kemana pun dia pergi, memancing, berkebun, bahkan melakukan kegiatan favorit pria itu, menanam bunga.

Bluebell itu favorit kakeknya, sampai sekarang pun bagian yang ditanami bunga beraksen warna biru keunguan itu masih terlihat paling indah dibanding dengan bunga lainnya. Kakek marah ya? Jinsol tidak sempat lagi menemani kakek menyiram bunga - bunga kakek beberapa tahun belakangan.

Dia kembali menghembus keluar asap yang mulai berkumpul di kerongkongannya, kini sebagian menyusup keluar dari hidung. Saat itu juga, Jinsol mulai menyadari bahwa sesuatu bergerak diantara bunga Bluebell kakeknya. Saat dia menyipitkan mata, seorang anak kecil berdiri dari persembunyiannya diantar bunga-bunga tersebut.

Hampir tersedak asap Jinsol dibuatnya. Mata mereka bertemu untuk sepersekian detik sebelum anak kecil yang memakai dress hitam itu berlari masuk kedalam rumah.

Mungkin saja anak dari sepupunya, tapi kenapa tidak pernah dia lihat sebelumnya?

Tidak ingin ambil pusing, wanita itu kembali menghisap batangan yang mengandung nikotin yang sedang terhimpit oleh bibirnya.

"Kamu bisa hidup lebih lama lagi kalau saja kamu mau berhenti menghisap benda itu.."

Jinsol langsung meringis mendengar suara itu. Sudah lama dia tidak mendengarnya tapi tetap saja hati jadi dongkol dibuatnya.

"Kalau kamu datang kesini hanya untuk menceramahi ku mengenai dampak rokok terhadap kesehatan kulit, lebih baik kamu enyah saja, cebol.." Walaupun sedikit kesal, Jinsol langsung mematikan rokoknya yang masih setengah itu. Dia tau kalau adiknya ini sangat membenci asap rokok.

"Enak saja mulutmu itu, mentang-mentang badanmu lebih tinggi.."

Jung Heejin, anak bungsu dari keluarga Jung yang hobinya adalah mengganggu kakaknya. Sayang sekali karena Jinsol adalah kakak yang dimaksud, tragisnya lagi karena Heejin ini adalah yang paling lovable diantara mereka berdua. Mereka kalau ketemu jarang sekali akur, Mrs. Jung sampai stress dibuat mereka kalau lagi perang cacian. Tapi dalam lubuk hati yang paling dalam Jinsol sebenarnya sangat bucin untuk adik satu-satunya ini.

"Perhatian juga kakak sampai rokoknya dimatiin gitu.."

"Daripada kamu lari masuk terus ngadu ke mama.."

Jinsol pikir dia sudah menang argumen, tapi faktanya dia yang kelimpungan mencari kata-kata saat mendapat serangan balik dari Heejin.

"Udah lama aku gak lihat kamu kak, kamu gak pernah niat datang ngunjungin mama dirumah kah? Atau udah lupa alamat rumah aku sama mama dimana?"

Jinsol hanya bisa tersenyum masam saat mendengar ujaran penuh sarkasme yang dilontarkan Heejin. Bagaimanapun memang itu semua fakta, dia terlalu sibuk mengurusi pekerjaannya sampai-sampai keluarga selalu dia nomor dua kan.

Heejin menatap wajah pucat kakaknya sebelum mengalihkan pandangannya kearah taman mini milik kakek mereka, "Chuseok yang lalu mama senyum terus sambil nungguin kamu loh kak. Sayangnya kamu nelfon untuk menginfokan kalau pekerjaanmu itu lebih penting dari pada aku dan mama.."

"Iya Jinnie, aku tau aku salah. Tapi aku kan tidak bisa mengontrol itu semua.." Jinsol menghela nafasnya untuk yang kesekian kalinya hari itu, sebebal itu kah dia? "Aku udah minta maaf ulang-ulang kali sama mama, dan jangan bilang kalau kamu tidak senang dengan handbag baru yang kukirimkan.."

Jinsol senyum kecil waktu Heejin mendengus kasar.

"Typical of you. Kamu kira bisa beli simpati ku dengan barang-barang branded?"

"Well, sejauh ini berhasil kan?"

Wanita yang lebih tinggi itu langsung mengangkat kedua tangannya sebagai antisipasi dari pukulan-pukulan yang akan dilayangkan adiknya, keduanya kini tertawa seperti saat mereka masih kecil dulu.

"Kamu beruntung karena aku memang suka memanfaatkan uangmu kak" Ujar Heejin dengan percaya diri yang membuat Jinsol memutar bola matanya jengah, "oh ya kak, kamu udah ketemu tante cilik mu gak?"

"Tante cilik? Tante Sook maksudmu? Udah tadi waktu masuk rumah.."

"Bukan Tante Sook, tapi adeknya mama yang baru ditemukan.."

"Bukannya mama anak bungsu ya?"

Heejin hanya menatap balik ke Jinsol yang memandangnya dengan bingung, itu sampai sesuatu klik di otaknya anak sulung itu.

"Baru ditemukan- What?!"

...

Pendek2 aja ya..

Bunny DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang