Replace (will not let you)

374 79 14
                                    


Jinsol menghelakan nafasnya untuk yang sekian kalinya malam itu.

Suasana hatinya benar-benar kacau dibuat oleh wanita paruh baya tidak tau diri itu, harga diri Jinsol serasa di tindasnya tadi.

"Tidak sanggup lagi merawat Yerim? Dasar gila, dia fikir aku ini tidak mampu membesarkan Yerim apa?!" Monolog Jinsol, hatinya kembali kesal ketika mengingat kejadian siang tadi. Untungnya saat pulang dia langsung di sambut oleh masakan ibunya dan juga wajah bahagia Yerim sembari melihat Heejin menggambar tongkat Harry Potter untuknya, kemarahannya mereda sementara.

Yerim sudah tertidur di kasur belakangnya dan keadaan rumah yang sudah gelap kecuali di bagian taman yang di terangi lampu taman. Keheningan membuat otak Jinsol kembali terpikir mengenai perkataan Mrs. Kim tadi. Dia akui bahwa mungkin caranya membersarkan Yerim bukanlah yang terbaik, dia tidak memberikan seluruh waktunya untuk anak itu dan kadang tidak sempat menanyakan hari Yerim pada saat dia terlalu lelah. Namun dia sudah berusaha semampunya, dan Jinsol juga tahu bahwa Yerim berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan kehidupan Jinsol. Mereka saling melengkapi, menguatkan satu sama lain. 

Itu sebabnya Jinsol tidak akan pernah membiarkan siapapun memisahkannya dengan Yerim. Tidak akan pernah dia lepaskan malaikat kecilnya itu.

"Jinsol? Apa kamu tidak tidur?" 

Jinsol menoleh untuk melihat ke belakang, Yerim sudah duduk di kasur sembari mengusap matanya yang masih setengah terbuka karena menahan kantuk.

"Maaf sayang, aku tidak bisa tidur. Kenapa kamu bangun? Ingin pipis?"

"Tidak, Yerim terbangun karena tidak ada Jinsol di sampingku. Yerim takut Jinsol akan hilang.."

Hati Jinsol berdenyut nyeri mendengar perkataan Yerim. Wanita itu memaksakan senyumnya selagi dia beranjak menuju kasur dan berbaring di sebelah Yerim, menarik anak itu kedalam pelukannya.

"Aku tidak akan menghilang Yerim, tidak akan.."

... 

"Kamu yakin tidak mau ikut, Jinsol?"

Jinsol menggeleng kepalanya kearah ibunya, "tidak ma, Jinsol ada janji dengan seseorang sebentar.."

"Kenapa tidak Jinsol? Yerim ingin bermain dengan Jinsol juga sebentar.." Sahut Yerim yang duduk di hadapannya, semangkuk sereal sudah tersaji di depan anak bersurai hitam itu.

"Karena aku harus mengurus sesuatu sayang, Yerim pergi dulu dengan nenek, kak Heejin dan kak Chaewon ya? Aku yakin kamu akan bersenang-senang dengan mereka, apalagi Chaewon berjanji akan memberikanmu coklat yang banyak, kan?.." Jinsol tersenyum lega saat Yerim mengangguk setuju.

"Memangnya kamu mau kemana kak? Kamu kan gak punya teman disini.." Ujar Heejin yang baru saja keluar dari kamarnya, anak bungsu dari keluarga Jung itu sudah rapi dengan setelan pakaian yang biasa dipakai untuk musim dingin.

Jinsol hanya memutar bola matanya selagi memberikan roti panggang yang sudah dia olesi selai strawberry kesukaan Heejin padanya.

"Makasih kakak ku sayang. Oh iya ma, Chaewonie katanya sudah dekat. Sebentar lagi dia sampai.."

"Kalau begitu mama siap-siap dulu, apa kamu sudah menyiapkan barang-barang Yerim, Jinsol?"

"Sudah ma, tasnya aku taruh di sofa depan.." Jinsol memandangi punggung ibunya sampai ibunya masuk kedalam kamar sebelum dia berbalik untuk memandang Yerim, "kamu sebentar dengar-dengaran sama nenek ya, jangan mau melakukan hal aneh yang Heejin atau Chaewon lakukan sebentar.."

"Yeee enak saja! Memangnya aku sama Chaewon itu pengaruh buruk apa buat Yerim?"

"Ya memang kan?"

Bunny DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang