Harap

532 85 2
                                    

"Ma, ini bukan prank kan ma?"

"Bukan kak.."

"Anak itu beneran adik mama gitu?" Tanya Jinsol masih tidak percaya sambil dia dan mamanya memperhatikan anak kecil berambut hitam itu dari jauh.

"Mmh.."

"Jadi dia anaknya kakek, selama ini kakek nyembunyiin dia dari kita?"

Mrs. Jung hanya bisa menghelakan nafasnya untuk menjawab pertanyaan anak sulungnya itu.

"Hebat ya kakek, bisa nyelundupin anak itu selama ini.." Jinsol meletakkan kedua tangannya di pundak wanita kesayangannya sebelum meremasnya pelan, "Jadi.. Dia mau diapain?"

"Masih belum tau juga sayang, masih harus di bicarakan soal masalah ini. Sudah deh kak,kamu siap-siap karena kita pergi sekarang.." Jawab ibunya terdengar lelah dan juga kebingungan.

Jinsol melirik ketika ibunya itu pergi menuju keluar rumah sebelum dia berjalan mendekati anak kecil yang duduk sendirian di teras belakang rumah itu. "Masalah ya..?"

Anak kecil itu melirik kearahnya saat dia mendengar langkah kaki Jinsol berhenti tepat dibelakang nya, tenggorokan wanita bermarga Jung itu terasa tersekat saat matanya bertemu dengan pandangan kosong si anak kecil.

"Uhh.. Kita akan pergi ke kakek- ayah- uh.. Kita akan kembali ke pemakaman," Jinsol sedikit mengusap tengkuknya yang tidak gatal itu, "mau ikut, kan?"

Tidak ada respon yang dia dapatkan, Jinsol ingin menghela nafas lagi tapi dia mengurungkan niatnya itu sebelum berbalik untuk pergi menyusul ibunya. Namun senyum kecil merekah di bibirnya ketika anak itu mendahuluinya berlari keluar.

...

Disini terbaring dalam damai Ayah, saudara, kakek-

Suasana di pemakan saat itu sangat sendu. Ibu dan kedua bibinya menangis sambil menebarkan kelopak bunga mawar berwarna putih di atas gundukan tanah tempat kakeknya beristirahat.

Jinsol ingin sekali menangis, walau bagaimanapun separuh masa kecilnya dia habiskan sebagai cucu kesayangan kakeknya. Banyak waktu yang dia habiskan bersama sang kakek. Itu sampai ayahnya dulu harus pindah ke kota lain karena posisi dalam pekerjaan yang lebih tinggi di cabang baru perusahaan tempatnya bekerja.

Namun rasanya sangat sulit untuk mengeluarkan air matanya. Dia bahkan tidak menangis di pemakaman ayahnya sendiri.

Mulai satu persatu anggota keluarga mereka menebarkan kelopak mawar putih itu, namun rasanya dia belum melihat anak kecil itu memberikan penghormatan terakhir pada sang ayah.

Mata coklat Jinsol memandang ke sekeliling untuk mencari anak itu dan berhenti saat dia melihat siluet kecil dibalik pohon beberapa meter dari makam.

"Hey, kamu juga harus memberi bunga untuk kakek.." Ujarnya sedikit keras agar anak itu bisa mendengar.
Sesuai ekspektasinya, anak kecil berambut coklat itu perlahan memisahkan dirinya dari pohon besar yang dia gunakan sebagai tameng pelindung sejak tadi.

Jinsol dapat melihat tiga tangkai bunga Bluebell, bunga kesukaan sang kakek, di genggaman anak kecil itu ketika dia berlari mendekat. Wanita bermarga Jung itu dapat mendengar beberapa anggota keluarnya berbisik aneh mengenai perihal bunga yang dibawa oleh anak kakeknya itu, namun menurut Jinsol pasti sang kakek akan senang melihat bunga kesukaannya terbaring dikelilingi oleh kelopak putih.

Wanita berambut pirang itu merendahkan badannya untuk menjongkok sambil memperhatikan anak kecil itu memandanginya kubur ayahnya.

"Dia tidak akan bangun lagi, kan?"

Suaranya sangat pelan dan lembut, beruntung Jinsol dapat mendengarnya. Hatinya berdenyut nyeri ketika mata mereka kembali bertemu, kini melainkan kekosongan, Jinsol dapat melihat kepedihan di mata coklat anak itu. Tambah lagi butiran yang jatuh membasahi pipinya, akhirnya benteng pertahanan anak itu rubuh juga. Dia menangis tersedu-sedu didalam pelukan Jinsol.

"Ya, dia tidak akan bangun lagi.."

Badan anak ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya, namun Jinsol dapat memastikan bahwa dia terasa sangat hangat. Anak ini sangat hangat.

...

"Aku masih belum dapat percaya sampai sekarang, bisa-bisanya Myungsoo menyembunyikan anak itu selama ini. Umurnya mungkin sudah akan memasuki tahun ke enam.."

"Ya, aku bahkan tidak mendengar suara anak kecil terakhir kali aku mengunjunginya bulan lalu.."

"Itu bukan masalah utamanya, kita harus segera menemukan ibu anak itu sesegera mungkin!"

Jinsol kembali menghembuskan asap rokok dari mulutnya, membentuk kepulan asap itu menjadi lingkaran sebelum dia memandang mereka menghilang dibawa angin. Kemarin berlalu dengan cepat baginya, dan pada hari terakhir pertemuan darurat keluarga, mereka memutuskan untuk melakukan meeting untuk membicarakan 'masalah' yang ditinggalkan kakeknya.

Wanita berambut pirang itu lebih memilih untuk duduk di teras belakang sambil menghisap rokok favoritnya karena dia bukanlah tipe orang yang suka untuk mencampuri permasalahan keluarga nya.

"Tentunya menemukan ibunya membutuhkan waktu yang lama, salah satu dari kita harus menampungnya dulu untuk sementara waktu.."

"Tidak bisa dirumahku. Aku terlalu sibuk mengurus toko untuk bisa memperhatikan anak sekecil dia, kalau saja dia agak sedikit lebih tua mungkin saja bisa aku ambil.." Ujar salah satu bibinya yang didukung oleh anggukan suaminya yang duduk disebelahnya. "Bagaimana denganmu Mija? Kedua putri mu kan sudah besar, pasti kau memiliki banyak waktu luang.."

Ibunya terlihat terkejut saat namanya disebut sebelum wanita tua itu dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa! Aku pasti tidak akan sanggup mengurus anak sekecil dia, aku ini sudah terlalu tua untuk mengurus anak kecil.."

"Memang benar, kita semua sudah terlalu tua dan sibuk untuk mengurus anak seusianya. Pilahan terbaik adalah untuk menitipkannya di panti asuhan, bagaimanapun kita tidak bisa membiarkan banyak orang tau mengenai anak haram Myungsoo, apa kata orang nanti tentang keluarga kita?"

Dia tidak tahan lagi, mendengar semua orang-orang ini menolak anak itu membuat kepalanya sakit. Jinsol mematikan sisa rokoknya di asbak sebelum wanita tinggi itu berdiri dan berjalan dan berhenti di tengah halaman belakang rumah itu sebelum dia berbicara dengan volume yang sengaja dibesarkan hingga semua orang yang ada didalam ruangan itu dapat mendengarnya.

"Hey.. Tinggal dengan aku mau tidak?"

Jinsol dapat mendengar suara cekatan nafas dari dalam rumah, dengan samar juga terdengar suara Heejin sedang mengutuknya.

Anak itu tidak menjawabnya, namun Jinsol dapat memastikan bahwa jawabannya adalah iya karena untuk pertama kalinya semenjak melihat anak itu, senyuman merekah di wajah kecilnya. Hal itu membuat hati Jinsol menghangat.

Anak itu berlari kearahnya sebelum melompat kedalam pelukannya, Jinsol dengan sigap mengangkat badannya sambil membalas pelukan hangat anak itu tanpa mempedulikan fakta bahwa sebentar lagi dia akan di omeli oleh adik dan ibunya.

"Then I guess you're going home with me.."

...

Ini aku ambil dari anime favorit ku :)

Bunny DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang