18 Membingungkan

184 22 0
                                    

Mobil itu telah berhenti tepat di depan panti asuhan. Sunggung detik-detik yang menegangkan selama berada di dalam mobil, jangankan untuk bersuara bahkan unuk menarik nafas dan menghembuskannya terasa begitu sulit. Momen-momen tersebut tak ingin diperpanjang oleh Sinb lagi, dia segera melepaskan sabuk pengaman kemudian menghadap ke Jhope tanpa melihat ke arahnya.

" Gomawo Jhope-ssi." Singkat, padat, dan jelas tanpa babibu lagi Sinb segera ke luar mobil. Jhope masih terpaku tanpa sempat menjawab karena setelah keluar dari mobil Sinb bergegas dengan berlari kecil menuju ke dalam panti. Dan Jhope hanya bisa memandang punggung Sinb yang semakin jauh dari pandangannya dan hilang setelah pintu panti tertutup.
Bukan...bukan karena Jhope marah, hanya saja ia masih bingung, apakah yang dilakukannya salah dengan mencium Sinb? Semarah itukah Sinb hingga tak mau mendengarkan penjelasannya? Bagaimana membuat Sinb tidak marah lagi kepadanya? Hal-hal itulah yang terus berkecambuk dalam pikiran Jhope hingga cukup lama dia berdiam diri di dalam mobil dan masih tepat berada di depan panti asuhan.

Tanpa disadari Sinb dari dalam panti tengah mengintip keluar untuk melihat apakah Jhope talah pergi? Ia sadar telah berkalu kurang pantas hanya dengan mengucapkan terimakasih tanpa menoleh lagi, bukankah itu tidak sopan? Tapi, jika Sinb keluar untuk menemui Jhope lagi untuk mengucapkan permintaan maaf itu akan lebih konyol dan aneh.

Mereka sibuk dengan pikiran merka masing-masing. Namun, beberapa menit kemudian Jhope sadar, mengapa ia terus diam dan tak menjalankan mobilnya? Tak menunggu waktu lama akhirnya mobil Jhope pun melaju meninggalkan panti asuhan dan baru setelah itu Sinb bisa masuk ke dalam kamarnya setelah cukup lama berdiam diri di depan jendela dekat pintu masuk. Dalam hati Sinb bersuara "hati-hati Jhope-ssi."

***
Di jalan trotoar yang bersih dengan di iringi berbagai lampu penerangan kota yang indah, di sinilah terdapat dua insan yang tengah berjalan bersama dan bersebelahan tanpa bergandengan. Sungguh Jiwoo sangat gemas melihat Minhyun, aneh memang ketika orang lain yang melihat wajah Minhyun dapat dipastikan di sana hanya kan ada wajah kaku tanpa ekspresi dan sorot mata yang tajam dan dingin walau tak dapat dipungkiri wajah tampan Minhyun tersebut akan sanggup membuat kaum hawa jatuh cinta tapi kembali ketika sikap dingin itu mendominasi akan membuat setiap cewek akhirnya menyerah dan sakit hati, tapi berbeda dengan sudut pandang Jiwoo dia sangat suka tatapan itu, sikap itu, wajah itu, kata-kata singkat dan menusuk itu semua dianggap Jiwoo begitu menggemaskan, ya Jiwoo memang spesies cewek yang aneh. Bagi Jiwoo Minhyun yang seperti itu membuatnya tertantang untuk menaklukan hati cowok tersebut, semakin Minhyun bersikap acuh semakin semangat Jiwoo untuk mendapatkannya. Jiwoo memang gila.

"Minhyun, apa kau selalu begitu?" Tanya Jiwoo untuk memecah keheningan. Minhyun tak menjawab dan hanya melirik ke arah Jiwoo sebentar kemudian menaikkan sebelah alisnya. Jiwoo paham degan ekspresi Minhyun, sudah jelaskan dia itu irit bicara, apakah Jiwoo harus membayar setiap kata kalo ingin mendegarkan suara Minhyun.

"Maksudku selalu menatap orang dengan tatapan mengintimidasi?"

"Jadi maksudmu aku mengintimidasimu?" Ucap Minhyun akhirnya dengan menatap mata bulat Jiwoo. Dan kalian pasti dapat menebak bagaimana kagetnya Jiwoo, dengan memelototkan mata bulatnya dan seakan dia harus menaha nafas ketika tatapan intens dari Minhyun tertuju padanya. Tamatlah riwayatmu Jiwoo, bagaiman kau bisa langsung meleleh hanya dengan tatapan pria itu, ohh ya ampun Minhyun sihir apa yang kau gunakan kepada Jiwoo?

Jiwoo mengerjab-kerjabkan matanya, sepertinya nyalinya menjadi ciut seketika, Ohh ya ampun, kemana tadi Jiwoo yang dengan percaya dirinya akan menaklukan hati si doi tapi sekarang baru ditatap doi kayak gitu aja udah grogi. Minhyun tersenyum tipis sangat tipis hingga mungkin itu akan sangat sulit dilihat sebagai sebuah senyuman. Dan Minhyun tetaplah Minhyun yang tak ingin mengeluarkan tenaga sia-sia haya untuk meladeni ucapan orang. Dengan begitu dingin dan angkuh nya Minhyun pun kembali berjalan di depan dan meninggalkan Jiwoo yang masih mematung di tempat.

Sadar akan lamunannya Jiwoo pun menatap jengkel kepada Minhyun, dengan segera Jiwoo menyusul dan berusaha menyamakan kembali langah berjalannya dengan Minhyun. Akhirnya keadaan kembali seperti semula, membisu ya membisu tak ada yang mau membuka suara lagi, hingga tanpa sadar

" Sudah sampai, cepatlah masuk." Kata-kata perpisahan yang terdengar seperti perintah dari Minhyun dan tanpa menunggu jawaban Jiwoo langsung saja berjalan kembali untuk menuju Halte bis dan pulang ke panti. Walau singkat tapi Jiwoo menyukainya dengan senyum sumringah Jiwoo berbaalik dan mentap punggung Minhyun yang semakin menjauh dan melambaikan tangan
" Gomawo Minhyun...hati hati!!!" ucapnya kencang dan tentu terdengar jelas oleh Minhyun tapi, Minhyun ya dia tak akan menjawab, jangankan menjawab berbalik saja tidak dia hanya melambikan tangan ke belakang tanpa menoleh dan terus berjalan. Jiwoo yang melihat itu sama sekali tidak marah atau jengkel dia malahan senang sambil bergumam "Dasar pria dingin itu, uuuhhh tipe aku banget hehe" kekeh Jiwoo pelan.

***
Jiwoo memasuki rumahnya dengan yah hati yang tak dapat di katakan lagi, baru sampai ia berjalan di tengah ruang tamu pintu kembali terbuka dan menampilkan sosok Jhope dengan ehmm bagaimana menjelaskannya ya...tangan kanan yang digunakan untuk menyentuh dan mengesek kesel bibir keksinya tersebut dan menggerutu pelan, sangat pelan hingga hanya Jhope yang dapat mendengarnya.

"Ohh, Oppa baru saja pul..."Sambutan Jiwoo ternyata tidak diindahkan oleh Jhope dan ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Dengan terus berjalan menuju ke arah tangga dan menaikinya untuk segera merebahkan diri ke kasur besarnya yang nyaman dan empuk tersebut, entahlah Jhope merasa hari ini begitu melelahkan baginya.

Dan untuk Jiwoo ia terpelongo dengen sedikit rasa jengkel tapi, ia kemudian penasaran dengan apa yang terjadi pada kakaknya bukankah tadi dia pergi dengan Sinb asik-asik saja.

***
Sampai di kamarnya Jhope segera merebahkan tubuhnya, tangan yang sebelah kanan ia gunakan sebagai bantalan kepalanya dan tangan kirinya terus memijat kepalanya yang sebenarnya tidak pusing atau sakit itu hanya reflek saja, dan ya tanpa di sadari dirinya terus mengucapkan dan memanggil-manggil nama Sinb.

"Sinb-ya...sinb-ya...sinb-ya...sin..."
"Oppa menyukainya?" Pertanyaan itu memotong ucapan Jhope dan seketika membuatnya kaget, "Eoh...Jiwoo-ya, sejak kapan kau di sana?"
Ya Jiwoo tepat bepada di ambang pintu kamar Jhope sambil menyandarkan bagian sisi tubuhnya dengan kedua tangannya yang bersendekap di dada, "sejak oppa mulai memanggil-manggil Sinb-ya...sinb-ya...sinb-ya." ledek Jiwoo sambil menirukan ekpresi dan gaya ucapan Jhope. Sungguh saat ini Jhope sangat jengkel jika saja Jiwoo bukan adiknya pasti sudah ia lempar ke dalam sungai Han...dasar adik petakilan.

Puas meledek kakaknya Jiwoo pun dengen hati yang bahagia langsung lari menuju kamarnya sebelum kakaknya meledak

"Jung Jiwooooo!!!!"

Hallo pembacaku yang setia...maaf banget jarang up🥺🥺🥺
Dan terima kasih yang masih setia dan menunggu cerita ini
Sebagai gantinya aku akan up 2 kali dalam 1 hari ini, tunggu up selanjutnya ya....selamat membaca...maaf typo bertebaran

Ahhh iya satu lagi jangan lupa tekan⭐ dan komen apapun bila aku banyak yang kurang...gomawo

Because Of You [SinHope]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang