19. Wanitanya

315 32 5
                                        

Wanita itu tangah mengeratkan pegangan tangannya pada tas selempangnya ada rasa keraguan untuk masuk ke dalam rumah besar tersebut yang kini sudah sebulan lebih ia kunjungi. Pagi itu rasanya begitu dingin menusuk diri Sinb, bukan karena uadaranya tapi karena pikiran dan hatinya yang tak karuan. Bayangan Jhope selalu hadir, semua masih begitu nyata ketika mereka ciuman, sikap Sinb dan semuanya yang Jhope katangan masih berputar jelas di kepala Sinb. Sungguh jika bisa ia ingin tidak masuk dan beralasan sakit, mungkin itu ide yang tidak buruk tapi, haruskah seperti itu? Bukankah jika ia melakukannya berarti ia lari dari masalah, tidak Sinb bukan orang yang seperti itu. Maka dengan langkah yang berat tapi dengan hati yang telah susah payah ia mantapkan ia pun memasuki rumah tersebut.

Seperti biasa Sinb segera membangunkan Jiwoo membantunya mempersiapkan segala keperluannya dan ikut menata meja makan, ada sedikit kelegaan dalam diri Sinb karena sejak tadi ia tak berpapasan dengan Jhope, jadi ia tak harus bersusah payah untuk menyembunyikan rasa canggungnya. Tak berapa lama Jiwoo pun turun dangan pakaian yang telah rapi dan cantik tentu saja. "Pagi, eonni." Sapa Jiwoo hangat, "Pagi juga." Jawab Sinb dengan tak kalah ramah ditambah senyum manisnya.

Cukup lama mereka berdiam diri menunggu Jhope untuk turun tapi anehnya sang empu yang ditunggu-tungu tak juga menunjukkan batang hidungnya, tak lama terdengar sebuah notifikasi masuk melalu ponsel Jiwoo dan tertera nama Jhope di sana

Oppa Hobie :

Mian, oppa tidak mengabari mu terlebih dahulu, ada proyek besar yang mendesak oppa untuk ke Jepang saat ini, dan oppa sudah berangkat pukul 3 subuh tadi, oppa harap kau baik-baik di rumah dan jangan bikin masalah, kau bisa mengajak Sinb untuk menginap dengan begitu oppa akan lebih tenang meninggalkanmu, oppa di Jepang sekitar semingguan jaga diri baik baik ya...jangan lupa rindukan oppa Jiwoo-ya, Saranghae.

MeJiwoo :

Eumh... kenapa Oppa tidak mengabari sejak awal, daritadi aku menunggu oppa untuk sarapan aish, baiklah jaga diri di sana oppa, jangan lupa bawakan aku oleh-oleh eoh...saranghae oppa.

Setelah membalas pesan tersebut Jiwoo pun segera memberi tau Sinb dan menyampaikan pesan Jhope agar Sinb menginap di sana. Sinb yang mendengar hal tersebut sedikit merasa sesak dalam hatinya, serasa ada yang kosong ini aneh, seharusnya iya lega dan tenang dengan begitu dia tidak akan bertemu dengan Jhope selama seminggu dan dirasa itu waktu yang cukup untuk menetralkan suasana canggung diantara mereka nanti tapi, ini berbeda ada rasa kehilangan dan Sinb merasa tidak rela Jhope harus pergi jauh darinya, entahlah Sinb makin bingung.

"Eonni kenapa?" Tanya Jiwoo yang sedari tadi memperhatikan raut wajah Sinb yang tiba-tiba beruah sendu setelah dirinya memberi tau bahwa Jhope tengah pergi ke Jepang.

"Eoh..? Ah...Aniyo." Jawab Sinb kemudian tersenyum singkat, ia berusaha meyakinkan dirinya jika yang ia rasakan mungkin bentuk rasa bersalahnya karena telah mengacuhkan Jhope kemarin malam.

"Ohh iya eonni...bagaimana kemarin malam?" Tanya Jiwoo kembali, sejak kemarin sebenarnya ia ingin bertanya kepada Jhope tapi melihat kakaknya yang tak fokus membuatnya mengurungkan niatnya dan berniat untuk menanyakan saat sarapan pagi ini bersama sama dengan Sinb juga, tapi malah kakaknya itu pergi ke Jepang, dan akhirnya ia pun hanya mendengarkan cerita acaranya dari sudut pandang Sinb saja. "Apakah menyenagkan pergi bersama oppaku yang membosankan itu?"

"Hmmm...acaranya meriah Jiwoo-ya banyak orang yang dari kalangan atas, aku sangant minder kemarin." Terang Sinb yang memang benar adanya, sungguh sebenarnya dia kemarin sanggat tak percaya diri dan memilih untuk terus diam dan menghindari kerumunan orang kecuali di sana sedang ada Jhope, karena jika ada Jhope entah mengapa dia merasa lebih tenang.

"Aniyo Eonni, jangan bilang begitu...mereka adalah orang-orang yang membosankan, aku bahkan tak suka jika harus berkumpul dengan orang-orang seperti itu karena yang mereka bahas hanya soal pekerjaan saja... oh ayolah itu memuakkan." Sinb terkekeh mengdengarkan celotehannya Jiwoo.

***

Di lain sisi, perasaan hampa juga dirasakan oleh Jhope, sungguh ini tak disukai Jhope ketika hati dan perasaanya sedang tak tenang dan harus terdesak oleh masalah pekerjaan. Sungguh secepatnya dalam seminggu ini ia ingin cepat-cepat kembali ke Korea, ia ingin menjelaskan kepada Sinb, ia ingin minta maaf dan ingin berusaha untuk mencari jawaban atas setiap pertanyaan dalam hatinya.

Membayangkan hari-hari yang berjalan tanpa kehadiran seseorang yang begitu dekat dengan hati kita membuat semuanya terasa tak menyenangkan dan tak berselera, ia sangat rindu, rindu akan sosok itu, tatapan itu, senyum itu, sikap lembut semuanya yang melekat dalam diri itu, diri yang sudah merampas pikiran dan hati Jhope. Ia rindu wanitanya... tunggu wanitanya? Apakah artinya Jhope sudah menyadari akan perasaanya sendiri, anggap saja ia...sungguh dia tak tahan ingin memeluk wanitanya.

***

Jiwoo begitu berbinar ketika netranya menangkap sosok namja yang tengah dengan membaca buku dengan mata tajamnya seperti elang dan garis muka tegas yang memancarkan karismanya, sungguh pemandangan yang menyejukkan hati melihat Minhyun duduk sendirian di bangku taman sekolah. Namun sedetik kemudian kebahagiann itu berganti menjadi rasa geram yang membuncah pasalnya Jiwoo melihat gadis itu lagi, yang kemarin menggantikan Minhyun berjaga di mini market, ohh ayolah apakah ternyata mereka harus satu sekolah juga setelah satu pekerjaan, tanpa pikir panjang Jiwoo pun segera menyambar mereka berdua.

Jiwoo datang dan langsung menerobos ke tengah-tengah mereka. "Ini sekolahan bukan tempat untuk pacaran, aku mengingatkan jika kalian lupa." Ketus Jiwoo, namun perkataannya tak diindahkan oleh keduanya, Minhyun yang memilih untuk kembali membaca bukunya dan Chaeryeong yang memberenggut karena kedatangan Jiwoo, melihat itu Jiwoo bersorak senang dalam hati.

Chaeryeong yang merasa waktunya terganggu dengan adanya Jiwoo pun akhirnya memilih untuk pergi saja, masih banyak kesempatan nanti yang dapat ia lakukan saat di tempat kerja dengan Minhyun.
"Minhyun-ssi, kalau begitu aku kembali ke kelas dulu, kita bisa bicarakan nanti lagi setelah tak ada yang mengusik." Ucap Chaeryeong dengan menekankan pada kata-kata mengusik dan menatap sinis Jiwoo. Tapi bukan Jiwoo namanya jika ia ambil pusing soal itu, Jiwoo bersikap acuh seakan tak mendengar apa-apa.

Minhyun hanya menangguk singat tanpa sedikitpun mengalihkan matanya dari buku yang ia baca.
Melihat ada kesempatan, Jiwoo tak ingin menyia-nyiakannya, "Apa sebegitu menariknya ya buku itu? Soal apa sih?" Tanya Jiwoo mengawali. Masih belum ada jawaban dari Minhyun jangankan menjawab bibir namja itu bergerak saja tidak " Minhyun-ah, apa kau tiba-tiba menjadi orang yang tuli?!" ucap Jiwoo dengan sedikit berteriak. Merasa terusik akhirnya Minhyun pun menutup bukunya dan menatap Jiwoo. Merasa mendapat respon Jiwoo pun menyengir bahagia, "Kau menganggungku tengah membaca jika kau buta." Dan jleb...jawaban pedas yang keluar dari mulut Minhyun seakan menjadi tembakan panas yang menembus jantung Jiwoo, Jiwoo sangat jengkel dan akan marah tapi belum sempat itu meledak, Minhyun telah berlalu pergi meninggalkanya.
Dengan emosi yang masih di ubun-ubun Jiwoo bersumpah dalam hati akan menaklukan namja itu, ia tidak akan menyerah, mau sebanyak apapun lontaran kata-kata pedas itu atau sekeras dan sedingin apapun Minhyun, Jiwoo yakin akan menjatuhkan hatinnya.

Hai guys...ini aku up lagi ya...memenuhi janjiku pada kalian sayang sayangku yang sudah setia menunggu

Aku ucapkan terimakasih dan jangan lupa tekan ⭐

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because Of You [SinHope]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang