4. Resah Jadi Luka

36 10 7
                                    

Rian menatap Jevon dengan kesal "Ganggu." Pemuda itu kembali menghisap sebatang rokok yang sudah memendek dan membuangnya.

Jevon menyenggir, pemuda itu merangkul Javan dan Agan "Kita kemari mau ngajak lo--"

"Gak." Sela Rian sambil kembali membakar sebatang rokok baru.

Jevon mendengus "Ayolah, gak bosan apa? Disini mulu, sekali-kali kekantin."

Javan mengangguk "Para cewek gak habis-habisnya nanyain kita tentang lo. Lo taukan?"

Pemuda itu mendengus, menghisap rokok ditangannya dan kembali menatap pemandangan di luar rooftop "Peduli."

Jevon menatap Rian kesal "Ngomong yang jelas! Jangan kayak anak TK yang baru tau mengenal kata!"

Javan menyetujui ucapan kembarannya itu "Peduli apa? Lo peduli kita? Peduli dia? Peduli mereka? Peduli presiden? Peduli demokrasi? Pemudi kepala sekolah? Atau peduli Put--"

Rian manatap tajam Javan seakan menyuruh pemuda itu untuk tidak melanjutkan kalimatnya. Ia menghela napas, mematikan nyala rokok dan membuangnya ke tong sampah yang sudah disediakan oleh sekolah setelah itu mengambil gula-gula karet dari saku dan mengunyahnya.

Rian menatap Agan yang sedari tadi diam "Perlu gue ingetin lagi?" Pemuda itu menatap mereka bertiga tajam.

Javan mendengus "Lo tau kalimat, Kuat di cover lemah di dalam?" Javan pergi meninggalkan ketiga pemuda yang terdiam.

Jevon menghela napas "Gue gak tau masalah lo, gue gak pernah rasain posisi lo, gue gak pernah maksa buat lo cerita ke gue dan Javan, tapi bisa gak sih lo, Hargai kita!" Jevon pergi menyusul Javan.

Agan menghela napas, pemuda bermanik mata hijau jambrud itu menatap sahabatnya yang masih diam dengan ekspresi biasanya-dingin dan datar-Agan yang sudah mengenal pemuda disampinya bahkan mengetahui semua masalah yang menimpa pemuda itu.

"Tidak selamanya lo harus memikirkan dia, Ian!" Tutur Agan.

Rian mendengus "Bukan urusan lo!" Pemuda itu melangkah pergi mengikuti si-kembar dan meninggalkan Agan.

"4 tahun lamanya dan dia gak pernah berubah!" Decak Agan kesal dan melangkah mengikuti ketiga sahabatnya yang menuju kantin.

=¤=¤=

Pemuda dengan iris mata biru lautnya itu menatap tajam semua penghuni kantin, tatapannya mencari-cari letak kedua sahabatnya yang entah berada dibagian mana diarea kantin yang hampir menampung semua Murid SMA Cendrawasih.

Berbagai tatapan ditunjukkan oleh kaum hawa dan juga adam, mulai dari kagum dan juga iri. Rian berusaha mengontrol amarahnya, inilah yang paling pemuda itu benci, berada dikeramaian salah satu petaka besar baginya.

Hingga tatapannya menangkap kedua sahabatnya yang sedang melambaikan tangan diudara berusaha menunjukkan keberadaan mereka berdua.

Rian melangkah menuju meja yang ditempati oleh kedua sahabatnya itu, ia menatap jus mangga diatas meja, mengerutkan keningnya dan menatap Jevon dan Javan.

"Kami tau lo suka Jus Mangga." Senyum Javan "Maafin ucapan gue tadi." Pemuda itu menunduk menyesali ucapannya yang sempat tersulut emosi.

Rian mengangguk dan meminum Jus Mangganya. Agan duduk disamping Rian, merampas kasar minuman milik Javan yang berada tepat dihadapannya.

"Kenapa lo?" Tanya Jevon.

Javan mendengus kesal ketika melihat minumannya yang tinggal sedikit, pemuda itu mengeluarkan uang sepuluh ribuan dan meletakkannya diatas meja tepat dihadapan Agan.

Resah jadi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang