5. Resah Jadi Luka

45 12 6
                                    

Takdir dengan waktu itu bermusuhan. Takdir yang mempersatukan waktulah yang kembali memisahkan atau mungkin malah sebaliknya.

- Ananda Angelia -

Happy Reading!

Gadis dengan kepang duanya itu menatap kelasnya yang sudah seperti kapal pecah, beginilah suasana kelas ketika guru sedang mengadakan rapat.

Angel menghela napas, gadis itu sendirian-Celia pergi berkumpul diruang Osis meninggalkannya sendiri didalam kelas.

Angel kembali menghela napas, berdiam diri didalam kelas hanya akan membuang waktunya saja. Gadis itu berbalik membuka res tasnya dan mencari buku bersampul pink, buku yang sudah mengetahui semua kesedihan gadis itu.

Ia tersenyum lebar setelahnya menutup res tasnya dan bangun dari duduknya, melangkah menuju pintu kelasnya.

Angel merentangkan tanganya keatas "Remuk semua ni badan." Kekeh Angel saat mendengar beberapa kali tulangnya yang berbunyi karena terlalu lama duduk.

Gadis itu memegang kuat buku bersampul pink ditangannya, bibirnya beberapa kali ia gigit memikirkan lokasi dimana ia akan menuliskan kisahnya hari ini.

"Murid nerd lagi."

"Gapapa, selagi gak bikin ulah tuh bocah bakal aman-aman aja."

"Kalo diperhatiin cantik juga."

"Kok sekolah kita malah nampung murid nerd lagi?"

"Eneg gue liatnya."

Angel menunduk, berusaha menulikan pendengarannya, gadis itu lupa bahwa saat ini jam sedang kosong, semua murid pasti bakal rame di koridor apa lagi saat ini ia tidak bersama Celia, gadis yang selalu membelanya.

Aku belum kenal seluk beluk sekolah ini. Batin Angel.

Ia kembali menghela napas, tau begini gadis itu akan tetap berada didalam kelasnya namun jika berbalik kembali ke-kelas yang ada nanti ia malah dikatai Caper lagi.

Rooftop? Batin Angel, gadis itu berhenti dan menatap lesuh koridor dihadapannya, buntu, bukannya seharusnya masih ada lagi jalan tapi kenapa yang ia dapati malah jalan buntu?

Gadis itu memukul keningnya, ia lupa bahwa sekarang ia sudah berpindah sekolah.

Kok aku jadi gini amat sih? Memalukkan. Gerutu Angel.

Lagi dan lagi Angel kembali menghela napas, beberapa kali gadis itu mencoba mengingat tempat tenang yang pernah ia lewati selama pergi bersama Celia.

Angel tersenyum, ingatannya ketika menuju ke-kelasnya bersama Omnya kembali terulang. Gadis itu berlari kecil ketempat ia pertama kali menemui Omnya.

"Disini yah?" Ia menatap tempatnya berdiri, tatapanya menuju kearah gerbang sekolah.

Angel kembali membayangkan dirinya pergi bersama Omnya, kakinya melangkah melewati beberapa belokkan terus membayangkan bahwa yang ada didepannya adalah Omnya.

Ia terus melangkah hingga tatapan gadis itu berhenti di bangunan yang bertulisan Perpustakaan, Angel mengembangkan senyumnya. Walaupun caranya mengingat tempat ini agak memalukkan namun gadis itu tak bisa memungkiri bahwa selama ia berjalan tak ada sama sekali kritikan dari murid se-SMAnya seakan-akan gadis itu baru saja menulikkan pendengarannya, yah itu mungkin.

Resah jadi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang