8. Resah Jadi Luka

22 9 3
                                    

Masing-masing memiliki kadar
Kebahagiaan, kamu boleh
Berbahagia tapi jangan
Sampai melupakan kecewa.

- Ananda Angelia -

=¤=¤=

Angel meminum susu putihnya, ia menatap Dinda yang sedang memotong sayuran dengan begitu lihai dan rapi, wanita paruh baya itu beberapa kali membuka kulkas dan mengambil beberapa bumbu masakan, semua gerakkan Dinda terekam sangat jelas dimata Angel.

"Ma."

"Hm." Wanita itu masih memotong sayuran yang Angel tidak tau apa namanya.

Angel menatap gelasnya yang sudah tak berisikan susu putihnya lagi "Memasak itu cape yah, ma?"

Dinda berhenti, ia terkekeh ketika mendengar penuturan dari anak gadisnya itu "Awalnya gitu, tapi kalo udah terbiasa capeknya kadang gak kerasa."

Angel mangut-mangut seumur hidup gadis itu tidak pernah berlama-lama didapur seperti sekarang apa lagi sampai harus memperhatikan dengan seksama setiap gerakkan yang Dinda ciptakan.

"Kamu kenapa tanyain gitu?"

Angel menatap kebawah lantai, semalam ia sudah memutuskan sebuah pilihan yang menurutnya akan membuatnya bahagia, ia akan mengambil kembali hati pemuda yang pernah mematahkan hatinya.

"Emang gak boleh yah, ma?"

Dinda kembali terkekeh, wanita itu menyalakan kompor setelah itu menatap anak gadisnya itu "Boleh, hanya saja mama berasa ada yang ganjil aja."

Angel menelan salivanya kasar, gadis itu menghela napas ia takut menceritakannya dengan mamanya, apa mamanya akan mendukungnya atau malah sebaliknya?

Dinda menatap Angel, raut wajah bimbang anak gadisnya itu nampak terlihat dengan jelas tak lupa beberapa kali ia melihat Angel menggosok hidungnya-kebiasaan Angel jika ingin mengungkapkan sesuatu namun masih depenuhi oleh keraguan.

"Jadi?" Dinda menaikkan alisnya dan menatap Angel yang sedang menghela napas.

"Kalo Angel cerita, mama bakal dukung Angel?" Cicit Angel sambil menunduk.

Dinda tersenyum "Selama itu yang terbaik buat anak mama kenapa tidak?"

Angel menatap mamanya sambil tersenyum, ia menarik napas dalam-dalam setelah itu membuangnya. Angel mulai menatap Dinda dan menceritakan semua yang ia alami disekolah barunya itu, mulai dari dia yang melihat Putra namun pemuda itu mengaku bernama Rian, serta Perubahan sifat Putra.

Dinda mengerutkan keningnya "Kamu yakin itu Putra?"

Angel menggangguk antusias "Iya ma, nama lengkap Rian bahkan sama dengan nama lengkap Putra."

Dinda mengangguk mengerti "Mama emang gak pernah lihat Putra secara langsung itupun hanya melalui foto yang berada dikamar kamu."

Angel menggaruk tengkuknya, gadis itu memang tak pernah mengajak Putra kerumahnya itulah sebabnya orang rumahnya tak pernah sama sekali melihat seperti apa pemuda yang membuat anak gadis Wesland itu rapuh tak terkecuali Andre, pemuda itu pernah mermergoki Angel didalam supermarket dekat rumahnya menemui seorang pemuda yang Andre tebak pasti bernama Putra.

Resah jadi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang