6. Resah Jadi Luka

34 11 8
                                    

Aku masih mencintainya
sama seperti terakhir kali
Aku melihatnya.

- Ananda Angelia -

Happy Readyng!

Angel Pov.

Aku menutup wajahku dengan bantal, wajah yang kutebak kini pasti sudah memerah. Tanganku  berusaha kembali mengambil salah satu bantal lagi untuk menumpuknya diatas bantal yang menumpuk wajahku.

Mengingat kejadian tadi sore membuatku tak henti-hentinya mengembangkan senyum.

"Sadar, ngel!" Aku bangun membuat bantal yang menutup wajahku terjatuh.

Tanganku mencangkup kedua pipiku, mencubitnya hingga benar-benar mengundang rasa sakit. Aku masih tidak menyangka dengan kejadian di perpustakaan sore tadi.

Flashback On

Aku merasakan sebuah pergerakan, perlahan kubuka mataku berusaha menyamakan dengan lampu perpustakaan yang menyala. Samar-samar aku melihat wajah seorang pemuda yang sepertinya sedang melihatku, semakin jelas pandanganku maka semakin jelas pula siapa pemuda itu.

Aku meneguk salivaku kasar, menatap manik mata biru laut pemuda dihadapanku, detakkan jantukku berpacu cepat bahkan napas pemuda itu beberapa kali menampar lembut kedua pipiku.

Pemuda itu memutuskan kontak mata diantara kami berdua.

"Buku."

Aku masih menatapnya, apa ini nyata? Suaranya yang datar namun memiliki kesan tersendiri bagiku, hanya saja satu yang menjadi pertanyaanku, sejak kapan Putra memiliki warna mata biru laut? Entah, tapi seingatku pemuda itu seharusnya memiliki warna mata abu-abu.

Aku tersentak ketika tangan kekarnya merampas sesuatu dari bawah buku Diary ku. Buku Fisika yang seharusnya aku perlihatkan kepada Andre kini berada ditangan Rian.

Aku menatapnya yang berdiri dan sepertinya ingin keluar, tatapanku menatap arloji pinkku-seketika mataku membulat, aku mengambil buku diary ku dan bergegas keluar mengikuti pemuda itu.

"Putra," Aku berlari mengejar pemuda itu, langkahku berhenti didepan pintu kelas, aku mendapati tasku sudah bergelantung diganggang pintu.

Aku mengambil tas berwarna pink bergambar bunga sakura, menentengnya dan kembali mengejar pemuda bermanik mata biru laut yang punggungnya sudah termakan belokkan koridor.

"Put," Ucapku ngos-ngosan tangaku menongkat dikedua lututku hingga tubuhku berbentuk seperti sudut.

Dari jauh aku menatap Rian yang sedang berbicara dengan Pria paruh baya yang aku pastikan adalah seorang guru terlihat dengan jelas seragam guru yang dikenakan oleh pria itu tak lupa Rian memberikan sebuah kunci, entah kunci apakah itu? Aku bodoamat yang terpenting saat ini pulang bersama Rian!

Aku kembali berlari ketika deruan napasku kembali teratur namun bertepatan dengan itu Rian bergegas berjalan menuju kearah parkiran, langkah pemuda itu sangat lebar membuatku harus kembali berlari disela-sela napas yang mulai tersenggal-senggal.

Aku melihat Rian sedang mengenakan helm fullface nya, menaiki motor kawasaki nya. Aku kembali berlari kecil kearah Rian.

Resah jadi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang