Aku ganti nama Mamanya Yerin ya jadi Jessica:))
Inilah kita,
Yang saling menyakiti,
Padahal saling mencintai.Jangan heran,
Aku tandus karenamu.
Jangan heran,
Aku di sini bersama sepi.
Menunggu hujan berhenti.Pilihan kita berbeda.
Pun kita tak saling paham.
Biarkah?
Bolehkah aku akhiri saja?***
Pulang sekolah aku berjalan sendiri sambil menunduk dalam memandangi langkah kakiku sendiri.
Aku tidak suka jika harus pindah sekolah lagi. Aku tidak suka karena harus ke luar negeri, dijodohkan pula.
Memangnya ini zaman apa?
Tapi, aku sendiri yang mengiyakan ajakan orang tuaku. Aku sama sekali tidak menolak.
Ya, aku tau aku tidak menyukai pilihanku. Tapi berjuta kali pun aku berpikir, jawabannya tetap sama. Aku harus pergi!
Karena ...
"Woy! Murid baru! Kita ketemu lagi nih."
... aku sudah lelah diperlakukan seperti ini.
Aku baru sadar kalau aku sudah berada di luar kawasan sekolah. Saat aku mengangkat kepalaku, tiga kakak senior itu ada di hadapanku.
Dia menyeringai padaku.
"Wah, gila ya! Setelah lo bikin bocor kepala Jennie, lo masih bisa sekolah di sini?"
Siapa sih mereka? Kenapa mereka mengurusi hidupku dan Jennie?
"Jangan sok tau ya, Kak. Yang korban itu gue! Masih mending kepalanya doang kan yang bocor?"
Dia berdecak kagum sambil bertepuk tangan. "Hebat! Anaknya siapa sih lo? Pernah diajarin gak sih tata-krama sama orang tua lo? Atau mungkin lo anak pungut lagi makanya mereka gak peduli sama lo?"
Emosi. Itulah yang kurasakan sekarang. Tanganku terkepal kuat-kuat sambil memandang sinis cewek yang sok akrab itu. Aku bahkan tidak mengenal siapa namanya.
Dia berjalan mendekatiku dengan wajah mengerikannya lalu berhenti tepat selangkah di depanku. Dia memajukan wajahnya dan berbisik, "Asal lo tau, nama gue Rose. Gue Kakaknya Jennie. Jadi kalau lo macem-macem sama adek gue lagi, gue gak akan segan-segan buat bikin lo menderita."
Jujur saja aku takut. Aku ingin kabur saja sambil berteriak 'Mamaaaa!' tapi tidak lagi! Aku yang seperti itu sudah mati sejak SMP. Sekarang aku harus lebih berani melawan mereka-mereka yang sok hebat.
Aku menyunggingkan senyum sinis padanya. "Oh ya, lo pikir gue takut?"
Dia berdecih dan tertawa lagi. Sedetik berikutnya dia menatapku seperti psikopat yang kulihat di film-film. Setelahnya cewek mengerikan ini mendorong-dorong bahuku hingga aku terus-menerus mundur sambil dia berkata, "Lo belum tau gue aja, kan? Gue murid yang berkuasa di sini. Murid seperti lo harus tunduk sama gue!"
Duk!
Mendadak punggungku bertubrukan dengan sesuatu. Aku berhenti mundur dan terdiam. Rose juga berhenti memojokanku. Wajahnya terangkat menatap, aku? Ah, bukan! Dia menatap sesuatu di belakangku. Tatapan terkejut berganti takut.
"Murid seperti dia? Memangnya dia murid seperti apa?"
Jantungku seketika berpacu cepat mendengar suara itu. Aku bahkan sampai bisa mendengar detak jantungku sendiri. Suara itu, kan ...?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Itu Mantan! [✓]
Teen Fiction"Belum bisa menyimpulkan hubungan kita." *TaeRin Area*