6. Tangan Reno kenapa?

32 6 0
                                    

Tolong vote sama komennya, karena itu berpengaruh buat update selanjutnya, happy reading bebs💛💛

***

"Tiga kali absen langsung di cut, blacklist guru langsung cut,  membuat nama FSI rusak juga langsung cut, teruuuusss, gaboleh pacaran,  setiap hari jum'at ada pembagian pengisi acara ibadah, selalu hadir saat jam iatirahat di mushalla meskipun lagi menstruasi, klau nggak bisa hadir perkumpulan bisa mintak izin."

Jesi mengangguk, ia cukup paham dan insyaallah bisa melaksanakan semuanya.

Gadis yang tadi memberi tahu aturan FSI kepada Jesi menutup buku aturan organisasi, ia menatap Jesi yang bersungguh-sungguh. "Kalau lo ada ide buat FSI kedepannya, lo bisa obrolin ini ke Dinda, dia itu wakil ketua organisasi, dan mungkin lo bertanya tanya kenapa lo langsung jadi sekretaris organisasi, soalnya lo masuk organisasi bertepatan sama Lukya yang memgundurkan diri, jadi kita semua sepakat lo yang jadi sekretaris, gimana? Lo bisa megang amanahnya?"

"Insyaallah bisa kak."

"Monic."

Cewek yang tadi memberintahu Jesi itu menoleh ke arah suara, ia menaikkan sebelah alisnya sebelum kembali menatap Jesi. "Lo boleh gabung sama yang lain, sekalian kenalan."

Jesi mengangguk lagi, ia berdiri setelah Monic pergi, duduk di salah satu bangku dan mengikuti organisasi dengan khidmat.

Beberapa menit setelah itu, tepatnya pukul lima sorean, seluruh anggota FSI dipersilahkan pulang, di organisasi Jesi mendapatkan teman baru yang bernama Lidya, juga merupakan anak kelas sebelas.

"Jes, lo pulang bareng siapa?"

Jesi terdiam sebentar, tadi Reno bilang jika ingin pulang hubungi saja dirinya, tapi Jesi tidak mau menyusahkan orang lain, karena itu ia berniat naik angkot saja.

"Bareng Bang Angkot mungkin Lid, Lidya pulang bareng siapa?"

Lidya tersenyum, "bareng Luna, temen sekelas gue, dia ikut organisasi basket."

Jesi ber-oh-ria dan menggendong ranselnya, mereka berdua berjalan di lorong yang membawa mereka ke lapangan basket. Karena untuk menuju gerbang juga harus melewati lapangan basket.

"Lun!!"

Gadis yang dipanggil Lidya dengan panggilan Luna itu melambaikan tangannya lalu mendekat. Satu kata untuk Luna bagi Jesi, gadis itu cantik dengan rambut dicepol, wajahnya juga seperti blasteran, hidungnya mancung, tirus, lumayan tinggi, dan yang terpenting humble, karena sekarang tangan Luna terulur ke arah Jesi. Jesi menyambutnya.

"Luna."

"Jesi."

Keduanya saling melepas tangan mereka, bertiga berjalan menuju gerbang. "Lo pedekatean Reno ya?"

Jesi menoleh, bahkan Lidya memasang wajah penuh tanda tanya.

Luna terkekeh, "se Gradisa juga tahu kali Jes, tadi aja anak basket pada ceritain tentang lo."

"Tentang Jesi?" Ulang Jesi karena merasa bingung, Luna mengangguk sedangkan Lidya setia mendengarkan. "Emangnya Jesi ngapain?"

"Siapa sih di sekolah ini yang nggak kenal sama Reno Baraktio? Lid lo pun kenal kan?"

Lidya mengangguk, "kenal, yang dulu pernah dikejar-kejar Kak Laura kan?"

"Nah betul, tepat sasaran, nah Lidya yang anak pendiem aja tahu siapa Reno, apalagi orang lain."

Jesi terdiam, mencerna perkataan demi perkataan yang keluar dari mulut Luna. "Tapi... kan Reno teman sekelas Jesi, Jesi ke Reno kayak Jesi ke Tommy sama Jikra kok."

HIJAB GIRL IS MY FAV (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang