Pulang rapat adalah yang paling di tunggu Jesi, ia berharap cepat sampai rumah karena tidak tahan lagi dengan tubuhnya yang sudah gerah.
Namun, sedari tadi tidak ada angkutan umum yang lewat jadi Jesi semakin sebal, bagaimana ia akan pulang cepat jika angkutan umum tidak ada yang lewat?
"Mau bareng?"
Jesi menundukkan sedikit kepalanya ke bawah agar bisa melihat orang yang memanggilnya, itu Ardi, ia tersenyum ramah, "nggak papa kak, aku nunggu angkot aja."
Ardi melirik Jesi sekilas lalu keluar dari mobilnya, "yaudah, saya tungguin. Bahaya disini." Ujarnya lalu duduk lima jemgkal dari Jesi.
"Nggak usah Kak Ardi, Jesi bisa nunggu sendiri kok."
Ardi menggeleng, "kalau angkotnya nggak datang sampai malem gimana?"
Padahal ucapan Ardi itu adalah sebuah bentuk kepedulian, tetapi kenapa wajahnya tetap saja cuek dan dingin begitu, Jesi jadi tambah kesal.
"Iyadeh, makasih loh kak."
"Hm." Balas cowok itu lebih dingin.
Ardi tidak melirik ke arah Jesi sedikitpun, ia hanya fokus melihat kiri dan kanan, mungkin melihat apakah ada angkutan umum yang lewat.
"Kak Ardi beneran nggak papa nih?"
Ardi melirik ke arah Jesi sebentar, "kamu risih?"
Jesi dengan cepat menggeleng, "nggak, nggak kak, cuma Jesi takut ngerepotin Kak Ardi."
Ardi mendengus, ia menatap gadis itu datar, "yaudah, pulang bareng saya aja, udah sepi juga, rumah kamu dimana?"
"Gang Mawar dekat simpang empat kak."
"Oh, deket. Ayok."
Jesi menatap Ardi ragu, "beneran nih kak?"
"Bawel."
Akhirnya Jesi mengikuti saja, bagaimanapun Ardi tidak akan macam-macam dengannya, Jesi bisa menjamin itu. Jesi memperhatikan ponselnya setiap saat, ia sangat berharap Reno yang memghubunginya lalu mengajaknya pulang bareng. Aduh Jesi mikir apa sih?
Diperjalanan mereka hanya diisi dengan suara mesin mobil dan klaksonan dari pengguna jalanan, Jesi saja bingung harus apa sekarang? Ardi tidak seperti Reno, jika bersama Reno Jesi akan berbicara terus tak henti-hentinya.
Reno juga akan memberi respon lebih seperti kekehan atau membalas ucapan Jesi, Jesi benci suasana canggung, selain polos ia juga bawel.
"Rumah yang warna putih kak."
Ardi memberhentikan mobilnya di depan pagar rumah Jesi, Jesi membuka sealtbet, ia tersenyum ramah kepada Ardi. "Makasih ya kak, mau mampir dulu?"
Ardi membalasnya hanya dengan gelengan. Jesi tidak berbuat banyak, ia turun dan memperhatikan mobil itu pergi dari rumahnya.
Sesampainya di rumah Jesi langsung mandi, setelahnya gadis itu berbaring di ranjangnya, ia membuka lagi ponselnya, membuka kontak Reno dan melihat foto profilnya.
Disana tampak Reno yang tengah tersenyum ke kamera, tempanya itu adalah sebuah kafe yang cukup dekat dengan rumah Jesi. Ia juga melihat jari telunjuk dan tengah berbentuk peace yang sama sekali bukan tangan Reno tampil juga di sana, ia yakin itu adalah jari milik Tommy, dan pastinya yang memotokan adalah Jikra.
Jesi jadi teringat betapa asyiknya pertemanan mereka, pasti mereka saling sayang menyayangi.
***
Hari ini Jesi telah memutuskan untuk
Menemui Reno dan berbicara empat mata dengan cowok itu. Jesi jadi tidak sabar dengan bel istirahat yang akan berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJAB GIRL IS MY FAV (End)
Подростковая литература"Bunda, dia cantik, definisi Aisyah istri nabi." "Kapan-kapan abang bawa kesini ya?" Reno mengangguk semangat, lampu hijau dari bunda adalah sebuah semangatnya. Namun, Reno kembali teringat akan January, abangnya Jesi, sudah sangat lama Reno tidak b...