16. Talak

29 5 0
                                    

Reno memilih pulang diantarkan oleh Jikra, ia tadi juga tidak membawa mobil, pergi ke sekolah dengan bus kota, ia benar-benar tak habis pikir ternyata Suci selingkuhan ayahnya adalah tante Jesi.

Moodnya benar-benar rusak, semalaman ia terpikirkan hal-hal yang membuatnya down. Diperjalanan pulangpun, cowok itu tak mau angkat suara atau sekedar mengobrol dengan Jikra.

Reno masuk ke dalam rumah tanpa suara, tanpa salam dan tanpa ketukan, anak laki-laki Erika itu jalan saja dengan wajah kusut.

Reno mendengar isak tangis dari dalam kamar ibundanya, pemuda itu langsung berlari kesana dan melotot melihat Erika tengah menangis sejadi-jadinya dan tak sadar akan kehadiran Reno.

"Tiga tahun, tiga tahun aku pura-pura nggak tahu kamu selingkuh, tiga tahun aku coba buat tegar di depan anak-anak Mas, kenapa? Kenapa nggak ada perubahan sama kamu? Kenapa malah kayak gini akhirnya?" Tangis pilu ibu tersebut sembari memerhatikan foto di tangannya yang membuat Reno langsung emosi.

Reno masuk ke dalam kamar Erika, "bunda?"

"Abang." Jawabnya melihat Reno dengan wajah terkejut, ia kira hanya dirinya yang berada di rumah.

"Kenapa bun?"

"..."

"Kenapa bunda nyimpen ini semua? Kenapa bunda pura-pura nggak tahu?"

Erika hanya diam, hanya air mata yang mengalir di pipinya, bagaimana ia harus menjelaskan kepada Reno tentang ini semua?

"Apa yang kamu denger itu nggak bener."

"Tentang selingkuhan papa, si suci itu juga nggak bener?"

Erika terdiam, ia menatap Reno tajam. "Kamu tahu?"

"Bunda kenapa nggak bilang?!"

"Kamu tahu!"

"Bun—"

"Kamu tahu Reno?!"

"Iya!" Reno mengambil nafas dalam-dalam. "Reno tahu semuanya, Reno tahu ayah selingkuh."

"Tapi kamu takut bilang semuanya karena kamu nggak mau kalau bunda bakalan ngegugat ayah?"

Reno mengangguk pelan, namun ibundanya kembali menangis namun lebih menyayat dari tadi. Erika terduduk di kasurnya sendiri, ia menutup wajahnya dengan tangan dan menangis tersedu. Reno yang melihat itu menjadi pilu, ia mendekati Erika lalu memeluk sang ibu dengan erat.

"Abang tetep bakalan di samping bunda."

"Maafin bunda sayang."

Reno menggeleng, "nggak salah bunda."

"Ayah nggak bakalan pulang."

***

Pulang sekolah pukul tiga sore, seharusnya Jesi mengikuti FSI dulu, tapi gadis itu memilih untuk izin, ia juga tak mengikuti pelajaran hari ini, memilih pulang ke rumah dengan izin sakit kepada guru piket.

Sesampainya di rumah, Jesi jadi menyesal, kenapa ia memilih pulang? Kan ada Suci, wanita yang tidak mau ia ingat sebagai tantenya.

"Jesi udah—"

Jesi tidak menghiraukan wanita itu, ia melewati wanita itu dengan tidak sopannya lalu masuk ke dalam kamar. Jesi melihat wajahnya di depan cermin, matanya bengkak, hidungnya memerah, tidak ada yang bisa menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Jesi?"

Jesi menoleh kebelakang, ia mengusahakan senyuman kepada January meski berat, "abang nggak kerja?"

HIJAB GIRL IS MY FAV (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang