18. Semua bahagia

33 4 1
                                    

Pencet bintang woi! Berkah hidup lo! Yang nggak vote semoga kadal, kurap, jamuran.

***

Suci
Aku mau ketemu, mas. Kafe Apache.

Bimo tersenyum, ia tak pulang ke rumah dan tidur di kantor saja, ia ingin menenangkan hatinya, ia harus memilih antara Erika atau Suci.

Tak lama setelah pesan dari Suci masuk, Bimo sampai di kafe yang dijanjikan, ia mencari keberadaan Suci yang ternyata duduk di bangku paling ujung kafe. Sangat berbeda dari terakhir kali ia melihat simpanannya itu, kini Suci tampak sedikit tertutup dalam berpakaian, longgar tidak membentuk tubuhnya.

"Udah lama?"

Suci tersenyum, ia menggeleng. "Nggak juga, duduk mas."

Bimo duduk, menatap makanan di hadapannya yaitu makanan fovoritnya dengan Suci. Suci tidak pernah melupakan sedikit detail pun tentangnya.

"Gimana mas? Tiga hari nggak ada kabar dari aku?"

"Kenapa? Kamu sengaja pergi dari aku?"

"Mas, kamu nggak bisa aku monopoli terus, kamu pasti butuh ruang buat mikir dan bisa memproses apa yang bener dan apa yang salah."

"Aku tahu, kita akan nikah secepatnya."

Suci tersenyum, lalu menggeleng. "Nggak mas."

"Kamu kenapa? Ada lelaki lain?"

"Aku nggak pernah mikir kalau mas memang berniat ninggalin Erika. Mas nggak inget masa-masa sulit mas? Hanya Erika yang ada di samping mas. Bukan aku, aku hanya datang setelah mas jaya."

"Maksud kamu apa Suci?"

Suci kembali tersenyum tulusnya. "Aku nggak bisa nikah sama kamu. Ada anak gadis yang bilang sama aku kalau aku bisa ngobatin sakit selingkuh kamu itu disanalah aku memiliki kamu seutuhnya. Mas, kamu hanya nyaman cerita sama aku, kamu hanya obsesi buat dekat sama aku, kamu hanya kesepian, kamu hanya nggak bersyukur udah dapat istri kayak Erika."

"Kamu nggak tahu kan? Tiga tahun dia nahan hati."

"Nahan hati?"

"Awal kita dekat, Erica udah tahu, dan dia seolah nggak tahu, kamu tahu itu demi siapa? Demi keutuhan keluarga kalian, kamu sering bilang Erika sering marah-marah ke kamu? Itu sekua karena dia cemburu tapi nggak bisa bilang, dia terlalu sayang sama kamu juga anak kamu."

"Erika tahu?"

Suci mengangguk, "aku jahat," air matanya mengalir tanpa isakan. "Aku tahu Erika nguping obrolan kita, tapi aku nggak bilang sama kamu, aku takut kamu ninggalin aku."

"Tapi sekarang nggak mas, aku nggak takut kehilangan kamu, kamu berhak bahagia sama anak istri kamu, aku mintak maaf udah jadi orang ketiga di hubungan kalian, aku mohon sama kamu, pikir lagi sebelum selingkuh, kamu harus bisa ngerti sama hati istri kamu sendiri, dia sayang banget sama kamu."

Setelah mengatakan itu, Suci pergi meninggalkan Bimo, tak lupa wanita itu juga membayar pesanannya dan pesanan Bimo. Selama ini ia terus bergantung kepada Bimo, ia tak mau lagi.

Menghapus air mata di pipinya, wanita itu menghentikan taksi dan memberi sebuah alamat, tak lama taksi itu berhenti di sebuah rumah besar kediaman Erika.

Suci turun, ia berusaha tenang. Meski jantungnya berdegup kencang ini adalah saat yang tepat baginya untuk pamit kepada keluarga Bimo, saat yang tepat pula baginya memperbaiki sebelum semuanya benar-benar hancur.

"Pak, saya mau bertemu Erika."

***

"Saya minta maaf, Erika."

HIJAB GIRL IS MY FAV (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang