Masih ditempat biasanya, Alan dan tiga temannya berkumpul. Tempat ini adalah saksi bisu terbentuknya Geng Rimba saat kelas X. Dan juga saksi bisu terpilihnya Alan sebagai ketuanya. Alan sangat menguasai dapam hal bela diri, otaknya Alan bisa disebut encer, karena rencana dulu yang ia rencanakan selalu berhasil.
Tapi saat ini warung Mbok Sum tak seramai dulu lagi yang jumlahnya sekitar lima puluh tujuh orang. Geng Rimba vakum dan entah kapan Alan membuat gengnya bangkit kembali. Tempat ini juga jarang didatangi anak Rimba kecuali Alan, Chafid, dan Rendy.
"Kenapa muka lo kusut" tanya Chafid sambil menyedot es tehnya.
"Ngga apa-apa" jawab Alan singkat. Sepertinya Alan akan kembali ke sebelumnya. Dimana ia belum mengenal Thalia 2 tahun lalu. Sikapnya yang dingin, cuek, jutek, dan sangat irit bicara.
"Yaelahh santai aja broo, lo udah kita nggap seperti saudara sendiri" ucap Chafid sambil menepuk pundak Alan. Alan menoleh ke mereka berdua seraya tersenyum.
"Masalah lo, masalah kita juga" sahut Rendy.
"Thanks" ucap Alan sambil merangkul mereka berdua. Karena Alan posisinya ditengah dan diapit mereka.
"Apa yang mau lo omongin" tanya Chafid.
"Gue tau lo mau bicara soal Thalia kan" Chafid kembali membuka suaranya dan Alan menanggapinya dengan senyuman tipis.
Diantara Rendy dan Chafid, Chafidlah yang sangat peka pada Alan. Ia berteman sejak SD, Chafid begitu menguasai gerak gerik Alan maupun raut wajah yang dulunya sulit ditebak, sekarang muncul lagi.
"Gue putus sama Thalia" ucap Alan enteng.
"Hah?" Sahut Chafid.
"Emang gimana ceritanya Lan"
"Dua hari yang lalu gue nganterin Shellina sepulang sekolah. Tiba tiba ada mobil silver yang menghadang. Gue langsung turun dan nyuruh dia keluar dan jelasin maksudnya apa. Setelah dia keluar dari mobil, gue kaget itu Thalia, Lia bukan menghampiri gue, melainkan Shellina yang ada disamping motor gue. Langsung aja Lia menjambak Shellina. Ya gue pisahinlah, jelas gue bela Shellina karena dia ngga tau apa-apa, Lia dateng dateng langsung jambak Shellina. Lia kecewa gue belain Shellina dan dia langsung minta putus" jelas Alan panjang lebar.
"Kenapa lo mau aja putus sama Thalia. Bukannya lo sayang banget sama dia?" Sahut Rendy.
"Gue juga udah males pacaran sama dia"
"Lo seharusnya perjuangin dia, kenapa lo udah males sama Thalia?" Ucap Chafid.
"Semakin dalam gue cinta sama dia, semakin dalam juga gue tau sifat aslinya dia. Thalia itu jahat, gue benci kejahatan!" ucap Alan pada tiga kata terakhir dengan nada sedikit tinggi.
"Kalau lo udah males sama Thalia, udah muak sama Thalia, kenapa ketika dia mutusin lo, seolah olah lo ngga mau kehilangan dia, lo ngga bisa move on dengan Thalia" ucap Chafid lirih. Rendy yang menyaksikan juga iba ke Alan.
"Dulu lo lindungin dia mati matian dari Geng Rencrax karena dia ngga mau lo bahagia. Lo bahkan rela mengeluarkan uang ratusan juta hanya karena nyelamatin Thalia dan itu hanya cara satu satunya supaya Thalia bisa bebas" lanjut Chafid.
Mulut Alan serasa ada yang membungkamnya. Ia ingin menanggapi ucapan Chafid tapi mulut itu seakan akan tidak mau mengeluarkan suara.
"Lan gue tau ngelupain cinta pertama memang sangat susah, gue paham itu"
"Gue ngga tau Fid, Thalia mutusin gue hanya hal yang sepele, dan begonya lagi kenapa gue nerima keputusan Thalia" ia kembali mengacak ngacak rambutnya. Alan sekarang sangat kacau, ia masih berkutat dengan dunianya sendiri.
"Tapi gue dari awal juga ngerasa Thalia itu bukan perempuan baik baik" sahut Rendy.
"Udah mendingan lo pulang, secepatnya lo move on dari dia, gue ngga mau sahabat gue terlelap masalah putus cinta" titah Chafid sambil menepuk pelan bahu Alan. Alan pun mengangguk.
Shellina sekarang tengah termenung duduk sendirian di balkon. Berbeda dengan Alan dan teman temannya yang membicarakan tentang Thalia dan Alan mencoba untuk move on dari Thalia.
"Alan dan Thalia putus gara gara gue?" gumam Shellina.
"Apa gue PHO di hubungan Alan dan Thalia?"
"Apa gue seorang pelakor?"
Tok tok tok
Ditengah termenungan Shellina ada suara ketukan pintu yang memecahkan sunyinya suasana itu.
"Masuk" jawab Shellina.
"Bibi cuma mau ngasih tau non, dibawah ada teman non" ucap Bi Hanum dengan menunduk.
"Suruh masuk ke kamar aku aja bi" ucap Shellina yang tetap memandang langit dari balkon tanpa menoleh ke arah Bi Hanum
"Baik non, permisi" ucap Bi Hanum dengan menunduk lalu keluar dari kamar Shellina.
"Shell" ucap perempuan yang masuk begitu saja ke kamar Shellina. Shellina yang merasa namanya terpanggil pun menoleh ke sumber suara.
"Steva, tumben kesini ngga bilang bilang" ucap Shellina sambil berdiri menghampiri Steva di ambang pintu kamarnya.
"Gue sengaja ngga hubungin lo dulu" ucap Steva cengingisan.
"Mau ngapain kesini" tanya Shellina.
"Yaelahh sama temen sendiri gitu, gue mau main ke rumah lo, rumah gue sepi banget, orang orang pada pergi"
"Ouh"
Hening
"Stev gue mau tanya sama lo, kemarin gue dianterin pulang sama Alan terus pas dijalan pacarnya Alan si Thalia itu ngehadang kita terus Thalia liat aku sama Alan boncengan terus dia minta putus sama Alan" Shellina berhasil memecahkan keheningan antara mereka berdua.
"Emang Alan udah punya pacar? Begajulan kayak dia ada yang suka? Kalau Alan punya pacar kok ngasih tau gue sama Reyna?" Steva mulai mengeluarkan unek uneknya. Pertanyaan seperti itu membuat Shellina bingung ia harus menjawabnya dari mana.
"Udah, gitu gitu dia juga cakep kali, gue aja kaget kalo Alan punya pacar" jelas Shellina. Ia telah menjawab pertanyaan Steva dengan urut.
"Kok lo bisa tau nama pacarnya Alan, emang dia memperkenalkan dirinya ke lo waktu dihadang?"
"Dia yang ngenalin gue ke Thalia"
"Maksud lo apasih ngga ngerti gue, kalau ngomong langsung aja kali Shell kek tadi jangan setengah setengah pusing pala gue" Steva bingung dengan cara berbicara Shellina yang setengah setengah.
"Gue kenal sama Thalia karena dikenalin Alan. Bukan hanya Thalia aja yang Alan kenalin ke gue, Alan juga ngenalin Aril, sahabatnya Thalia sejak kecil" jelas Shellina.
"Ouh"
"Gue mau nanya sama lo"
"Apa"
"Gue seperti pelakor ngga si, seperti PHO ngga si, gue ngerasa bersalah karena gue Alan sama Thalia putus"
"Lo jangan gitu Shell, mungkin ini udah takdirnya mereka putus, tapi kalo Thalia emang jodohnya pasti dipersatukan kembali" ucap Steva yang sedikit menenangkan hati Shellina agar ia tidak selalu merasa bersalah, ia pelakor, atau ia PHO.
"Tapi gue ngeras-"
"Shell, cerna omongan gue" ucap Steva sangat tulus dan lembut. Berbeda dengan di sekolah. Dan Shellina ahanya menghembuskan napas gusar untuk menanggapi ucapan Steva.
Hai gaishh👋
Aku berhasil membuat part yang lumayan panjang🎉😉.
Jangan bosan ya baca Shellina, ini belum masuk konflik, nanti kalo udah masuk konflik insyaallah seru. Jangan lupa vomment, follow juga boleh😍
Maaf kalo absurd, feelnya ngga dapet. Comment kalau ada typo!.Author sayang kalian!❤
Follow,, NdyAsy🌹
Byee👋
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELLINA
Teen Fiction{REVISI SETELAH END!} "Seolah lo pergi dan ngga kembali" ¤Alan Arsenio Recard¤ "Jauh maupun kita deket, rasa cinta gue ke lo ngga bakal berkurang sedikitpun" ¤Shellina Ayu Larasati¤ Seperti apa kisahnya? Baca terus! Oke👌 Happy reading:)