(XXVI) Perubahan Prilly

3.7K 442 23
                                    

Ali memutar-mutarkan tubuhnya di atas kursi kebanggannya. Menatap surat-surat tagihan yang diunjuk pada dirinya. Sebenarnya Ali tidak masalah sebesar apapun biaya yang harus ia keluarkan, namun Ali juga tidak terlalu menyukai sesuatu yang berlebihan dan bermewah-mewahan.

Ali menatap tagihan ratusan juta yang harus ia bayarkan. Tagihan itu adalah barang-barang yang dibeli Prilly selama beberapa minggu belakangan. Ali memijat kepalanya, apakah Prilly yang gaya hidupnya glamour nan mewah kembali lagi?

"Ya Allah tuntunlah istri hamba jangan sampai salah langkah lagi," Ali bergumam. Kemudian memutuskan untuk pulang ke rumah, percuma saja rasanya di kantor tapi pikirannya berkelana pada yang ada di rumah.

Ketika sampai di depan pintu tiba-tiba ada orang yang tidak Ali kenali. Melihat dari pakaiannya Ali bisa tahu jika orang tersebut adalah jasa kurir.

"Mau cari siapa ya mas?" tanya Ali sambil membuka pintu rumahnya.

"Ini pak saya mau ngantar paket atas nama Ibu Prilly,"

"Oh sama saya aja, saya suaminya." sahut Ali.

"Tanda tanganin dulu ya pak, atas bukti tanda terima." Ali menandatanganinya. Ali menatap nota belanja yang tertempel di atas paket tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepala.

Setelah kurir itu pergi, Ali langsung masuk ke dalam rumah. Berniat menghampiri Prilly. Yang ternyata ada di ruang tamu bersama Umi Iva.

"Nih tadi paket punya kamu aku yang terima." Ali menyerahkan barang pesanan milik Prilly yang Ali tidak tahu dari manakah barang itu dibeli oleh Prilly.

"akhirnya baju pesanan aku datang juga," Prilly memekik senang lalu langsung mengambil paketan itu dari tangan Ali.

"Ngapain sih beli baju di luar? Umi jugakan punya butieq mau baju model apa aja kamu bisa pilih di sana?" tanya Ali.

"Mungkin model baju di butieq Umi enggak ada yang sreg di Prilly, biarkan aja dong Prilly belanja. Prilly beli baju, bajunya di pakai di depan kamu juga." sahut Umi Iva.

"Kenapa? Kamu keberatan karena harus bayar tagihan belanja aku? Jangan pelit sama ISTRI SENDIRI." Ali menarik senyuman, sama sekali tidak keberatan hanya saja Ali takut barang-barang tersebut menyulitkan Prilly nanti di akhirat karena akan dihisab.

"Masuk ke kamar ada yang mau aku omongin." Ucap Ali membuat Prilly mau tak mau mengikuti oleh Ali. Sedangkan Umi Iva juga memilih masuk ke dalam kamar, ia tidak berhak mencampuri urusan rumah tangga Ali dan Prilly.

✨✨✨

"Ya Zahratii, Prilly Fatimah. Aku enggak tahu memberitahu kamu harus pakai cara apa lagi, bukankah sudah jelas semuanya, aku statusnya cuma suami kamu, aku tidak berpoligami lagi. Bahkan almarhumah menitipkan maafnya pada kamu, kalau begini terus sampai kapan kita keluar dari masalah kalau masih kukuh mempertahankan ego?"

"Entah, aku juga tidak tahu. Hati aku masih belum ikhlas sampai sekarang. Sudah tahu aku orangnya keras, kamu nekad berbuat macam-macam ya terima konseukensinya." sahut Prilly kemudian merebahkan diri ke atas ranjang.

"Apa benar-benar enggak mau berdamai dengan aku? Aku selalu kepikiran kamu setiap saat. Percayalah Ya Zahratii hanya kamu wanita satu-satunya yang aku cintai kecuali ibuku dan ibumu juga."

"Memang benar istri baru kamu itu sudah meninggal, tapi apakah perasaan sakit hatiku bisa secepat itu pergi? Enggak Ali! Asal kamu tahu, saat aku sedang dalam kondisi hamil seperti ini kemudian aku mendapati kabar suamiku menikahi wanita lain tanpa aku tahu sedikitpun, hancurnya hati aku saat itu. Bayangan saat kamu meluk wanita lain, bayangan kamu menggenggam tangan wanita lain atau bahkan terlena dalam pusara kenikmatan bersama wanita pilihan kamu itu serasa bom nuklir."

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang