(XIV) Semua Kelabu

3.2K 356 117
                                    

Prankkk

Suara pecahan benda yang mudah terpecah belah sangat nyaring, Mami Ila yang duduk di sofa ruang tengah langsung berdiri mencari tahu sumber suara benda tersebut di mana, ternyata dari lemari-lemari kecil yang ditata di ruang tersebut. Mami Ila berjongkok mengambil benda yang terjatuh itu. Tangan Mami Ila bergetar ketika menggapai benda itu, ternyata itu adalah bingkai foto yang menyimpan gambar diri Prilly saat masih bayi.

Mami Ila menatap heran kenapa bingkai foto tersebut bisa jatuh dan terpecah padahal tidak mungkin ada angin, lagipula di rumah itu tidak ada hewan peliharaan.

"Prilly kamu di mana sih nak, sudah dua minggu kamu enggak ada kabar." Mami Ila terduduk di lantai sambil menatap foto Prilly yang masih kecil itu. Tidak lama isak tangis timbul di diri seorang ibu yang sangat merindukan celotehan anaknya, sungguh Mami Ila sangat rindu bersua dengan Prilly.

"Astagafirullah Mami kenapa di sini," Marwah datang langsung ikut berjongkok di hadapan Mami Ila yang sudah terduduk. Marwah menatap lantai di samping Mami Ila ternyata ada pecahan beling. Marwah pun memungut beling tersebut dengan pelan-pelan.

"ashhh," Mami Ila langsung menatap Marwah anak sulungnya yang meringis kesakitan karena jarinya tergores pecahan beling. Mami Ila langsung menggapai tangan Marwah.

Marwah menggigit bibirnya menahan sakit karena goresannya cukup dalam. Sedang Mami Ila mengusap lukanya dengan tisu. Marwah memperhatikan maminya yang begitu perhatian, dia sosok ibu yang sangat cinta dan sayang kepada anak-anaknya. Sekelebat bayangan Prilly melintas di kepala Marwah, membuat jantung Marwah tiba-tiba berdebar kencang, hatinya tersentil nyeri lalu timbul rasa cemas.

"Ya Allah lindungi adikku Prilly," Marwah memohon dengan membatin.

"Hati-hati makanya," Ucap Mami Ila lirih, terlihat sekali gurat kesedihan di mata Mami Ila. Mereka sama-sama menoleh ketika suara telpon mengalihkan segalanya. Marwah berdiri diikuti oleh Mami, Marwah mengambilkan ponsel Mami Ila lalu memberikannya.

"Siapa?" tanya Mami Ila, namun Marwah menggeleng tidak tahu karena yang tertera di layar memang nomor tidak dikenal. Mami Ila pun mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa,alaikumsalam." sahut Mami Ila.

"Benar ini dengan atas nama Ibu Ila Anjany?"

"Iya benar, saya sendiri." sahut Mami Ila sambil berjalan pelan menuju sofa di ruang tengah guna menyimak panggilan dari siapa.

"Sebelumnya perkenalkan saya Dokter Alvi, dokter spesialis penyakit dalam. Saya adalah dokter yang selama ini menangani anak ibu, Prilly." Mami Ila terbelalak mendengarnya.

"Maksud kamu apa? Mana mungkin. Kamu ini pasti penipu kan, bilang aja berapa uang yang kamu butuhkan, kalau mau nipu jangan bawa-bawa anak saya dong," Mami Ila sedikit terbawa emosi karena sudah sekian lama merindukan Prilly Fatimah anak bungsunya.

"Saya benar-benar dokter bu, saya bukan penipu. Saya hanya ingin memyampaikan amanat dari anak ibu Prilly, saya disuruh mengehubungi orang terdekatnya." Mami Ila bergetar mendengar penuturan itu. Mendengar suara lembut tapi disebut fasih tanpa terbata-bata, suaranya tidak dibuat-buat membuat Mami Ila menjadi terpengaruh jika itu bukanlah omongan orang yang sedang berbohong.

"Jika ibu masih tidak percaya silakan ibu kunjungi Rumah Sakit Citra Medika,"

"Kenapa sebenarnya anak saya dokter," Tanya Mami Ila pada akhirnya, Marwah yang tadi sibuk membereskan pecahan kaca ikut duduk di samping Mami Ila. Marwah menatap bingung kenapa Mami Ila berbicara seperti orang cemas.

"Dengan berat saya harus memberi tahu ibu, sebenarnya anak ibu sudah menjalani pengobatan instensif wajib selama 21 hari untuk mengobati kanker yang ia derita. Namun baru 15 hari pengobatan, tubuh anak ibu sudah tidak menerima lagi, jadi pengobatannya gagal, saya pikir ia masih sanggup sampai 6 hari lagi, tapi ternyata puncaknya tadi pagi, tubuhnya tiba-tiba mengejang, nafasnya tersengal-sengal dan akhirnya tubuhnya luruh bersamaan dengan kalimat syahadat yang sempat ia ucapkan," Tubuh Mami Ila bergetar mendengar penuturan Dokter Alvi.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang