(VIII) Pemula

2.9K 320 22
                                    

"Assalamu'alaikum, Saya Muhammad Ali, saya salah satu guru di SMA Garda," Ali memperkenal diri di depan kedua orang tua Prilly. Posisi mereka sama-sama di teras.

"Wa'alaikumsalam, senang bisa berkenalan dengan Pak Ali." Papi Zal menjabat tangan Ali.

"ada apa ya Pak Ali datang kemari? Apakah ada hubungannya dengan dana sekolah." Tanya Mami Ila

"Oh bukan bu, saya ingin mengantarkan Prilly anak kalian," sahut Ali sambil menggeser tubuhnya yang ada di depan Prilly. Sedang Prilly dari tadi hanya tertunduk mulai mendongak.

Papi Zal dan Mami Ila sama-sama terkejut ketika tahu gadis dengan balutan gamis modern yang mereka kira adalah orang lain ternyata Prilly Fatimah, anak mereka sendiri.

"Papi ini mami gak salah liat kan, ini beneran anak mami?" tanya Mami Ila yang langsung menangkup pipi Prilly tak menyangka.

"Ini beneran Prilly Mi, Pi kalian gak salah liat." Mami Ila meneteskan air matanya langsung memeluk Prilly kesenangan.

"Jadi ini sebenarnya ada apa? Kenapa Prilly tiba-tiba berubah penampilan seperti ini," tanya Papi Zal.

"Prilly boleh saya menjelaskannya?" izin Ali, Prilly mengangguk. Karena Prilly sendiri tidak yakin akan sanggup menjelaskan pada orangtuanya secara langsung.

"Kalau begitu Pak Ali masuk saja, biar ngobrolnya enak," Mami Ila menyuruh masuk, akhirnya mereka berempat pun sama-sama duduk di sofa ruang tamu.

"Jadi sebenarnya sebelum saya bertemu ada kejadian menimpa Prilly anak bapak dan ibu." ucap Ali memulai percakapan.

"Kejadian apa itu pak?" Mami Ila tidak sabaran, sedangkan Prilly sudah bersandar di pundak Papi Zal sambil memeluknya. Ali memandang Prilly sedetik, terpikir jika Prilly adalah anak yang dimanja. Pantas saja selama ini sikapnya arrogant.

"Prilly hampir saja menjadi korban pelecehan, untunglah saat itu kebetulan saya lewat dan sempat menolongnya," Ali menjelaskan.

"Astagfirullah hal adzim," Mami Ila langsung menangis mendengar hal itu. Sebagai Ibu ia merasa sangat sakit hati ketika mendengar kabar bahwa anaknya hampir menjadi korban pelecehan.

"Anak Papi gak apa-apa kan tapi," Papi Zal langsung memberondingi Prilly dengan pertanyaan.

"Enggak apa-apa pi, cuma memar dan lecet." sahut Prilly dengan mata yang berlinang.

"Papi siapapun pelakunya, mami mau dia dihukum seberat-beratnya. Demi Allah mami gak ridho putri mami dilecehkan,"

"Ibu tenang, saya sudah melaporkan pada yang berwajib dan pelaku sudah ditangkap."

"Gak mau tahu, pokoknya mami merasa tidak terima. Papi ayok hubungi pengacara buat nanganin kasus ini," Ali terdiam saja, tidak bisa berkomentar. Setiap orangtua pasti ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya.

"Mi," Prilly sudah sesegukan menghampiri Mami Ila.

"Prilly mohon jangan ungkap kasus ini Mi, Mami tahu sendirikan keluarga kita ini seperti apa. Biarlah hukum berjalan sebagai mana mestinya, kalau perlu Allah saja yang membalasnya. Kalau mami sangat tidak ridho, maka yang patut mami salahkan adalah Prilly, Prilly sendiri lah yang selama ini menjadikan diri Prilly pancingan untuk kaum laki-laki memandang Prilly rendah. Prilly memerkan aurat Prilly sendiri yang seharusnya cuma boleh dilihat Mami, Papi dan suami Prilly kelak. Prilly seharusnya sadar jika sebagai wanita Prilly harus menjaga harkat dan martabat Prilly. Dan Prilly akui selama ini Prilly sering berbuat salah dengan kekayaan. Prilly menindas orang-orang yang tak sepadan dengan kita. Dan tidak ada rasa iba di hati Prilly. Tapi karena kejadian inilah Prilly sadar, bahwa yang semua Prilly lakukan adalah sebuah kesalahan. Sekarang Prilly sadar mi, apa yang Prilly petik tidak lain tidak bukan adalah apa yang Prilly tanam." Prilly menangis bersujud di bawah kaki ibunya mengeluarkan semua perasaan berkecamuk di dadanya.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang