(XVI) Zahratii Gundah

3.3K 357 52
                                    

"Sudah dong Zahratii, gak baik sedih lama-lama," Sudah satu jam setengah Ali memeluk Prilly yang masih menangis di pelukannya. Ia masih kepikiran perkataan dokter tentang benjolan pada perutnnya.

"wa laa tahinuu wa laa tahzanuu wa angtumul-alauna ing kungtum mu'miniin," 

Artinya : "Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang
yang beriman." (Q.S Ali'Imran : 139)

"Aku takut kalau ternyata sel kanker masih ada di dalam tubuh aku, terus kalau aku meninggal duluan bagaimana? Masa iya Sodiqi jadi duda muda," Sahut Prilly masih sambil terisak berada di pelukan Ali.

"Sudah sering aku bilang jangan bicara sembarang Ya Zahratii," Ucap Ali sambil mengelap wajah Prilly yang basah dengan air matanya, tanpa jijik Ali membersihkan lendir yang keluar dari hidung istrinya menggunakan ujung bajunya.

"Ambil wudhu dulu yuk terus kita baca surah Al-Isra sama-sama." Ucap Ali diangguki oleh Prilly. Ali memilih berganti baju karena bajunya sudah basah dipenuhi oleh air mata istrinya.  Prilly mengambil mukena setelah berwudhu untuk menutup auratnya mereka mengaji berdua sembari menunggu waktu dzuhur tiba. Setelah waktu Dzuhur tiba mereka berdua pun sholat berjama'ah.

Setelah sholat Dzuhur Prilly malah langsung berbaring di ranjang untuk tidur. Ali membiarkan saja istrinya istirahat karena memang Prilly masih butuh istirahat yang banyak. Ali mencium kening istrinya yang sudah terlelap nikmati di atas pusara pulau kapuk.

"Semoga kebaikan selalu menyertaimu Ya Zahratii," ucap Ali sambil menaikkan selimut sebatas pinggang untuk Prilly. Ali memperhatikan betul wajah Prilly yang begitu cantik dengan bulu matanya yang cukup lentik walaupun kata Prilly bulu mata Ali jauh lebih lentik. Ali tersenyum ketika mengingat awal pertemuan mereka sebagai seorang guru agama dan Prilly adalah murid badung yang susah sekali diberi tahu. Tidak menyangkan mereka berdua malah berjodoh, semoga ia dan Prilly berjodoh dunia akhirat.

Ali meninggalkan kamar menuju dapur. Ali menatap bingung pada bahan masakan yang ada di dapur. Apa yang kiranya bisa ia masak cepat dan dijamin tidak gagal. Akhirnya Ali memilin untuk menggoreng ayam yang memang sudah tinggal digoreng saja karena sebelum di bekukan di kulkas sudah diberi rempah lebih dahulu. Ali mengoreng beberapa potong ayam, kemudian mengecek di penanak nasi apakah masih ada nasi, ternyata belum ada. Akhirnya Ali memasak nasi secukupnya saja.

"Sodiqi," Prilly sedikit berteriak hingga Ali yang dari tadi menunggu nasi matang berjingkat terkejut langsung menuju kamar, dilihatnya Prilly sudah dengan posisi menungging menahan sakit di perutnya.

"Astagfirullah hal adzim," Ali langsung menghampiri Prilly yang mengeluh kesakitan.

"Zahratii kamu harus rileks sayang, kalau enggak rileks malah tambah sakit," Ucap Ali sambil menepatkan kepala Prilly di atas pahanya.

"Perut aku sakit banget Sodiqi, nyeri gak kayak biasanya." Ali mengambil tangan kanan Prilly untuk ia genggam, sedikit buliran air mata jatuh di ujung mata Prilly.

"Mana yang sakit sini aku elusin," ucap Ali sambil menyingkap baju yang Prilly pakai.

"Di sini nyeri banget kayak ada yang ngaduk-ngaduk," sahut Prilly membuat Ali hampir tertawa jika tidak mengingat istrinya sedang kesakitan, tidak ada perumpamaan yang lebih bagus apa? Ngaduk-ngaduk kayak kuah aja diaduk. 

Ali mengarahkan tangannya untuk mengelus perut Prilly yang katanya nyeri itu, sedangkan Prilly malah meremas tangan kiri Ali yang menganggur. Saking terasa sakitnya Prilly sampai mengeluarkan keringat dingin. Ali mengelus perut Prilly sambil berdoa memohon kepada Allah agar rasa sakit yang diterima oleh Prilly bisa segera reda.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang