(III) Fitrah hati

2.7K 291 8
                                    

"Umi perhatikan akhir-akhir ini Ali ada sedikit perubahan, apa Ali tidak mau bercerita sama umi?" Ali yang awalnya sedang memasukkan data nilai murid-muridnya ke dalam file di laptop langsung menoleh pada Umi Iva yang juga duduk di sebelahnya di atas sofa di ruang tengah. Jika ada perlombaan pengamat terbaik maka Ali yakin Umi Iva adalah pemenangnya. Umi Iva yang hidup 22 tahun bersama Ali tentulah paham apapun bahasa gerak tubuhnya, sekalipun Ali tidak bercerita. Umi Iva hanya ingin anaknya terbuka padanya, karena sikap terbuka pada orangtua itu baik. Dengan sikap terbuka setiap masalah bisa diselesaikan dengan baik dan lekas.

"Entahlah umi, Ali hanya takut salah langkah, Ali terlalu takut jika harus terjebak mengikuti langkah setan yang berusaha menggoyahkan iman. Ali sebagai laki-laki juga memiliki fitrah hati yaitu jatuh cinta pada salah satu ciptaannya." Ali mengehentikan kegiatan mengoreksinya karena pekerjaannya sudah rampung. Berbicara soal Jatuh cinta pada lawan jenis hendaknya dipahami, bahwa ada batasan-batasan tertentu dan tidak boleh sembarangan dalam mengkultuskan rasa cinta. Hal ini karena islam memiliki batasan-batasan tertentu.

"Alhamdulillah, Cinta itu anugerah dari Allah nak, umi rasa Ali sudah paham betul bagaimana seharusnya cara melabuhkan cinta."

"iya umi Ali sudah paham betul, itulah mengapa Ali lebih sering bertafakur, bernegoisasi dengan Yang Maha Cinta. Semoga jatuh cinta Ali bukanlah perkara untuk melalaikan Ali tapi untuk mendapatkan berkah dari Allah. Ali tidak mau sampai rasa cinta Ali pada ciptaanNya melebihi penciptaNya."

"bolehkan umi tahu gadis mana yang sudah menjadi fitrahnya Ali?"

"Ali belum bisa menjawabnya umi, Ali tidak mau mengotori cinta yang sebenar-benarnya cinta. Tidak mau mengumbarnya sebelum bisa memilikinya. Umi do'akan saja jikalah memang ia jodoh Ali pastilah akan ada jalan, jika bukan maka hendaknya Ali merasa ikhlas dan ridho,"

"Aamiin ya robbal alamin," sahut Umi Iva.

✨✨✨

"Ya Allah sesungguhnya hamba adalah hamba yang masih dengan penuh kekurangan dan tidak luput dari dosa serta kekhilafan. Tapi Ya Robb, bolehkah hamba memaksa kali ini padamu. Janganlah memberikan hamba rasa cinta yang berlebihan seperti ini, berikanlah hamba petunjuk agar langkah hamba tidak salah. Hamba memang bukan seperti Sayyidah Khadijah yang terlalu berani langsung mengungkapkan perasaannya dan tunjuannya, tapi hamba juga bukanlah Sayyidah Fatimah yang kuat menahan perasaan mencintai ciptaanmu dalam diam." Sholat disepertiga malam, merengek, memohon serta mencurahkan isi hati di atas sajadah. Itulah yang sedang dilakukan oleh seorang wanita shalehah, Marwah Khadijah. Memendam rasa cinta memanglah tidaklah mudah. Jatuh cinta memang memberikan rasa kebahagiaan. Untuk itulah, manusia membutuhkan rasa cinta agar dapat memberikan semangat dan kebahagiaan di dunia. Rasa kebahagiaan tentu saja muncul jika manusia jatuh cinta secara benar bukan dalam rangka mengumbar hawa nafsu.

Marwah melepaskan mukena yang ia gunakan untuk sholat tahajud tadi. Membereskan lagi peralatan sholatnya, kembali tidur dan akan kembali lagi bangun saat subbuh nanti.

✨✨✨

Marwah bersama Karlina berjalan menyusuri koridor, melewati beberapa kelas. Bercanda sedikit dan tidak berlebihan. Tiba-tiba ada seseorang yang sepertinya memang sengaja menubruk dirinya, ketika tahu siapa yang menubruknya Marwah hanya mengusap dadanya menekan rasa marah.

"heran gua sama tuh orang, sehari aja ngeliat lu tentram kayaknya enggak bisa."

"sudahlah Karlina tidak apa-apa, wajar ia hanya masih belum mengerti apa yang ia perbuat adalah langkah yang salah, kita do'akan saja yuk semoga hidayah segera datang menjemputnya," bukannya merasa dendam dengan perlakuan buruk yang diterimanya, Marwah justru malah mendo'akan kebaikan bagi siapa yang pernah menjahatinya. Tak apa jika dari manusia jahat pasti akan menjadi baik, asal jangan dari baik aja berubah menjadi jahat, itu tidak benar sudah menyalahi aturan.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang