XXVII (Cinta Prilly)

3.7K 436 29
                                    

"Saniah ruangannya di mana?" tanya Prilly, ia hanya memastikan jika suaminya tidaklah satu ruangan dengan pegawai yang bukan mahramnya.

"Saniah ruangannya beda satu lantai dengan aku, dia ke sini kalau memang benar-benar penting saja. Karena sudah ada Irham yang ruangannya satu lantai sama aku," sahut Ali.

"Oh gitu, bagus deh yang penting gak satu ruangan sama yang bukan mahram." sahut Prilly kemudian duduk ke atas sofa yang ada di ruangan tersebut, Ali mengekori Prilly lalu ia juga duduk di hadapan Prilly.

"Tumben kamu mau ke sini?" tanya Ali.

"Ini kan kantor kamu, ya aku istrimu kok. Ya jadi terserah aku." sahut Prilly sambil melipat tangannya di depan dada. Ali menarik nafas pelan, bingung sudah apa yang mau diomongkan dengan Prilly.

"Aku mau nginap di rumah orangtua aku mulai malam ini, mungkin sekitar tiga atau empat hari, kamu izinkan gak?" tanya Prilly sambil membuka rantang fiberglass modern yang ia bawa. Lalu menyorongnya di hadapan Ali.

"Bukannya Mami juga masih di rumah sama kita?" tanya Ali.

"Inikan Mami yang nginap bukan aku yang ke sana, bedalah rasanya. Aku pengennya tidurnya di kamar aku dulu sebelum nikah dengan kamu."

"Iya aku izinin kok, selama cuma nginap di rumah orangtua kamu. Tapi jangan melebihi empat hari ya."

"Iya empat hari aja, yang penting aku sudah izin kan, handphone juga selalu aku aktifkan. Kalau aku sih enggak bakal ada yang aku sembunyikan dari pasangan," ucap Prilly membuat Ali seakaan tersedak. Tersindir? Tentu saja, Ali paham pasti Prilly menyinggung persoalan itu. Meskipun tersindir Ali tidak mengambil hati, pun yang dibicarakan Prilly adalah fakta.

"Tuh makanannya di makan, aku sudah rela-relain bawakan untuk kamu kok cuma dianggurin." tegur Prilly karena Ali memang belum menyentuh makanan yang sudah Prilly sodorkan di hadapannya. Ali berdiri untuk mencuci tangan lebih dahulu baru mulai makan dengan menggunakan tangan saja, mengikuti sunnah rasul yang makan dengan tiga jari.

Menurut penjelasan Imam Al-Ghazali, aktivitas makan ini dapat dinilai dari beberapa sudut, yaitu makan dengan menggunakan satu jari dapat menjadikan seseorang terhindar dari sifat marah.

Makan dengan dua jari dapat menghindarkan seseorang dari sifat sombong. Makan dengan tiga jari dapat menghindarkan seseorang dari sifat lupa.

Makan dengan tiga jari juga merupakan cara yang pas untuk mengukur porsi yang cocok bagi seseorang.

Makan menggunakan tangan jauh lebih sehat jika dibandingkan dengan makan menggunakan sendok, karena dalam tangan terdapat suatu enzim yaitu enzim Rnase yang dapat menekan aktivitas bakteri pathogen. Tetapi tangan harus dalam keadaan bersih dan higienis.

"Kamu enggak ikut makan?" tanya Ali pada Prilly yang hanya memperhatikan Ali makan.

"Aku sudah kenyang," sahut Prilly. Namun Ali malah menyodorkan sesuap nasi ke hadapan Prilly, membuat Prilly mau tidak mau menerimanya, bukankah itu adalah rezeki, jika menolaknya sama saja menolak rezeki yang diberi oleh Allah. Ali tersenyum, sudah lama mereka tidak makan berdua saling suap-suapan. Selesai makan Ali kembali mencuci tangannya dengan bersih, sedangkan Prilly membereskan tempat makan yang sudah bersih tanpa tersisa.

Prilly memperhatikan Ali yang kembali duduk di kursi kebesarannya, sambil mengutak-atik layar monitor di hadapannya. Prilly tidak berniat pulang, entahlah jiwa malasnya sedang menguak kepermukaan rasanya sampai pada akhirnya ia ketiduran.

Ali semula fokus pada layar monitor di hadapannya mengintip Prilly yang ternyata ketiduran dengan majalah yang ada dipelukannya. Ali kemudian berdiri, berjalan menghampiri Prilly. Ali membetulkan posisi Prilly yang duduk menjadi terbaring di sofa.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang