XXX (ENDING)

4K 405 122
                                    

“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati” (QS. Ali ‘Imran: 185).

Kematian datang tak memandang siapa dan kapan.

✨✨✨

Ali menangis tersedu-sedu memandang papan nisan yang baru saja tertancap di tanah kubur yang masih basah. Umi Iva, Mami Ila, Papi Zal, Marwah berusaha menguatkan Ali yang ditinggal oleh orang yang ia cintai.

"Sudahlah nak, ikhlaskan ya. Ia jauh lebih bahagia di sana. Ali do'akan saja semoga ia tenang di sisi Allah." Ali menunduk mengangguk, hari ini hatinya hancur sekali. Ali meraba nisan bertuliskan nama Prilly, menciumnya berkali-kali seolah masih belum terima.

Ali kembali mengingat kejadian malang tadi malam yang menimpa Prilly. Ali merasa ia yang bersalah karena sudah lalai sebagai suami.

"Mau ke mana?" tanya Ali lirih sambil menahan kantuknya karena Prilly bergerak dari tempat tidur, jelas sekali terasa getaran ranjang.

"Aku mau pipis Ya Sodiqi," sahut Prilly sambil turun dari ranjang.

"Aku temanin ya," Ucap Ali yang terbesit ingin menemani Prilly ke kamar mandi, seperti ada yang janggal di hati Ali.

"Enggak perlu aku bisa sendiri kok," sahut Prilly sambil menahan rasa panggilan alam yang sudah di ujung, dengan perutnya yang sudah sangat besar karena usia kandungannya sudah memasuki trisemester akhir, tinggal menunggu hari aja sebenarnya. Tahu jika niatnya ditolak oleh Prilly, akhirnya Ali cuma bisa pasrah ketika Prilly bertekad tidak ingin Ali temankan. Ali melanjutkan tidurnya, namun tidak bisa. Sampai lima menit berlalu Ali langsung terduduk, matanya langsung membelalak sempurna, kantuknya hilang seketika. Pasti ada yang tidak beres, apa ia orang buang air kecil selama itu. Ali langsung melompat dari ranjang kemudian berjalan menuju kamar mandi. Menggedor-gedor pintu kamar mandi namun tidak mendapat sahutan. Karena tidak mendapat sahutan Ali langsung mendorong pintu kamar mandi. Terkejut rasanya melihat Prilly tersungkur di lantai, kepalanya mengeluarkan darah, kakinya pun basah oleh cairan yang sering kita sebut air ketuban. Ali melihat keran tempat wudhu yang sedikit ada bercak darah, sepertinya kepala Prilly terhantuk benda itu.

Ali hampir tidak bisa bernafas mendapati kondisi istrinya yang sepertinya sudah di ujung maut, bahkan kulitnya sudah memucat. Ali langsung mengangkat tubuh Prilly dengan rasa panik yang terlalu tinggi. Ali berteriak kencang agar seluruh penghuni rumah bangun dan mendengarnya tak terkecuali umi Iva yang baru selesai beribadah malam begitu terkejut ketika melihat Ali menggendong Prilly yang sudah tak berdaya. Para pekerja di rumah Ali juga turut panik masing-masing mereka menolong Ali yang sedang kepayahan.

"Ya Zahratii, bertahan sayang. Aku yakin kamu kuat. Bungaku sadarlah," sepanjang perjalanan menuju rumah sakit Ali berusaha menyadarkan Prilly meskipun rasanya tidak mungkin karena Prilly mengalami perdarahan di kepalanya itu pasti akan membuat korban tak sadarkan diri.

Sampai di rumah sakit Prilly langsung masuk ke ruang UGD, ditanganin sedemikian cepat oleh tindakan para tim medis. Ali sambil dipeluk Umi Iva menunggu dengan gusar. Lalu setelahnya Prilly berada di atas brankar yang tidak terkunci di dorong oleh beberapa suster dan juga dokter keluar dari ruang unit gawat darurat. Meskipun Prilly mengalami cedera pada kepalanya namun ia bisa sadarkan diri dalam waktu yang cukup singkat, namun yang menjadi masalah adalah saat ini kondisi kandungan Prilly.

Prilly memandangi Ali walapun penglihatannya mengabur. Sambil menuju ruang operasi Ali menemani Prilly dengan selalu menggenggam tangan kanan Prilly. Sebelum operasi dilaksanakan Ali haruslah menandatangani perjanjian untuk tindakan yang akan akan diberikan tim medis oleh Prilly ke langkah selanjutnya.

"Misalnya aku tidak bisa bertahan ikhlaskan saja ya Sodiqi," Prilly melirih, Prilly tahu kondisinya sekarang di antara hidup dan mati, dan presentase kematian untuk dirinya begitu besar.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang