(I) Perdebatan adik dan kakak kelas

9.6K 391 22
                                    

"ups sori kakak aku gak sengaja," seorang gadis dengan rok abu-abu setengah paha sangat ketat, ditambah baju putihnya yang sengaja dibuka dua kancing, rambutnya di cat bewarna biru malam di ujung-ujung.

"dasar adek kelas zaman sekarang pada kurang ajar sama kakak kelas, bukannya minta maaf baik-baik malah sengaja banget nantangin, mana bajunya kayak anak tk sempit banget," Karlina seorang wanita yang emosi ketika temannya tersenggol adik kelas sampai terhunyung jatuh.

"ya lagian salah sendiri hari gini pakai baju dari horden warteg, kesandung sama rok sendirikan jadinya." Prilly Fatimah, anak kelas XI MIPA 1, terkenal seantero sekolah bukan karena prestasinya tapi karena sensasinya.

"udah lin jangan marah-marah aku gak apa-apa kok," itu dia Marwah Khadijah anak kelas XII IPA 5, gadis cantik, lemah lembut serta juga pakaiannya yang selalu sopan. Roknya longgar menutupi sampai mata kaki, bajunya longgar tidak ketat di pinggang, dan pastinta kerudung yang selalu menutup di depan dadanya.

"iyalah gak usah marah, toh jatoh bukan karena kesenggol gua seratus persen, tapi karena kesandung horden warteg," Prilly sewot di awal kata kemudian nadanya mulai merendah namun meremehkan.

"lo tuh ya jadi adek kelas gak ada adabnya banget," Karlina adalah sabahat Marwah. Ia menyahuti perkataan Prilly dengan sewot.

"idih ngapa situ yang repot, yang jatuh aja gak sewot aneh banget jadi manusia. Freak ahahaha," Prilly langsung berlalu begitu saja sambil menenteng kipas angin mini yang selalu ia bawa. Memang bukan hal yang aneh lagi jika seorang Prilly mencari perkara sama siapa saja, pun kalau salah akan selalu dia yang menjadi pemenangnya bagaimana pun itu. Memang dari kelas sepuluh Prilly sudah tidak suka dengan Marwah karena menjadi kakak pembina gugusnya saat masa orientasi sekolah. Yang tidak Prilly suka karena waktu itu Marwah menyuruh adik gugusnya untuk melaksanakan sholat, sedang Prilly tidak mau, ujung-ujungnya Prilly kena sindiran maut oleh kakak kelas lainnya. Mulai saat itulah bendera permusuhan Prilly kibarkan untuk Marwah.

"aduh gila nih hari panas banget sih," Prilly merengek kepanasan di kantin bersama temannya Zion, seorang laki-laki namun mulutnya lemes, dan parahnya perawatannya kadang melebihi wanita, memakai paket skincare berjuta-juta, sekelas lah dengan Prilly.

"makanya ditutup tubuhnya biar adem," Prilly menepuk kuat meja kantin kemudian menatap tajam pada seorang perempuan yang berani menegurnya siapalagi kalau bukan Marwah, sebenarnya Marwah menggunakan bahasa yang lembut namun Prilly saja orangnya pemanas, tidak bisa tersenggol dikit pengen ngedorong orang sebagai balasannya.

"heh perempuan suci emm sok suci kali ya hehehehe, lu kalau gak bisa kayak gua jangan iri deh sok-sok'an nyuruh gua pakai baju modelan horden warteg begitu. Lu iri kan karena badan gua kayak gitar spanyol dan utamanya montok jadi pakai baju apapun bagus, gak kayak lo rata kayak jalan tol makanya ditutup sama kain horden," Prilly dan Zion tertawa bersamaan, tak jarang anak-anak lain juga ikut tertawa, miris zaman sekarang kalau berbaju sexy dikatakan up to date, tapi kalau pakai baju yang tertutup sebagaimana seharusnya malah dianggap sok suci dan kuno.

"Maaf aku enggak iri, aku jauh lebih iri sama mereka yang istiqomah dalam kebaikan,"

"hah apa gak denger woy, Zion cek dong telinga gua kayaknya ada sesuatu deh,"

"haduh Pril lo itu, memang ya dia ngomong kayak langsung berdengung gitu telinga gua," sahut Zion yang turut menimpali Prilly lalu mereka tertawa bersamaan.

"Prilly, Zion ada apa ini ribut-ribut." seorang guru muda memasuki area kantin bersama guru lainnya.

"ini pak dia cari masalah terus sama saya, sok nyeramahin saya harus pakai baju panjang kayak dia. Saya kan jiwa fesyennya tinggi, gak menghargai HAM tau gak kalau gini," mentang-mentang di depannya adalah guru PPKN, Prilly sengaja membawa topik yang menjurus ke arah mata pelajaran itu.

Kamu Pilihan (END✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang