8. Kamila

92 54 9
                                    




*****




"Itu tadi kakak lihat Adrian misuh-misuh begitu kenapa?"

Mila, kakaknya Alka mendadak datang ke apartemen adiknya, setelah Alka mengusir Adrian dari sana.

Wanita cantik dan modis itu duduk di sofa ruang tamu.

"Biasa, bikin rusuh aja yaudah aku usir. Kenapa kak? Tumben kesini?"

"Ada yang mau kakak omongin sama kamu."

Raut wajah Alka berubah tercekat, jika bukan urusan yang sangat penting kakaknya itu tidak akan sampai mengunjunginya seperti ini. Apakah ini ada sangkut-pautannya dengan Gentar?

"Oh ya, aku ambilin minum dulu, mungkin aja kakak haus. Air putih aja gak pa-pa kan?"

Mila mengangguk. Memberi jeda pada Alka sebelum mendengar apa yang akan ia sampaikan.

Tidak butuh beberapa menit, 30 detik kemudian Alka kembali dengan segelas air minum, lalu cowok itu duduk di sofa depan tamunya. Kebetulan Mila haus, dia meneguknya setengah.

Mata Alka menatap Kakaknya sedari tadi.

"Aku tau apa yang mau kakak omongin."

"Bagus kalau kamu tau," Mila meletakan gelas itu lagi kemeja.

"Gentar kan? Kenapa sih kak, itu cuma masalah sepele, temen aku minta bantu--"

"Kalian berantem. Kakak gak bisa bilang hal itu sepele. Kalau kamu cedera? Luka? Kamu pikir kakakmu ini gak khawatir?"

Mila menatap tajam adiknya itu. Sejak dulu, Mila selalu mengutamakan kenyamanan Alka, karna dia satu-satunya keluarga yang ia punya, hartanya yang paling berharga. Mila tidak bisa membiarkan orang lain terus menyakiti adiknya?

Jadi, apa kabar Sani yang terus membuat luka di hati cowok itu? Mila belum tau saja dengan yang satu itu.

"Kak, udahlah, Kakak tau sendiri Gentar itu kayak gimana orangnya. Aku udah biasa--"

"Tapi Kakak yang gak biasa! Bisa gak sih kamu sendiri yang jujur sama kakak! Kakak capek nanya terus sama temen kamu! Kakak cuma khawatir Ka."

Alka menghela napas.

"Kakak tau, Gentar gak suka sama kakak karna kakak yang cuma pelacur ini nikah sama kakaknya yang berasal dari keluarga terpandang. Alka, kakak rela keluar dari rumah itu buat kamu, sekalian kakak cerai aja sama Vidan biar--"

"Kak! Jangan nekat, Kak Vidan gak salah apa-apa disini!"

"Tapi keluarganya benci sama Kakak Ka! Kakak gak tahan, apalagi mereka juga nyakitin kamu! Boleh kakak bilang nyesel nikah sama Vidan? Kakak gak kuat lagi Ka."

Mila menangis. Beban yang terus ia tahan di rumah itu runtuh seketika ketika dia mengadu pada adiknya. Dia menutupi semua ini dari suaminya, tentang kelakuan serta tindakan dari keluarga laki-laki itu, semata-mata karna dia tidak mau menyusahkan Vidan lebih lagi.

Alka mendekat, memeluk kakaknya untuk menguatkan serta memberikan sandaran yang tepat untuk membagi masalah padanya.

"Ka, kakak mau cerai aja."

AlkaSaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang