Vote Sebelum baca.
*****
Mata Sani mengerjap-ngerjap. Setia menatap orang di depannya yang berdiri membawa dua eskrim di tangannya. Seseorang yang berhasil membuatnya kebingungan sekaligus membuat dirinya kelimpungan. Kelimpungan untuk menghapus sisa air mata dipipinya. Jangan sampai cowok itu tau jika dia baru saja habis menangis.
"San, kok lo nangis?"
Terlambat, ternyata Alka sudah menyadarinya terlebih dahulu. Berpura-pura tidak tau dan acuh saja terhadap Alka, Sani dengan congak memasang wajah datar.
"Gue gak nangis. Cuman kelilipan debu gara-gara angin."
Mau tak mau Alka memilih untuk percaya. Cowok itu kembali duduk di samping kiri tubuh Sani, masih dengan kedua tangan memegang eskrim yang pastinya ia beli untuk mereka berdua.
"Gue tadi beli eksrim bentar, buat lo dan buat gue, ini eskrim gue jamin lo pasti suka, gue pernah coba, enak banget, nih ambil," ditambah dengan senyum Alka yang manis, Sani mana bisa menolak pemberian menggiurkan itu. Mencoba menahan senyum, Sani mulai menikmati makanannya.
"Kok lo tau rasa kesukaan gue? Atau emang kebetulan lo pilih rasa coklat buat gue?"
Sani menoleh, menatap dengan leluasa orang di sampingnya. Tak dipungkiri sekarang hatinya lebih menghangat dengan adanya Alka menemaninya disini, ketimbang sebelum Alka datang, tau sendiri sebagaimana Sani suntuknya melamun sendirian.
"Cuman main tebak doang, syukur deh kalau itu kesukaan lo."
Sani tersenyum tipis.
Memikirkan tentang kesukaan, hobi terbarunya sekarang adalah bersama Alka. Cowok itu mampu membuatnya nyaman hanya dengan melakukan hal sepele yang ia ciptakan. Tentu saja itu semua di luar akal pikiran Sani, sebelumnya Sani sempat tidak menyangka jika Alka akan membelikannya eskrim, ia kira cowok itu benar-benar pergi meninggalkannya. Lebih dari itu, Alka sudah melakukan banyak hal untuknya. Setelahnya, Sani tidak bisa menebak apalagi yang Akan Alka lakukan padanya.
Beberapa waktu selepas Sani pergi dari Cafe, dia sempat memikirkan banyak hal. Terutama mengenai hubungan yang ia jalani saat ini. Bisa dibilang hubungannya ini sungguh sangat diluar batas wajar pikirannya. Berhubungan dengan dua laki-laki secara bersamaan adalah hal terburuk yang pernah Sani lakukan. Dia sudah berbuat salah, dosa dan merugikan. Tentunya itu bukan hanya berdampak padanya, tapi juga orang lain.
Ini bisa dikatakan adalah hubungan terumit yang tak pernah terlintas di benaknya. Membayangkannya saja sudah dibuat enggan, apalagi melakukannya secara nyata.
Tapi, realnya, aslinya, nasi sudah menjadi bubur, Sani malah memilih jalan yang tidak benar. Sekarang ia benar-benar menyesal. But, dia menikmatinya.
"Melamun lagi, tu eskrim sampai-sampai di anggurin sama lo. Kenapa? Gak enak ya?"
Alka membuatnya tersadar dari alam perasaan, mendengar penuturan tak benar dari Alka, Sani cepat-cepat menyangkal hal tersebut.
"Enggak kok, ini enak, asli. Gue tadi cuma kepikiran sama sesuatu."
"Gue kira dengan lo makan eskrim pikiran lo bisa sedikit lebih tenang...," Alka menatap matanya begitu dalam, entah apa yang merasuki Sani, jika biasanya dia akan dengan cepat memalingkan wajah, saat ini Sani memilih untuk menatap Alka balik. Sembari menunggu lanjutan ucapan Alka, Sani masih proses penghabisan eskrimnya. Sedangkan makanan yang cowok itu sudah lama habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
AlkaSa
Teen Fiction[On Going] ________________ Dikejar-kejar oleh seseorang ternyata tidak semenyenangkan itu. Sani terlalu lelah untuk menolak dan berkata kalau dia itu tidak suka dengannya, percuma, Alka tidak akan dengar. Maka dia memilih jalan tengah, yaitu dengan...